• Wednesday, 17 March 2021
  • Jo Priastana
  • 0

“Depa seorang yang miskin, telah menemukan permata berharga yang sangat besar. Karena memiliki sedikit keinginan serta puas terhadap penghasilan kecilnya, Depa berpikir hendak memberikan permata itu kepada orang lain. Dia berpikir siapa yang paling pantas mendapatkannya, dan mendadak mendapat ide untuk memberikan kepada Raja Prasenajit. Raja sangat terkejut, karena sebenarnya ada banyak orang miskin yang membutuhkannya. Tetapi Depa berkata, “Oh, Raja, andalah yang termiskin, karena Anda tidak memiliki kepuasan.” (Nagarjuna, Surat Kepada Kawan)

Kutipan dari Surat Nagarjuna kepada Kawannya itu memperlihatkan dengan jelas tentang fenomena kebahagiaan yang umumnya diburu banyak orang, yang nyatanya menyimpan paradoks. Paradoks pencapaian duniawi, seperti di mana pencapaian kekayaan, kesuksesan karena api ketidak-kepuasan yang akhirnya hanya menyisakan kemiskinan, kejatuhan.

Syarat menjadi bahagia

Lalu, apa syaratnya agar menjadi bahagia? Cobalah kita lihat kebahagiaan yang kerap kita dambakan namun menghadirkan paradoks baik yang dialami dalam diri maupun yang terjadi dalam kehidupan di dunia ini.

Daftar paradoks yang terjadi hasil dari pencapaian dalam kehidupan dunia yang tidak pernah kenal puas. Kita mencapai level kemakmuran, namun hidup berdampingan dengan obat tidur, narkoba, obat penenang, anti depresan. Kita memiliki solusi peralatan hemat tenaga kerja, tetapi belum pernah kita harus bekerja sedemikian panjang waktunya.

Kita berhasil menciptakan kawasan global tetapi belum pernah sedemikian terkepung oleh terorisme internasional, pasar saham yang volatif, pandemi infeksi-virus, dan kesepian yang sangat justru ketika di tangan terpegang hp yang bisa berhubung kepada siapapun dimana pun, dan daftar paradoks ini masih dapat terus kita perpanjang.

Kita menemukan gairah dalam asmara tetapi belum pernah kita sedemikian tersekat oleh kebosanan yang begitu cepat yang setiap saat dapat terjadi. Artis tokoh atau idola yang memukau dengan memadu asmara namun nyatanya banyak keluar masuk rumah pernikahan dan perceraian secepat kilat.

Kita mampu meniti tangga kesuksesan tahap demi tahap namun tidak pernah terbayangkan bahwa di dalam puncak pencapaian itu ternyata tidak pernah ada yang selesai, belum lagi menghadirkan rasa kesepian yang hambar dan amat sangat, serta tidak mengalami perasaan luar biasa sebagaimana yang semula kita pikir akan diperoleh.

Kebahagiaan sejati

Buku ini menawarkan kebahagiaan yang tidak tergantung pada kondisi eksternal serta mengajak kita untuk menyelami ketidakpuasan yang bersarang secara internal dalam diri. Kebahagiaan sejati yang selalu hadir dalam perubahan apa pun, kebahagiaan sejati yang selalu kita rasakan jauh di dalam hati.

Buku ini ditulis oleh seorang yang berbekal berguru pada ajaran Buddha, khususnya Tibetan Buddhism. David Michie, penulis buku ini merupakan seorang praktisi meditasi Tibetan yang menulis buku ini dengan bersumber pada ajaran Lam Rin dalam Tibetan Buddhism.

David Michie telah menemukan kebijaksanaan dari ajaran Buddha tentang fenomena kehidupan yang paradoksal ini. Ia merupakan seorang siswa dari Tibetan Buddhist Society (TBS) yang didirikan oleh Geshe Acharya Thubten Loden.

Apa yang dituliskannya dalam buku ini pastinya berdasarkan atas pengalaman batin kebahagiaan yang dialaminya berkat pendalaman terhadap ajaran Buddha dan pelatihan-pelatihan meditasi yang diikutinya.

Para pembaca akan dapat menemukan dan merasakan apa itu kebahagiaan sejati yang sesungguhnya di dalam setiap halaman-halaman buku yang ditulisnya ini. Buku ini juga kaya dengan penjelasan yang bersumber dari karya klasik Shantideva “Bodhicaryavatara”, melalui karya Geshe Acharya Thubten Loden “Path to Enlightment in Tibetan Buddhism, maupun karya Dalai Lama “The Path to Enlightment.”

Buku yang berisikan mengenai pentingnya menumbuhkan bodhicitta ini sangat relevan bagi mereka yang sibuk, sebagaimana yang dijalani penulis yang juga berprofesi sebagai konsultan komunikasi perusahaan.

Buku yang telah beberapa kali diterbitkan dan beredar di banyak negara ini sangat cocok dan layak untuk dipegang mengingat buku ini menawarkan bagaimana dapat bahagia di tengah kehidupan yang terus berubah dan tak pasti ini. Dengan jernih dan penuh keyakinan, penulis menjelaskan betapa kebahagiaan mendalam dapat dicapai menurut tradisi Tibetan Buddhism tersebut.

Isi buku ini bukan sekedar mengemukakan teori tentang bagaimana mencapai bahagia, namun menyajikan sebuah alternatif praktis yang sungguh pernah dialami oleh penulis sendiri. Pengalaman menata ulang bagian yang internal dari diri, yakni dimensi lokuttara-spiritual, yang mengatasi segala ketergantungan pada hal-hal yang eksternal-duniawi atau lokiya.

Membaca buku ini serasa kita memperoleh peta yang jelas mengenai jalan menuju kebahagiaan. Kita dikenali dengan ajaran pertama Buddha, seluk beluk karma, intisari kebijaksanaan Buddha, maupun cara bermeditasi, menumbuhkan welas asih, menumbuhkan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya, sebagaimana kekhasan Tibetan Buddhism, yakni bagaimana siswa perlu menemukan seorang guru.

Seorang guru sejati adalah sebagai “teman spiritual” (kalyana mitra). Teman spiritual yang dapat memahami problem-problem dan keterbatasan diri kita, yang akan menyemangati kita di saat terjatuh dalam depresi, membimbing kita melalui rintangan-rintangan, dan mampu menyampaikan ajaran Buddha secara pribadi. Bagaimana mendapatkan teman spiritual itu?

Baiknya, kita dapatkan saja terlebih dahulu buku David Michie ini yang memberikan penjelasan dan pemahaman untuk menemukan jalan kebahagiaan dan yang akan menghantar untuk mempersiapkan diri sungguh sebagai seorang siswa.

Bukankah ada pepatah kuno berbunyi “ketika murid telah siap, maka guru akan muncul.”

Mari kita siapkan diri kita untuk menjadi siswa yang siap menerima berkah-berkah Buddha melalui seorang guru. Kita pelajari seluk-beluk, lika-liku dalam menemukan seorang guru melalui peta jalan bahagia dari buku yang telah mengalami sukses di banyak negara ini! ****

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *