Nenek moyangku orang pelaut…
Gemar mengarung luas samudera….
Menerjang ombak tiada takut….
Menempuh badai sudah biasa….
Petikan lagu di atas memang menggambarkan kegagahan para pendahulu bangsa ini dalam mengarungi samudera. Sebagai penduduk yang tinggal di kepulauan yang dihubungkan dengan laut, maka sarana terpenting waktu itu adalah dengan menggunakan alat transportasi air, salah satunya dengan perahu.
Perahu bagi masyarakat nelayan atau masyarakat yang mata pencahariannya mencari ikan, memiliki fungsi dan peranan yang cukup luas.
Fungsi dan peranan perahu
Dari adanya fungsi dan peranan perahu ini maka akan terlihat dinamika masyarakat dalam mengatasi permasalahan hidup dan sosialnya. Berkaitan dengan keberadaan perahu di masyarakat, maka fungsi dan peranan perahu dapat meliputi: fungsi religi, fungsi sosial, maupun fungsi ekonomi.
Di Indonesia, gambar cadas merupakan suatu hasil kebudayaan yang berkembang pada masa berburu tingkat lanjut, dan ditemukan di daerah Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, Papua, Kalimantan, dan lain-lain. Gambar cadas merupakan bukti sejarah bahwa manusia pada zaman prasejarah mampu mencurahkan ekspresinya ke dalam lukisan.
Lukisan dinding gua atau dinding karang menggambarkan kehidupan zaman prasejarah dari segi sosial-ekonomi dan kepercayaan masyarakat. Sikap hidup manusia tergambar di dalam lukisan-lukisan tersebut, dan termasuk juga di dalamnya nilai-nilai estetika dan magis yang bertalian dengan totem dan upacara-upacara yang belum diketahui dengan jelas.
Baca juga: Leluhur dan Buddhadharma, Tak Boleh Terputus!
Perahu bagi masyarakat nelayan atau masyarakat yang bermatapencaharian mencari ikan, memiliki fungsi dan peranan yang cukup luas. Berkaitan dengan itu, maka fungsi dan peranan perahu dapat meliputi:
Fungsi religi adalah wujud emosi manusia, yang pada akhirnya mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi. Kegiatan religi yang berkaitan dengan keberadaan perahu dapat terlihat dari hiasan dan berbagai upacara tradisi dalam kehidupan masyarakat.
Kepala perahu Kasunanan Surakarta yang berada di museum Radya Pustaka Solo. Foto Maria Tri Widayati
Salah satu contohnya adalah penggunaan simbol patung kepala naga/Rojomolo pada ujung perahu Kerajaan Surakarta, upacara tradisional Jongko di Kranggan Rembang. Upacara Jongko ini dilakukan ketika masa paceklik mencari ikan tiba, dengan harapan agar musim paceklik mencari ikan tidak berlangsung lama dan segera berakhir.
Fungsi sosial terlihat dalam berbagai aktivitas dan bentuk kegiatan masyarakat dalam mencari ikan. Aktivitas sosial ini pada akhirnya melahirkan struktur atau golongan sosial di masyarakat, yaitu antara nelayan pemilik atau juragan dan nelayan buruh.
Kelangsungan hubungan antara juragan dengan buruh nelayan didasari atas hubungan patron klien, yakni hubungan yang didasarkan atas adanya ikatan persaudaraan atau kerabat atau tetangga. Hubungan atas dasar inilah yang menyebabkan antara juragan dengan buruh dapat bekerjasama dalam waktu yang sangat lama dan usaha bisnis mereka tetap berlangsung baik, meskipun terjadi permasalahan akan mudah penyelesaiannya.
Fungsi ekonomi dapat dilihat dari kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan perahu. Kegiatan ini tentu saja telah menggerakkan sektor perekonomian bagi masyarakat pendukungnya. Kegiatan ekonomi ini sudah terlihat sejak dari saat proses pembuatan perahu, perdagangan perahu, dan pemanfaatan perahu dalam kehidupan masyarakat yang bermatapencaharian mencari ikan.
Goenawan Sambodo
Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara