• Thursday, 7 December 2017
  • Ngasiran
  • 0

“Golekono Galihe Kangkung. Carilah apa yang dicari leluhurmu, jangan berhenti pada peninggalannya” ~ Pepatah tua di Jawa.

Malam itu kami banyak membahas soal persiapan ekspedisi besok paginya. Kami persiapkan sematang mungkin, meskipun begitu senda guarau tetap mewarnai hangatnya persahabatan kami.

Ekspedisi Jalur Kuno, kegiatan penelusuran situs-situs candi peninggalan peradaban masa lalu. Temanggung merupakan salah satu kabupaten dengan peninggalan sejarah purbakala yang sangat banyak.

Sebaran situs candi merata hampir disemua wilayah desa dan kecamatan yang ada di Temanggung.

Mozaik

Taman Kota Parakan menjadi titik temu anak manusia dari berbagai latar belakang yang berbeda. “Pesertamu kali ini orang-orang hebat Mas!” ucap Victor Alexander Liem, salah satu penulis produktif di BuddhaZine.

Memang, tidak kalah dengan ekspedisi pertama, ekspedisi kali ini pesertanya lebih banyak dan lebih beragam. Peserta datang dari berbagai latar belakang suku, agama, bangsa dan negara.

Mereka berasal dari Bandung, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Solo bahkan salah satu peserta dari Perancis. Meskipun begitu, rasa persaudaraan bak keluarga hadir bersama kami, sisa-sisa sejarah leluhur menyatukan kami dalam perbedaan.

Perjalanan dimulai. Dua mobil bak terbuka telah siap mengantarkan kami menelusuri batu-batu tua peninggalan leluhur. Dua pemandu kami pun harus dibagi kedua mobil yang berbeda. Kang Candra dan Goenawan A. Sambodo, seorang arkeolog dan ahli aksara Jawa Kuno.

Seperti sahabat lama, dalam perjalanan di mobil, obrolan seputar situs kuno mengalir mengisi pengetahuan. Sesekali Mbah Gun (sapaan Goenawan A. Sambodo) harus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta.

Mobil melaju ke arah Jembatan Sigandul untuk mengunjungi situs Watu Ambal. Tak berapa lama jalan hujan mulai mengguyur dengan deras, mobil pun harus berhenti untuk memakai mantol plastik dan mengamankan barang elektronik.

Mobil kembali melaju menerjang hujan, belum sampai ke tempat tujuan salah satu mobil mogok membuat kami harus jalan kaki cukup jauh untuk sampai ke situs yang kami tuju. Hujan masih rintik, jalan pun licin, meskipun begitu wajah ceria masih terpancar.

Gunung Sumbing yang tertutup kabut pun mulai kelihatan samar, meskipun begitu tak bisa menyembunyikan keindahannya.

Perjalanan

Setelah melewati ladang petanian warga dan sungai sampailah kami di situs Watu Ambal. Situs ini berada di ladang pertanian warga, terdapat dua lingga yang berukuran cukup besar dan watu ambal (batu tangga) pada situs yang berada di dusun Kwadungan Jurang, Kledung, Parakan, Tlahap, Kledung, Temanggung.

Kagum pasti! Setelah sebagian peserta melakukan puja penghormatan kepada leluhur kami melanjutkan perjalanan.

Situs Prasasti Gondosuli menjadi tujuan kedua. Prasasti ini terletak di Desa Gondosili Kecamatan Bulu. Jaraknya hanya sekitar 13 km ke arah barat. Prasasti ini ditulis pada tahun 832 M, sesuai dengan candra sengkala yang ada.

Prasasti Gondosuli menjadi saksi bisu kejayaan Dinasti Sanjaya, terutama di masa pemerintahan Rakai Patahan (Rakaryan Patapan Pu Palar) sebagai raja di Mataram Hindu (Mataram Kuno).

Nama Rakai Patapan juga dapat dijumpai dalam Prasasti Karang Tengah yang ditulis pada tahun 824 M. Secara keseluruhan luas lokasi situs ini sekitar 4.992 m2.

Cukup lama kami berada disitus ini. Antusias peserta masih tinggi mekipun lelah. “Tadi ke lingga, tempatnya menarik, jalurnya asik nggak kebayang tadi sampai sana, pemandangannya juga wah dan menghibur.” Ujar Andina, salah satu peserta dari Tripdixi, sebuah aplikasi pariwisata.

Bersambung….

Ngasiran

Penikmat kopi dan rokok. Jurnalis BuddhaZine. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah.

Dapat dijumpai di Fb: ryan.nalla dan IG: ngasiranry

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *