• Wednesday, 24 March 2021
  • Jo Priastana
  • 0

“Semoga bodhicitta yang berharga dan unggul ini tumbuh di dalam diri mereka yang belum mencapainya. Bagi mereka yang telah merealisasikannya, semoga tidak akan pernah melemah, tetapi terus berkembang semakin kuat” (Nagarjuna)

Salah satu pertimbangan dalam membaca sebuah buku Buddhadharma adalah apakah isi buku itu sungguh muncul dari kandungan batin penulisnya. Kiranya buku Pema Chodron ini mewakili hal itu.

Ciri khas dari tulisan-tulisan Pema Chodron yang terkenal oleh bukunya “When Things Fall Apart” adalah menggambarkan tentang keberanian hidup, kemurahatian, dan welas asih.

Ciri khas yang menjadi kekuatan tulisan-tulisannya itu sekaligus menggambarkan sosok pribadi, pengalaman dan kehidupan Pema Chodron sendiri.

Karena itulah, membaca buku-bukunya adalah juga membaca kekuatan dari kepribadian yang telah terbangun dari cobaan pengalaman hidup hingga akhirnya menemukan butir-butir hikmah kebijaksanaan Buddhadharma.

Wisdom Buddha yang telah memandu hidupnya dan meresap dalam dirinya. Terlebih butir-butir syair karya Shantideva, Bodhicaryavatara yang telah turut memandu hidup Pema Chodron dan karenanya mampu dijelaskan secara jernih dan berdaya dalam buku ini.

Bagi Pema Chodron, seorang Bhiksuni Buddhis keturunan Amerika dalam garis silsilah Chogyam Trungpa, setiap butir kata yang terungkapkan dalam berbagai karyanya memiliki daya hidup yang selalu membuat pembacanya serasa berada bersamanya.

Pema Chodron sungguh menghayati dan menghidupi Buddhadharma sehingga tumbuh menjadi pribadi yang sungguh menghayati ujung dari Buddhadharma yakni membentuk pribadi yang memiliki kebijaksanaan dan welas asih (prajna dan karuna).

Inilah karakteristik pribadi Buddhis yang sangat berperan di dalam memiliki keyakinan diri sejati dan sangat diperlukan di dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Dalam buku ini, Chodron mengungkap karya klasik yang pernah muncul dalam sejarah pemikiran agama Buddha, yang dikatakannya telah memandu kehidupannya sendiri, yaitu: “The Way of the Bodhisattva (Bodhicharyavatara), sebuah teks yang ditulis oleh orang bijak pada abad kedelapan Shantideva.

Teks klasik ini sangat relevan untuk dibaca dan dihayati oleh siapa saja di dalam menghadapi situasi kehidupan saat ini dimana hari-hari kita berada di dalam waktu yang menuntut kita untuk saling berbagi terhadap sesama, dalam menghadapi kesulitan hidup secara bersama.

Ajaran welas asih

Ajaran welas asih yang terkandung dari karya ini pantas kita simak dan resapi, apalagi diungkapkan oleh penulis yang sungguh telah tertuntun hidupnya oleh teks-teks tersebut.

Dalam buku ini Pema Chodron memberikan ulasan yang sangat praktis dan menggugah dalam setiap bait teks yang mengandung ajaran penuh welas asih itu.

Pema Chodron menjelaskannya dengan sangat mendalam, serasa seperti orang yang sungguh sabar dalam menjelaskan kepada muridnya yang masih diliputi moha (kebodohan batin) – perlahan-lahan dia membawa syair Shantideva sehingga menjadi relevan dalam kehidupan masa kini.

Secara jernih, Pema mengungkapkannya agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan pribadi pembaca yang penuh welas asih, lembut hati, namun berani, memiliki kekuatan dalam menjalani hidup, layaknya seorang “pendekar Bodhisattva.”

Buku berjudul “Tiada Waktu yang Boleh Tersia-siakan: Pedoman Menuju Jalan Praktik Bodhisattwa,” atau judul asal “No Time To Lose: A Timely Guide to the Way of the Bodhisattva,” ini mengungkapkan tentang “Menjalankan Praktik Bodhisattva yang terbagi dalam sepuluh bab.”

Dalam buku ini kita akan mengenali riwayat Pangeran Shantideva dan penjelasan karyanya “Bodhicaryavatara” oleh Pema Chodron. Kita akan mengenali makna sesungguhnya Bodhiciita, sumpah Bodhisattva, serta cara-cara terampil dalam mengatasi emosi yang relatif dan batin yang liar, yang dilengkapi dengan enam paramita.

Selain itu, dalam buku ini juga diungkapkan mengenai dorongan atau motivasi agar Bodhicitta tumbuh berkembang dan lebih berkembang lagi sebagaimana tercermin dalam bait-bait Nagarjuna. Bagi Shantideva yang terpenting atau yang terpokok adalah bagaimana Bodhicitta yang mengandung keterampilan dalam prajna dan karuna itu dapat menjadi sebuah jalan hidup.

Memahami dan meresapi Bodhicitta

Dengan memahami dan meresapi Bodhicitta, maka tidak lain buku ini memang ditujukan untuk orang-orang yang berminat menciptakan perubahan, perubahan dalam diri, transformasi diri yang akan berdampak pada perubahan pada lingkungan, transformasi sosial.

Sungguh, Bodhicitta yang berkembang yang berpuncak pada wisdom dan welas asih memiliki daya perubahan. Sebuah sifat luhur, paramita prajna dan karuna yang sangat dibutuhkan di dalam menghadapi situasi kehidupan dunia dewasa ini.

Untuk itu, tidak diragukan lagi, buku Pema Chodron ini sangat aktual dan relevan, sebagaimana karya klasik Shantideva itu sendiri yang selalu relevan sepanjang masa tentang praktek Bodhicitta dalam welas asih.

“Oleh karena itu, penderitaan setiap orang harus dihentikan, dan itu tidak perlu diperdebatkan. Untuk membebaskan diri dari sakit, artinya membebaskan semua orang; Bila tidak, saya akan menderita karena penderitaan yang lain.” (Bait 8.103, Bodhicaryavatara, Shantideva).

Sangat ketinggalan bila nyatanya kita tidak menyimpan karya yang luar biasa ini. Karya yang telah terbukti dalam sejarah pemikiran keagamaan Buddha, dan yang telah membangkitkan keberanian orang dalam menjalani hidup memang pantas hadir di dalam rak-rak perpustakaan pribadi atau sekolah, para pecinta buku Buddhadharma, sekolah agama Buddha.

Terlebih dari itu setiap umat Buddha atau siapapun juga sudah sepantasnya dituntun oleh welas asih sebagaimana yang telah tumbuh dalam diri Pema Chodron. Buku ini menghantar kita semua untuk menjalani “praktek Bodhisattva” (Bodhicaryavatara). Mari kita pergunakan waktu kehidupan yang singkat ini, dalam kesempatan terlahir sebagai manusia untuk menumbuhkan praktek welas asih! ***

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *