Tahun Baru Imlek sering disebut sebagai Tahun Baru China. Memang asalnya dari China. Tetapi Tahun Baru Imlek tidak hanya dirayakan oleh orang-orang China. Bangsa Vietnam, Korea, dan Tibet merayakan tahun baru yang sama dengan sebutan masing-masing, Tet, Seollal, dan Losar. Di negara asalnya, Tahun Baru Imlek dirayakan sebagai pesta awal musim semi. Lalu apa hubungannya Indonesia dengan musim semi?
Pada zaman Orde Baru berdasar kepentingan politis perayaan Imlek dilarang. Tetapi penggunaan kalender Imlek tidak mungkin ditinggalkan. Primbon yang begitu kental mewarnai budaya masyarakat tradisional, masih punya peran dalam dunia modern.
Ya, sepanjang manusia masih senang astrologi, meramal, mencari peluang baik, dan menghindari nahas. Bukan hanya itu, tarikh Imlek dipergunakan secara luas untuk kepentingan peribadatan. Bagaimana pun peribadatan tidak bisa dilarang.
Setiap tanggal satu kalender ini selalu bulan baru, dan tanggal lima belas bulan purnama. Hari-hari itu disebut Upavasatha (Sanskerta) yang belakangan dikenal sebagai kata “puasa”. Secara harfiah kata ini mengandung arti “masuk untuk berdiam (dalam keluhuran)”, yang menurut praktiknya diartikan di dalam wihara atau kompleks wihara. Umat bukan hanya menjalankan ritual, tetapi juga melatih diri secara lebih ketat dari hari-hari lain, menyucikan pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Tionghoa
Orang Tionghoa menerima dan memeluk agama Buddha tanpa menjadi orang India. Dari segi bahasa saja, mereka bukan sekadar mentransliterasi, melainkan mengalihbahasakan dan memakai terminologi dalam bahasanya sendiri. Gambar atau arca semua Buddha dan Bodhisattwa ditampilkan sebagai sosok berwajah Tionghoa.
Selain ikonografi, dalam berbagai hal menyangkut arsitektur, seni lukis, musik, ritus, hingga aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain, agama Buddha menjadi bagian yang menyatu dengan apa yang menjadi ciri-ciri Tionghoa.
Namun kebudayaan sebagaimana peradaban tidak identik dengan ras. Pewarisan kebudayaan pun mengalami revisi sesuai dengan tuntutan zaman. Setiap transformasi akan diikuti kecenderungan mencari keseimbangan, sehingga lahir wujud baru.
Di era reformasi, Tahun Baru Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional. Tahun Baru Imlek ada berdasarkan penggunaan kalendernya. Bagi Indonesia tentu bukan untuk merayakan datangnya musim semi. Ini adalah sebuah pengakuan atas kenyataan sosial. Hak asasi manusia harus dihormati, tidak ada lagi diskriminasi yang membatasi ruang gerak masyarakat Tionghoa sebagai sesama warganegara Indonesia.
Sumber : Krishnanda Wijaya-Mukti, “Kebenaran Bukan Pembenaran”, Penerbit Dian Dharma bekerja sama dengan Pusdiklat Agama Buddha Indonesia, Maret 2017
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara