Ven. Dr. Dhammadina (Italia), profesor departemen pendidikan Buddhis dari Institut Seni Modern Dharma Drum (The Buddhist Studies Department of The Dharma Drum Institute of Liberal Arts) di Taiwan, sekaligus direktur kelompok riset agama bersama Suster Maria Jose Perez, biarawati Ordo Karmel yang Bertelanjang Kaki (Discalced Carmelite) dari Biara Puzol (Valencia), saat menghadiri Konferensi Dunia Menghadapi Mistisism Teresian dan Dialog Antaragama yang pertama (First World Encounter Teresian Mysticism and Inter-religious Dialogue Conference) di Avila, Spanyol, 27 – 30 Juli 2017.
Dialog lintas agama, tak diragukan lagi, bukannya tanpa kesulitan, dan jika tidak ditangani dengan sangat hati-hati, bisa menjadi sangat bermasalah; keyakinan beragama merupakan sumber dari identitas pribadi, dan dialog antaragama dapat dirasakan sebagai sebuah ancaman atau dipandang sebagai sebuah metode untuk merubah keyakinan atau pelecehan sehingga dapat memicu respon mempertahankan diri serta perasaan gelisah atau tidak bersahabat (hingga kasar), kecuali, para partner yang berdialog dapat merasakan bahwa dalam pertemuan tersebut mereka merupakan partner yang setara tanpa agenda tersembunyi apa pun. Bagaimanapun juga, manfaat yang mungkin diperoleh, jauh lebih besar melampaui kemungkinan resiko yang bisa terjadi.
Secara khusus, pertemuan lintas agama, memiliki potensi yang luar biasa, karena adanya kemungkinan tranformasional pada para partisipan. Ini merupakan kesempatan langka untuk melampaui stereotip/penggambaran negatif, sehingga dapat tercapai keterbukaan dan empati, sebuah antidote/obat penawar mujarab bagi perilaku superioritas religius (merasa agamanya sendiri yang paling superior dan satu-satunya). Melalui pertemuan-pertemuan ini, kita menemukan sensitivitas spiritual dari yang lain. Membuat pernyataan secara positif dan berakar kuat dalam identitas religius kita, bukanlah berarti bahwa kita harus bersikap narsisis tentang keyakinan kita, dan berasumsi bahwa agama-agama lain hanyalah produk yang kurang berhasil dari sistem. Selalu terdapat banyak hal untuk dipelajari lintas tradisi keagamaan.
Ruang dialog
Sebagaimana pada masa lalu, umat Buddhis dewasa ini, telah menjadi sangat aktif ambil bagian dalam dialog-dialog lintas agama, meskipun mereka sepertinya kurang suka memprakarsai atau mengorganisir pertemuan-pertemuan semacam ini. Kebanyakan dialog lintas agama, dalam catatan sejarah, diprakarsai oleh umat Kristiani dari berbagai kalangan atau institusi. Peran yang diambil umat Buddhis dalam pertemuan-pertemuan semacam ini cenderung lebih pasif dan bukannya aktif, bersedia untuk hadir saat diundang, tetapi nampaknya enggan menjadi pihak yang aktif dalam mengorganisir kegiatan-kegiatan semacam ini. Hal ini mungkin dikarenakan adanya keterbatasan dalam hal “teologi agama” formal dalam sekolah dan universitas-universitas Buddhis, atau mungkin pula dikarenakan upaya mengembangkan pemahaman terhadap agama-agama lain (dengan agama Hindu sebagai perkecualian). Bagaimanapun, penelitian tentang hal ini sungguh langka dan tidak memadai.
Keterbatasan dalam hal inisiatif atau kepedulian terhadap sistem kepercayaan yang lain, pastilah bukan merupakan cerminan perilaku dari Buddha sendiri. Buddha menerima dan menghargai keragaman religius serta kebebasan beragama, seraya tetap bersikap kritis. Jika kebanyakan dari kita hanya mengenal satu agama, maka sebaliknya, Buddha sangat terpelajar dan menguasai banyak aliran pemikiran pada masa-Nya. Beliau terlibat dalam berbagai diskusi persahabatan dengan kaum di luar Buddhis, senantiasa santun serta penuh penghargaan, dan yang terpenting, seringkali mengawali percakapan.
Beliau mengingatkan umat untuk tidak meninggalkan tradisi atau guru-guru mereka setelah berbincang-bincang dengan Beliau. Peraturan/kebiasaan Beliau yaitu mendiskusikan topik-topik permasalahan yang lazim serta mengenyampingkan topik-topik kontroversial yang cenderung panas yang mana kesepahaman tak akan dapat dicapai.
Baca juga: Dialog Kebangsaan dalam Dinamika Politik
Umat Buddhis dewasa ini nampaknya telah melupakan pendekatan Buddha terhadap non Buddhis dalam hal perbincangan religius. Mengapa? Barangkali, mereka telah melupakan bahwasanya agama Buddha bukannya eksis dalam kevakuman, ada banyak hal yang dapat dipelajari agama Buddha dari agama-agama lain, dan demikian pula sebaliknya. Seharusnya terdapat suatu interaksi dengan keyakinan-keyakinan yang lain, demi kemaslahatan semua orang. Kebahagiaan semua makhluk hidup adalah yang terutama, dan inilah sebabnya, mengapa dialog, penerimaan, pemahaman, dan transformasi, sangat krusial/penting dan mendasar.
Umat Buddhis harus meluaskan wawasan mereka tentang dialog lintas agama. Ini merupakan satu-satunya pilihan jika kita setulus hati peduli tentang kekerasan, dan ingin berkarya dalam menciptakan pemahaman serta perdamaian.
Organisasi-organisasi Buddhis harus menjadi lebih pro-aktif dalam mempromosikan pertemuan-pertemuan lintas agama. Institut-institut pembelajaran Buddhis selayaknya menyediakan perangkat-perangkat yang dibutuhkan demi kompetensi lintas agama. Pengetahuan yang memadai tentang berbagai keyakinan yang lain di samping tentang agama Buddha sendiri, sungguh mendasar bagi literasi/penjelasan secara tertulis tentang hal-hal lintas agama. Dan sekolah-sekolah serta universitas-universitas Buddhis seharusnya melatih pelajar dan pendidik tentang bagaimana menumbuhkembangkan disposisi serta perilaku yang benar terhadap agama-agama lain serta memfasilitasi pertemuan-pertemuan keagamaan.
Pembahasan tentang “teologi dari agama-agama” serta “teologi komparatif/perbandingan” sudah sepatutnya menjadi bagian kurikulum mereka. Banyak sekali yang dapat dipelajari dari studi-studi yang berdasarkan sudut pandang perbandingan, tidak hanya tentang agama lain belaka, tetapi juga tentang diri kita sendiri. Semua ini sangat penting dan mendasar pada saat kita bersiap menghadapi tantangan dialog lintas agama seraya terus berkarya dengan kesadaran perdamaian demi masa depan. (Buddhistdoor.net)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara