Ketika Waisak menjelang seperti saat ini, salah satu ornamen Buddhis yang paling sering terlihat adalah bendera Buddhis yang terdiri dari 6 warna, yaitu biru, kuning, merah, putih, oranye, dan gabungan kelima warna tersebut.
Bagaimana asal mula lahirnya bendera Buddhis dan apa maknanya? Ini dia jawabannya.
Cerita tentang sejarah terciptanya bendera Buddhis internasional dikutip dari buku Old Dairy Leaves yang dituturkan oleh Colonel Henry Steel Olcott (1832-1907), salah satu pendiri Perhimpunan Theosofi dan Presiden Internasional yang pertama dari perhimpunan tersebut.
Pada suatu ketika di bulan Februari 1885, teman-teman Olcott dari Colombo (Sri Lanka) yang tergabung dalam Panitia Pertahanan Buddhis Sri Lanka (Buddhist Defence Committee) yang diketuai oleh Bhikkhu Sumangala, mendapat sebuah gagasan untuk membuat bendera yang dapat menjadi simbol dan lambang yang kelak dapat diterima oleh semua aliran umat Buddha di dunia.
Hal tersebut merupakan sebuah ide yang sangat bagus dan ketika hal itu dicetuskan, dengan serta-merta Olcott melihat adanya potensi di dalam bendera semacam itu, yang dapat digunakan sebagai lambang persatuan di kemudian hari.
“Hal tersebut akan dapat membantu usaha saya untuk mempersatukan umat Buddha di dunia, yang saya rintis sejak saya terjun dalam Buddha Dharma. Dengan adanya titik-titik ketidaksamaan yang begitu banyak antara ajaran agama Buddha aliran Utara dengan ajaran aliran Selatan, pekerjaan untuk mempersatukan pendapat mereka sungguh sulit,” ujar Olcott.
“Namun, melihat dasar fundamental yang sama antara aliran Utara dan Selatan, maka saya masih mempunyai harapan untuk dapat mempersatukan pendapat mereka dalam merencanakan sebuah bendera persatuan yang dapat diterima oleh semua pihak,” tulis Olcott selanjutnya.
Dalam usaha merencanakan bendera Buddhis tersebut, kolega-kolega Olcott dari Sri Lanka mendapat sebuah ide yang sangat orisinil dan unik sekali. Mereka menyarankan, agar bendera Buddhis internasional tersebut dibentuk dari warna-warna aura atau cahaya yang keluar dari tubuh Buddha ketika mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya.
Mereka berpendapat, bendera yang dibuat dari warna-warna aura Buddha, pasti dapat meniadakan perdebatan-perdebatan antar aliran. Semua aliran tanpa terkecuali, telah lama menerima tradisi warna aura Buddha ini. Sama seperti yang telah mereka terima mengenai gambar dan bentuk patung-patung Buddha.
Dalam tulisannya, Olcott selanjutnya mengatakan, “Kepada panitia, kami menyarankan agar bendera Buddhis tersebut tidak mempunyai atau mengandung arti politik dalam bentuk apapun dan harus mempunyai arti serta nilai keagamaan yang mendalam!”
Kemudian panitia membuat sketsa-sketsa percobaan dari calon bendera Buddhis tersebut. Sebuah sketsa kemudian diajukan oleh panitia, yaitu bendera berbentuk panjang berkelok-kelok seperti ular. Olcott merasa bendera panjang tersebut tidak praktis, dan akan sulit untuk dibawa dalam prosesi. Selain itu, bendera seperti itu tidak indah bila dipasang di dinding.
“Saya mengusulkan bentuk bendera yang biasa saja. Setelah contohnya selesai dibuat, bendera tersebut disetujui oleh seluruh anggota panitia dengan suara bulat. Dalam waktu singkat, bendera ini telah menawan hati umat Buddha,” lanjut Olcott.
“Pada Hari Raya Waisak tahun 1885, bendera tersebut pertama kali mulai dikibarkan di hampir semua vihara dan rumah penduduk di Sri Lanka,” tulis Olcott.
Warna-warni yang terdapat pada bendera Buddhis adalah warna biru, kuning, merah, putih, dan oranye. Warna-warni ini disusun secara vertikal lalu di sebelahnya ada gabungan kelima warna ini yang disusun secara horizontal. Setiap warna mempunyai arti yang berbeda. Warna-warni horizontal melambangkan perdamaian abadi dari ras-ras yang ada di dunia dan keharmonisan dalam kehidupan bersama. Warna vertikal melambangkan perdamaian di dunia ini.
Warna biru berasal dari warna rambut Buddha melambangkan bakti atau pengabdian; kuning emas dari warna kulit Buddha melambangkan kebijaksanaan; merah tua dari warna darah Buddha melambang cinta kasih; putih dari warna tulang dan gigi Buddha melambang kesucian; oranye adalah warna yang diambil dari warna telapak tangan, kaki dan bibir Buddha yang melambangkan semangat; dan gabungan kelima warna melambangkan gabungan kelima faktor yang telah disebutkan di atas. Gabungan kelima warna tersebut dikenal dengan istilah “Prabhasvara”, yang berarti bersinar sangat terang atau cemerlang.
Secara singkat, bendera Buddhis memberikan makna bahwa tidak ada diskriminasi ras ataupun kebangsaan, kedaerahan ataupun warna kulit, bahwa semua makhluk mempunyai potensi mencapai kesucian menjadi Buddha dan mempunyai karakteristik ke-Buddha-an. (samaggi-phala.or.id)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara