Cuaca sedikit tak bersahabat saat kami berkunjung ke Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Selasa (16/5). Langit terlihat gelap, tanda hujan akan mengguyur. Meski demikian, saya dan rombongan tetap antusias menjelajah objek wisata yang dikenal juga dengan nama Vihara 1000 Patung tersebut.
Melihat 1000 Wajah Patung Buddha
Suasana di dalam Vihara Ksitigarbha Bodhisattva ternyata lebih menarik lagi. Saat itu kami seolah tidak sedang berada di Tanjungpinang yang kental dengan budaya Melayu, namun berada di daratan Tiongkok. Ada taman-taman khas Tiongkok yang penuh bunga berwarna-warni. Jadi ingat Drama Cina RCTI yang sering saya tonton saat masih sekolah dulu, Giok di Tengah Salju. Taman-taman yang dibangun di vihara tersebut begitu mirip.
Namun tentu saja, yang paling menarik perhatian pengunjung adalah deretan patung dengan berbagai ekspresi. Sesuai dengan julukan vihara tersebut –Vihara 1000 Patung– di dalam vihara itu ada banyak deretan patung Buddha dengan berbagai mimik yang begitu ekspresif.
Ada yang seperti sedang khusuk beribadah, ada yang sedang tersenyum bahagia, ada yang sedang mengerutkan kening, ada yang seperti sedang marah, ada yang sedang menggendong anak, hingga ada patung yang terlihat begitu bersemangat sampai-sampai mengacungkan tangannya tinggi-tinggi.
Sayang bagi yang buta aksara Cina seperti saya, tidak akan tahu secara pasti sedang apa patung-patung tersebut sebenarnya. Makna apa yang ingin disampaikan melalui patung-patung yang penuh ekspresi tersebut. Padahal di setiap patung ada keterangan yang sepertinya lumayan lengkap. Namun ya itu tadi, keterangannya berbahasa Cina.
Kalau boleh usul, ada baiknya bila ditambahkan keterangan yang berbahasa Indonesia, atau setidaknya yang berbahasa Inggris. Bila tidak memungkinkan, mungkin ada baiknya disediakan pemandu yang dapat menjelaskan secara rinci. Sehingga, pengunjung dapat lebih paham makna dari deretan patung-patung tersebut.
Vihara 1000 Patung memang bukan sepenuhnya tempat wisata. Vihara tersebut merupakan tempat beribadah umat Buddha yang dibuka untuk umum. Namun belajar filosofi kan tidak harus dari agama kita sendiri, siapa tahu ada banyak filosofi yang dapat kita ambil dari patung-patung tersebut. Sehingga, bermanfaat bagi masyarakat walaupun tidak beragama Buddha.
Bila hujan tidak turun, saya dan rombongan sepertinya akan terus mengambil gambar di vihara tersebut. Namun tetes-tetes air yang kian deras, membuat kami harus segera mengakhiri petualangan foto di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva. Kami harus segera bergegas ke bus.
Namun saya berjanji, lain kali harus kembali berkunjung ke vihara tersebut. Apalagi jarak Batam, Kepulauan Riau –yang menjadi kota tempat saya tinggal– ke vihara tersebut tidak terlalu jauh. Hanya tinggal menyebrang dengan kapal ferry, kemudian dilanjutkan dengan menyewa kendaraan pribadi. Vihara 1000 Patung tersebut dapat diakses melalui Jalan Asia Afrika KM 14, Tanjungpinang. (Kompasiana.com/Cucum Suminar)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara