• Wednesday, 24 March 2021
  • Salim Lee
  • 0

Stupa menjadi salah satu bentuk arsitektur Buddha yang paling dikenal, menghiasi lanskap di semua negara Buddha. Gaya dan bentuknya berbeda dari satu budaya ke budaya lain, tidak ada aturan tertentu mengenai desain stupa.

Dalam pengertian yang paling dasar, di India, stupa adalah representasi arsitektural dari situs pemakaman untuk seseorang yang terhormat.

Stupa sudah dikenal di India sebelum masa kehidupan Buddha. Gundukan berbentuk kubah mengingatkan pada gundukan tanah yang digunakan untuk menutupi jenazah. Konsisten dengan asosiasi simbolisnya, stupa paling awal berisi relik (dharmasarira) Buddha historis.

Keberadaan stupa menjadi peringatan dan penghormatan atas kehadiran Buddha dan ajaran-ajarannya. Seiring waktu, kegunaan dan jenis stupa pun berkembang. Ada lima jenis kegunaan stupa.

Kelima fungsi stupa antara lain; Pertama, stupa peninggalan, dhatu, berisi relik Buddha atau murid-muridnya. Kedua, stupa objek, paribhoga, berisi benda-benda milik Buddha atau murid-muridnya. Ketiga, stupa peringatan, menandai sebuah peristiwa dalam kehidupan Buddha.

Keempat, stupa representasi/simbolis, Dharma, sebagai representasi dari pikiran dan kesadaran Buddha beserta ajarannya. Kelima, stupa dedikasi/kaul, udesaka, dibangun/dibuat sebagai persembahan. Stupa mini, tablet, dan pagoda (stupika) juga digunakan oleh umat Buddha di seluruh Asia sebagai persembahan keagamaan.

Semua bentuk atau jenis Stupa selalu dibuat sebagai objek untuk ‘merit making’ – objek pengumpulan daya kebajikan. Berjalan mengelilingi objek atau orang yang dihormati (pradakhshina) sebagai upaya untuk ‘merit making’ telah menjadi ritual penting dan praktik bakti di dalam buddhis sejak awal, dan stupa selalu memiliki jalur pradakhshina di sekitarnya. Begitu juga Stupa sebagai representasi pikiran dan kesadaran Buddha digunakan sebagai sarana untuk memberi persembahan atau pujabhakti, bukan stupanya yang disembah.

Chattra

Dalam tradisi India dan juga tradisi buddhis, chattra, yang artinya payung, parasol atau kanopi, diasosiasikan sebagai simbol persembahan dan perlindungan seperti yang diukir dalam ukiran panel relief Karmawibhangga Borobudur ( Relief 127-130): chattrapradana.

Di daerah tertentu di India dikenal adat untuk menempatkan payung (chattra) di samping atau di atas gundukan tanah sebagai simbol melindungi makam dari elemen iklim. Maka chattra kadang-kadang juga digunakan di atas stupa sebagai simbol ‘perlindungan’, hampir selalu hanya pada stupa peninggalan atau stupa objek relik.

Stupa relik seperti di Sanchi, meskipun bentuknya berbeda, juga banyak didapati di Myanmar, Thailand, Laos, dan Kamboja, kebanyakan stupa-stupa relik itu memiliki chattra.

Ada juga stupa dalam tradisi Tantra yang menggunakan simbol ratna, matahari dan bulan diujungnya. Chattra tunggal diletakkan di bawahnya, sebagai simbol welas asih – karuna.

Apakah Borobudur ada chattra-nya atau tidak? Penjelasan ada di tulisan selanjutnya

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *