Pada masa penjajahan Belanda, rakyat Indonesia banyak yang dipaksa kerja rodi tanpa upah yang setimpal. Dengan tujuan untuk meningkatkan produksi rempah dan industrialisasi Belanda, karena Belanda kehilangan banyak biaya akibat perang. Sebenarnya, itu adalah salah satu strategi Belanda untuk memeras rakyat Indonesia.
Oleh karena masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat itu, Soewardi Soeryaningrat bersama Tiga Serangkai mendirikan Taman Siswa. Pendirian Taman Siswa itu bertujuan untuk memperbaiki jiwa dan mental bangsa dengan cita-cita, “Memayu hayuning sariro, memayu hayuning bangsa”, dan “memayu hayuning bawono” (membahagiakan diri, bangsa, dan dunia).
Dari sejarah pendidikan Indonesia pada masa lalu, mari sejenak menengok pendidikan Indonesia pada masa sekarang.
Pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang disesuaikan dengan usia anak didik. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan tingkat Perguruan Tinggi Swasta maupun Negeri. Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU No. 2 tahun 1989, adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, berpengetahuan dan berketerampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Namun, Perguruan Tinggi dan SMA/SMK hanya sebatas menampung bakat dan minat siswa, tetapi tidak sesuai dengan lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Akhirnya banyak yang menganggur setelah lepas dari pendidikan formal, karena tidak memiliki cukup waktu demi pengembangan diri akibat dari pemberian mata pelajaran yang cenderung kurang sesuai dengan dunia kerja.
Penjurusan
Sebenarnya mata pelajaran yang sering digunakan dalam pekerjaan adalah ilmu bahasa, komputer, matematika, dan sains. Akan tetapi, ilmu tersebut tidak sepenuhnya diterapkan, sehingga siswa setelah sekolah formal apabila pekerjaan yang dipilih menuntut untuk menguasai mata pelajaran tersebut akan kesulitan.
Dengan arti, tujuan pendidikan membuat seorang siswa berpengetahuan dan berketerampilan belum tercapai. Karena mata pelajaran yang sesuai dengan pekerjaan tidak diterapkan dengan benar.
Untuk mencegah pengangguran yang lebih banyak, pendidikan nasional masa kini dapat mencontoh strategi dari Ki Hadjar Dewantara yang melibatkan Trikon (Kontinyu, konvergen, konsentris) sebagai strategi kebudayaan sistem pendidikan nasional. Kontinyu: berkesinambungan dengan masa lalu, Konvergen: bertemu secara terbuka dengan perkembangan alam dan zaman. Konsentris: menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan, dunia.
Melalui strategi kebudayaan tersebut, sebaiknya pendidikan di Indonesia lebih terhubung dengan pengalaman masa lalu, terus-menerus, berpikiran terbuka, sesuai dengan perkembangan zaman, dan bernilai kemanusiaan. Sehingga, siswa dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman.
Metode
Dalam mendidik siswa, beberapa srategi dari Ki Hadjar Dewantara yang dapat digunakan, pertama: pendidikan merupakan proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki jiwa merdeka dan mandiri; kedua: untuk membentuk watak siswa berjiwa nasional yang peka terhadap perkembangan internasional; ketiga: membangun pribadi siswa supaya berjiwa pionir-pelopor; dan keempat: mendidik memiliki arti untuk mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi kodrat alamnya setiap siswa.
Dalam Buddhadharma sendiri, terdapat sutta yang dapat mengarahkan kita ke dalam pendidikan yang benar, yaitu Ambhaṭṭha Sutta. Sutta tersebut merupakan percakapan Buddha dengan seorang pemuda bernama Ambhaṭṭha, bahwa seseorang harus menghormati orang lain, tidak mudah percaya sebelum dibuktikan sendiri, bijaksana dalam menentukan hal yang baik dan buruk, dan pandai dalam berdiskusi.
Seorang siswa yang dapat menghormati gurunya menjadikan pendidikan lebih membentuk karakter siswa yang suka menghormati. Seorang siswa yang pandai akan membuktikan perkataan gurunya dengan membuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan pengetahuan siswa akan meningkat apabila ia tahu ilmu yang benar dan tidak benar. Siswa yang pandai dalam diskusi tidak akan direndahkan karena ia pandai mengolah bahasa.
Dengan demikian, semoga pendidikan di Indonesia dapat mencetak pekerja yang bermoral dan tidak mudah dibodohi orang lain, serta tidak mencetak pengangguran.
Junarsih
Bahagia dengan alam, terutama gunung. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara