Sebuah arca Dwarapala di situs Menggung, Solo, Jawa Tengah.
Bagi sampeyan yang pernah ke candi-candi di Jawa, atau searching candi di Jawa melalui internet. Sampeyan umumnya akan melihat sesosok patung di halaman depan candi, sesosok patung itu memegang gada di tangannya, bertaring, dan berwajah seram. Itulah arca Dwarapala!
Arca Dwarapala ini diletakkan di pintu masuk sebuah candi. Candi kalau di Jawa ada tiga umumnya! Candi Buddha, Candi Siwa, dan Candi Siwa-buddha. Kali ini, kita tidak akan membahas candinya, melainkan membahas apa dan siapa arca Dwarapala. Arca tersebut juga termasuk bagian dari kebudayaan Hindu. Kita akan membahasnya secara singkat dari sudut pandang kebudayaan Buddha.
Pada awalnya Dwarapala dipuja sebagai makhluk setengah dewa yang disebut dengan Yaksha atau dari alam Asura. Pemujaan terhadap Yaksha merupakan kebudayaan asli bangsa Dravida sebelum agama Hindu maupun Buddha berkembang di India. Ia dipuja sebagai penjaga tanah atau pertanian.
Mitos dalam agama Buddha menyebutkan bahwa Dwarapala ialah raksasa yang gemar memakan daging manusia, namun berhasil disadarkan oleh Buddha. Kemudian ia mendalami Buddhadharma dengan tekun. Karena Dwarapala mendalami Dharma dengan baik, ia kemudian dipercaya dan diberi tugas sebagai pelindung bangunan suci.
Arca Dwarapala di Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah.
Arca Dwarapala kini
Sebagai penghias pintu masuk kantor-kantor pemerintahan di Jawa. Penghias pintu masuk rumah. Penghias pintu masuk apartemen. Penghias pintu masuk hotel. Jika di Kraton Surakarta atau Ngayogyakarta, arca tersebut pada hari-hari tertentu masih diberi penghormatan dengan menghaturkan sarana bunga dan dupa. Karena tahu makna simbolik dari arca Dwarapala.
Bagaimana dengan arca Dwarapala yang ada di wihara-wihara? Umumnya sekadar penghias pintu masuk, mungkin cara penghormatannya berbeda dengan zaman dahulu. Maksudnya begini, jika di sebuah wihara ada arca Dwarapalanya, umat langsung masuk begitu saja. Abai terhadap keberadaan arca Dwarapala sebagai pelindung bangunan suci, seolah ia hanya barang mati. Tangkupkanlah tanganmu ke arca Dwarapala sebagai bentuk penghormatan pada tempat suci. Mohon perkenaan agar diizinkan masuk. Rasa hormat.
Patung memang barang mati. Memasuki kompleks suci, wihara. Ada etikanya to? Karena arca Dwarapala tidak pernah diberi haturan atau persembahan, ya apa bedanya arca Dwarapala dengan patung McDonald? Sekadar barang seni estetis, sayang sekali.
Arca Dwarapala di Retjo Sewu, Tulungagung, Jawa Timur.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara