Musik seringkali digunakan sebagai media untuk menyerukan perubahan sosial. Hal ini pula yang digunakan oleh Dhamma Wings, sebuah grup band rock asal India. Berpersonil lima orang, grup asal Mumbai ini menyerukan keprihatinan mereka akan kesenjangan sosial akibat penerapan sistem kasta di India.
Pendiri dan penyanyi utama band ini, Kabeer Shakya sedang menunggu proses kelulusannya dari bidang studi teknologi informasi. Dan untuk mengisi kekosongan waktu, selama tiga bulan ia belajar menjadi samanera di Bodh Gaya. “Tiga bulan menjadi samanera telah mengubah pandangan hidup saya dari seorang IT profesional menjadi musisi. Saya memutuskan untuk menyebarkan ajaran Buddha kepada kaum muda India, yang saat ini sedang bergumul dengan kedamaian hati.”
Usai mengikuti pelatihan monastik di Bodh Gaya, Kabeer mulai aktif menciptakan dan menyanyi di vihara-vihara, area kumuh, dan berbagai area di mana kaum muda India berkumpul. Kegiatan blusukannya ini mempertemukan Kabeer dengan empat anggota Dhamma Wings lainnya: Swapnil More (perkusi), Shaileah Patole (keyboard), Rahul Kamble (bass), dan Rohan Zodge (gitaris utama). Kelimanya berlatar belakang dari keluarga Buddhis dan juga pengagum Dr. B.R. Ambedkar (1891 – 1956), seorang tokoh reformasi bagi dunia perpolitikan dan sosial di India. Dhamma Wings menjadi grup band rock Buddhis pertama di India yang menyuarakan penghapusan sistem kasta.
Sistem kasta dianggap menjadi sumber penderitaan bagi masyarakat India, terutama mereka yang berasal dari kasta terendah dan kaum perempuan, jelas Kabeer. Ia menambahkan, kebencian yang disebabkan oleh agama hanya memperkeruh kondisi sosial di India, maupun di berbagai dunia lain.
“Anggota band ini percaya bahwa Buddha mengajarkan kesetaraan, keadilan sosial dan menolak diskriminasi terhadap semua manusia di bumi,” lanjut Kabeer. Kemudian ia mengutip perkataan dari Ashoka, seorang raja besar India dari suku Maurya (268 – 232 S.M.): “Jangan berbicara dan bertingkah laku yang melecehkan agama lain, melainkan katakanlah perkataan dan perbuatan baik dan sehat yang bisa berdampak positif bagi sesama manusia.”
Dalam keseharian manggung, Dhamma Wings juga membawakan sutta Buddha, seperti Parabhava Sutta (Sutta tentang Keruntuhan Manusia). Melalui sutta ini, Dhamma Wings menarasikan ajaran Buddha pada penonton. “Di setiap konser, kami selalu membawakan sejarah India kuno pada masa Buddha masih hidup dan ketika masa Raja Ashoka. Narasi ini membantu penonton kami untuk memahami situs-situs dan monumen Buddha kuno yang masih eksis di India,” jelas Kabeer.
Ketika ditanya mengenai dampak yang dibawa oleh Dhamma Wings, Kabeer dengan gembira menyatakan adanya perubahan sosial yang nyata di masyarakat. “Kami tidak hanya bernyanyi untuk menghibur, tujuan utama kami adalah memberikan pencerahan,” Kabeer menegaskan.
Ia pun melanjutkan bahwa Dhamma Wings juga bertujuan untuk membangun kepedulian akan konservasi budaya maupun situs kuno peninggalan zaman Buddha. Salah satu yang terjadi belakangan ini adalah ditemukannya situs purbakala, di lokasi yang diperuntukkan bagi bandara baru di Mumbai. Melalui musik, Dhamma Wings menyerukan agar masyarakat bersatu untuk menolak pembangunan bandara baru di situs purbakala tersebut. Hasilnya, seruan ini didukung oleh masyarakat baik umat Buddha dan bukan, untuk melakukan protes pada pemerintah.
Saat ini, setidaknya Dhamma Wings telah menggelar 300 konser musik di dalam negeri maupun internasional. Dan mereka telah menelorkan lima album, salah satunya berjudul The Legend of Bodhisattva (Legenda Bodhisattva). (www.buddhistdoor.com)
[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=ya5RXGBQOLo” width=”560″ height=”315″]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara