Popularitas buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya karya Ajahn Brahm yang diterbitkan oleh Ehipassiko Foundation sungguh fenomenal. Buku tersebut disukai oleh pembaca dari berbagai latar belakang agama.
Menurut laporan toko buku Gramedia, buku-buku Ajahn Brahm menduduki peringkat ketiga terlaris sejak diterbitkan tahun 2009 di Indonesia, hanya kalah oleh Alquran dan Alkitab. Omzet penjualan buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya ini berhasil melampaui buku-buku pemasaran, psikologi, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan kini banyak ditemui buku dengan judul atau konsep yang meniru buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.
Jika ditotal, seluruh buku-buku Ajahn Brahm selama ini penjualannya mencapai satu juta eksemplar, tentu saja yang paling laris adalah trilogi Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya, dilanjutkan dengan Superpower Mindfulness, Hidup Senang Mati Tenang, dan sebagainya.
Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya berisi 108 cerita motivasi, yang merupakan kumpulan dari pengajaran Ajahn Brahm selama 30 tahun perjalanannya menjadi bhikkhu.
Banyak pembaca menyukai buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya karena gaya penyampaian Ajahn Brahm mudah dipahami, seperti dikatakan Handaka Vijjananda, pendiri Ehipassiko Foundation sekaligus penyunting buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.
“Ia menulis seperti gaya orang berbicara, sehingga pembaca merasa seperti ada orang yang langsung bicara kepadanya,” jelas Handaka.
Kebanyakan orang yang telah membaca Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya merekomendasikan buku ini kepada teman dan keluarganya karena cerita-cerita di dalamnya yang ringan dan disampaikan dengan humor namun cendekia.
Larisnya penjualan buku-buku Ajahn Brahm juga berpengaruh besar terhadap tur ceramah Ajahn Brahm yang sudah tujuh tahun berturut-turut keliling Indonesia. Yang terakhir adalah Maret 2015 lalu. Talkshow Ajahm Brahm Tour d’Indonesia digelar selama lima hari di lima kota plus satu kota susulan dengan tema “Hello Happiness”.
Acara talk show ini sukses besar karena berhasil menjaring lebih dari 12 ribu hadirin dari berbagai latar belakang agama. “Orang banyak salah mengira bahwa acara talk show ini adalah upaya promosi buku-buku yang ditulis Ajahn Brahm, padahal acara ini sangat diminati masyarakat karena buku-bukunya sangat laris,” imbuh Handaka.
Handaka juga menuturkan tentang tantangan yang dihadapi Ehipassiko Foundation menghadapi era digital yang makin meninggalkan media cetak. Menurutnya, buku cetak masih cukup diminati namun media bacanya mulai bergeser ke layar seperti laptop, komputer, dan smartphone. Walaupun minat baca masyarakat meningkat, namun omzet buku justru berkurang.
Maraknya media digital juga mengubah pola manusia dalam membaca. Orang-orang saat ini lebih suka gambar visual dan naskah yang pendek. Ehipassiko menyiasati hal tersebut dengan menambah jumlah buku yang mengedepankan visual. Contohnya adalah buku Hello Happiness yang berbentuk ilustrasi dengan teks pendek, tak ubahnya kumpulan profile picture atau meme yang sedang digandrungi.
Lebih lanjut Handaka mengatakan, “Kami yakin media digital mulai lebih diminati dan kertas makin ditinggalkan. Kami juga menyambut gembira perubahan ini karena penggunaan kertas itu tidak ramah lingkungan. Untuk mengantisipasi hal ini kami sudah bekerja sama dengan beberapa e-book store online. Omzetnya masih sedikit, tapi kami belajar agar tidak kaget dengan teknologi nantinya.”
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara