• Saturday, 10 November 2018
  • Hendrick Tanu
  • 0

“Saya (Huiguo) telah mentransmisikan mandala garbha pada Ajnagarbha dari Jawa.”

Dicatat Biksu Kukai – pendiri Shingon dan pencipta aksara (Jepang) Hiragana

Mantra-mantra atau dharani Buddhis yang ditemukan di Jawa banyak erat kaitannya dengan mantra-mantra yang biasa dipakai oleh Tantrayana Tiongkok/Jepang. Kukai membawa serta naskah Sanskrit/Siddhamatrka dari Tiongkok ke Jepang yang mana banyak sekali korelasinya dengan Nusantara.

Mantra Jawa ‘Hong Wilaheng’ misalnya berasal dari mantra Avira dari Buddha Mahawairocana yaitu “Om a vi ra hum kham” yang sampai sekarang masih dipakai oleh Shingon di Jepang dan pernah ditulis oleh biksu Jawa zaman Tang, Bianhong. Kemudian kita akan menemukan mantra Vajrabhairava-Yamantaka baik di ajian Kalacakra Jawa maupun dalam ritual ekadasarudra di Bali.

Bait-bait kitab Nusantara seperti Sanghyang Kamahayanikan, Sanghyang Nagabayu Sutra, dan Kalpa Buddha diketahui identik dengan bait-bait kitab Mahavairocana Sutra dan Adhyardasatika Prajnaparamita Sutra (理趣經) serta Tattvasamgraha Sutra (金剛頂一切如來真實攝大乘現證大教王經).

Jika mandala sutrik maupun tantrik dari Buddha Mahawairocana tersebut dipakai sebagai kreatifitas arsitek Borobudur, maka mandala Vajrabhairava-Yamantaka juga dipakai sebagai kreatifitas arsitek Forbidden City di Beijing.

Kajian menarik dapat kita tarik juga dari temuan-temuan prasasti bertuliskan mantra atau dharani yang tersebar di seluruh dunia, sebagaimana yang diteliti oleh Arlo Griffiths. Dalam penelitiannya banyak dijabarkan asal usul dharani atau mantra yang tertulis, salah satunya mantra pratityasamutpada yang banyak sekali ditemukan di Nusantara: “ye dharma hetuprabhava.”

Bait-bait Navakampa dari Bali misalnya berasal dari Susiddhikara Sutra (蘇悉地羯羅經). Di Sambas, Kalimantan Barat ditemukan lontar berisi dharani dari Bhadracaripranidhana (大方廣佛華嚴經普賢行願品), mantra Mahapratisaravidyarajni (普遍光明清淨熾盛如意寶印心無能勝大明王大隨求陀羅尼經), dan syair Vajracchedika Prajnaparamita Sutra (金剛經).

Di prasasti Batu Bedil Lampung ditemukan mantra yang berasal dari Aparimitayur Sutra (大

乘無量壽經. 無量壽大智陀羅尼). Di bangkai kapal Nanhan di Cirebon juga ditemukan dharani Avalokiteshvara yang merupakan varian dari Ekadasamukhadharani (佛說十一面觀世音神咒經). DI Candi Plaosan Lor juga ditemukan dharani-dharani di prasasti yang dapat ditelusuri bersumber dari Sarvadurgatiparisodhana Sutra (佛頂尊勝陀羅尼經), Baji kunan tuoluoni jing (拔濟苦難陀羅尼經), dan Miechu wu nizui da tuoluoni jing (滅除五逆罪大陀羅尼經) juga Bodhigarbhalamkaralaksadharani dan Saptasaptatisamyaksambuddhakotibhirukta (宿命智陀羅尼經).

Lontar emas di Pura Pagulingan di Bali juga menunjukkan mantra dari Amoghapasahrdayadharani Sutra (不空絹索陀羅尼經).

Mantra-mantra wrathful juga ditemukan di Sleman yang berasal dari Sarvadurgatiparisodhana Sutra (佛頂尊勝陀羅尼經) dan Guhyasamaja Tantra (一切如來金剛三業最上秘密大教王經). Serupa juga sama ditemukan dalam teks-teks Sanskrit di Nepal semisal Kriyasamgrahapanjika, Sarvavajrodaya dan Sadhanamala. Mantra “Takki Hum Jah” yang ditemukan di kompleks percandian Ratu Boko juga berasal dari Tattvasamgraha (金剛頂一切如來真實攝大乘現證大教王經) dan Guhyasamaja. Jenderal Yaksa Candravajrapani yang berasal dari siklus Tattvasamgraha juga ditemukan dalam Maharaudranamahrdaya di kompleks Candi Borobudur.

Segel tanah liat dari Bali yang ditemukan di Pejeng, Blahbatuh yang dimasukkan dalam stupa juga ternyata merupakan Vimalosnishadharani yang ditemukan di goa Dunhuang, Tiongkok. Segel tersebut juga berisi perenungan pada Buddha sebagaimana termaktub dalam kitab Bodhisattvabhumi (菩薩戒本).

Di Bali juga masih lestari teks bernama Purwaka-weda Buddha yang dilantukan oleh para pedanda Buddha di Bali yang berisi Saranagamana (perlindungan pada Buddha, Dharma, Sangha), mantra Yamantaka, mantra Ekadasamukha Avalokitesvara juga pujian pada Adi Buddha Wairocana serta Panca Tathagata, Buddhalocana, Mahapratisara dan Prajnaparamita.

Menilik temuan-temuan ini maka dapat kita lihat bahwa Nusantara dahulu memang menyimpan banyak karya Buddhis, namun sayangnya telah hilang dan silsilahnya sudah terputus. Dalam membangkitkan agama Buddha Nusantara, sejak zaman Bhante Ashin hingga sekarang kita semua mengundang para guru dari luar negeri yang masih lestari silsilahnya hingga kita semua memiliki berkah realisasi. Apalagi untuk urusan Mantrayana/Tantrayana/Vajrayana perlu silsilah yang absah dari Jepang dan Tibet untuk membangkitkan kembali apa yang dulu sempat jaya di Nusantara.

Hendrick Tanuwidjaja

Penggemar Zen dan siswa mindfulness

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *