Akhir Februari 2013 lalu, saya dan mama saya menikmati liburan ke Thailand. Kami pergi tanpa perantara jasa tur. Kami bisa sesuka hati mengatur sendiri perjalanan kami. Itulah serunya.
Kami menginap di Nasa Vegas Hotel yang bertarif Rp 150.000 per kamar. Kamarnya sangat luas dan bagus. Lokasinya dekat stasiun kereta api Rakhamheng yang menghubungkan ke bandara.
Rabu, 27 Februari, kami memutuskan untuk ke Ayutthaya, yaitu kota kecil yang berada di utara kota Bangkok. Menurut legenda, dahulunya Ayutthaya merupakan salah satu kota terbesar di Thailand pada zamannya karena populasinya sudah mencapai 1 juta penduduk, namun kota ini hancur ketika diinvasi oleh kerajaan Burma.
Tur kali ini sangatlah murah. Pada pukul 11, kami menggunakan taksi dari tempat kami menjemput rekan saya sesama dari Jakarta di Montien Hotel, di daerah Patpong, Bangkok menuju stasiun kereta Hualampong. Tarif taksi sekitar 40 bath saja. Kurs 1 bath adalah Rp 328. Jadi, kira-kira sekitar Rp 13 ribu.
Setelah tiba di stasiun Hualampong, kami langsung menuju ke bagian tiket. Kereta yang menuju Ayutthaya ada setiap jam. Kami memesan tiket yang harganya hanya 15 bath. Kurang lebih sama dengan kereta ekonomi di Jakarta. Kereta berangkat pukul 11.40.
Kami menunggu di ruang tunggu stasiun yang berukuran besar yang memiliki banyak kursi khusus bagi penumpang. Di Bangkok dan juga seluruh Thailand ada kursi tunggu khusus untuk bhikkhu. Di Thailand, bhikkhu sangat dihormati. Bahkan di kereta dibuatkan gerbong khusus untuk para bhikkhu. Begitu juga di Skytrain Bangkok, ada pictogram yang menjelaskan untuk mendahulukan bhikkhu, orang tua, cacat, dan wanita untuk duduk di kursi.
Perjalanan dari Bangkok ke Ayutthaya memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Tak usah cemas, kereta api di sini aman kok. Para penumpang juga ramah. Tapi harus tetap waspada dengan dengan barang bawaan. Suasana kereta sama seperti di Indonesia, dimana banyak penjual makanan yang berlalu-lalang menjajakan makanan, tapi kereta cukup bersih dan nyaman.
Tepat pukul 13.15, kami tiba di stasiun Ayutthaya. Begitu keluar stasiun, tak usah hiraukan saja orang-orang yang menawarkan tur ke tempat-tempat wisata. Dari stasiun kami menyeberang, dan tepat di seberang jalan ada warung yang menyediakan makanan Thailand yang harganya lumayan terjangkau. Harga kisaran 50 bath.
Nah di sini kita juga bisa menyewa kendaraan untuk keliling kota kecil ini. Sewa sepeda 50 bath, motor matik 150 bath. Kami memilih sewa motor supaya lebih gampang dan tidak capek. Pemilik kios juga sangat ramah, mereka memberikan kami peta wisata dan menjelaskan rute-rute yang bisa dilalui untuk mencapai tempat wisata tersebut.
Sebagai informasi, biara di sini buka antara pukul 08.00 hingga 17.00. Setelah makan nasi goreng, kami pun bersiap untuk memulai petualangan mengunjungi Wat Mahathat, yaitu patung kepala Buddha yang terlilit akar pohon, yang sangat terkenal itu.
Berdasarkan rute, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Wat Yai Chayamongkol, di bagian tenggara dari stasiun Ayutthaya. Perjalanan kurang lebih 15 menit. Suasana di sini tak seramai biara-biara di Bangkok. Di sini lebih banyak orang lokal yang berziarah.
Kami harus membayar tiket masuk 20 bath. Biara ini dikeliling oleh rupang Buddha di semua sisi bangunan. Rupang Buddha diberikan jubah semuanya. Jika kita menaiki bagian atas biara terdapat sebuah sumur yang menjadi tempat tradisi melempar koin ke dalamnya.
Di sekitar komplek biara ada 1 altar Buddha. Banyak sekali warga yang sembahyang dan menempelkan kertas emas di badan rupang yang ada di situ. Masih di dalam komplek biara, ada 1 patung Buddha tidur yang cukup besar dekat pintu keluar. Untuk 1 paket puja itu 10 bath. Terdiri dari 3 dupa, 1 lilin, bunga dan 3 lembar kertas emas.
Selesai berkeliling komplek biara ini, tur kami lanjutkan ke biara berikutnya. Dengan terus menelusuri jalanan ke arah barat, kurang lebih 1 km ada Wat Phangnachop. Di sini tiket masuk sebesar 20 bath. Di dalam biara terdapat rupang Buddha emas yang besar sekali. Terlihat beberapa umat mendanakan jubah untuk rupang Buddha. Tampak juga beberapa pekerja biara yang sedang melilitkan kain ke rupang Buddha.
Waktu menunjukkan pukul 4 sore, karena kami buru-buru, makanya kami langsung menuju Wat Mahathat, tujuan utama kami. Wat Mahathat berada di arah barat daya. Melewati jalanan yang besar dan bersih, kami tiba di Wat Mahathat. Kami pun menyempatkan diri membeli es kelapa muda seharga 30 bath. Di komplek ini banyak sekali turis, karena Wat Mahathat merupakan pusat turisme kota Ayutthaya, yaitu melihat patung Buddha yang terlilit akar pohon.
Tiket masuk seharga 50 bath. Komplek biara ini seperti tak utuh lagi, banyak stupa yang sudah miring dan rusak. Rupang Buddha juga tak utuh lagi. Pusat perhatian adalah rupang kepala Buddha yang terlilit akar pohon. Sekilas terlihat seperti menyatu antara pohon dan batu.
Untuk berfoto di sini kami harus mengantri karena banyak rombongan tur dari China dan Jepang yang tak mau ketinggalan mengabadikan rupang Buddha yang cukup unik tersebut.
Dari Wat Mahathat kami lanjut lagi ke barat. Sebenarnya masih banyak tempat lain, mengingat waktu kami terbatas jadi kami hanya mengunjungi Wat Lokayasutharam, dimana terdapat rupang Buddha tidur yang besar yang terletak di pinggir jalan.
Setelah selesai berfoto, kami langsung berlalu. Suasana jalanan begitu tenang karena memasuki daerah pedesaan Ayutthaya. Sesekali warga lokal menyapa kami, karena mereka tahu kami adalah turis.
Kami kembali menuju ke stasiun Ayutthaya, karena kereta ke Bangkok pukul 18.20. Sebelum pulang, sesuai perjanjian dengan rental motor, kami harus mengisi ulang bensin. Kami mencari pom bensin dan mengisi penuh tangki motor tersebut.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara