Banyak anggapan yang menyatakan bahwa ditutupnya bagian bawah dari lantai Mandala Agung Borobudur atau bagian Kamadatu dengan relief Karmawibhangga karena adanya relief-relief porno, adegan kekerasan ataupun adegan tak layak tayang. Yakin?
Tak ada salahnya ketika kita berkunjung ke candi Borobudur, sempatkan kaki melangkah ke Museum di sana. Akan didapati banyak foto dari 160 relief Karmawibhangga yang sekarang tak lagi bisa dilihat kecuali di sudut tenggara yang dibuka pada masa pendudukan jepang. Salah satunya adalah relief di atas.
Terdapat aksara Jawa kuno model abad VIII M yang terbaca ‘caityawandana’ atau penghormatan bangunan suci. Tulisan ini digambarkan dalam bentuk relief yang ada di bagian bawah tulisan tersebut. Berdasar hal ini, para peneliti beranggapan bahwa tulisan tersebut digunakan sebagai panduan oleh para silpin atau pemahat dalam memahat rangkaian cerita yang ada di sana.
Tulisan-tulisan panduan seperti ini tidak hanya ditemukan di Mandala Agung Borobudur saja, namun dapat juga ditemukan di Candi Panataran. Penghormatan terhadap bangunan suci pada masa Jawa kuno, tidak hanya sekedar dinyatakan dalam penggambaran relief di candi-candi masa itu.
Lebih jauh lagi dapat diketahui dalam prasasti-prasasti Jawa kuno, yang banyak sekali menyatakan bahwa penetapan sebuah daerah menjadi sebuah sima atau daerah otonom yang bebas pajak secara terbatas, dikarenakan di dalam daerah itu terdapat sebuah bangunan suci atau kompleks bangunan suci.
Goenawan Sambodo
Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara