• Wednesday, 10 May 2017
  • Ngasiran
  • 0

Nyadran atau Sadranan sebagai sebuah tradisi sudah dijalankan secara turun-temurun bagi masyarakat Temanggung, Sadranan dimaknai sebagai penghormatan terhadap leluhur tetapi yang tidak kalah penting dari itu, ditingkat keluarga Nyadran dijadikan momentum berkumpul sanak keluarga.

Acara ini dimaknai sebagai wujud toleransi, guyub, srawung masyarakat antaragama dan golongan. Ini bisa dilihat dalam proses ritual Nyadran yang dilaksanakan bersama-sama antaragama dengan doa secara bergantian.

Di Temanggung, Nyadran biasanya dilaksanakan pada hari Jumat, bulan Jumadil Akir, Rejeb dan Ruwah dengan waktu pasaran (penanggalan) Jawa yang berbeda-beda. Jumat Kliwon dilaksanakan di Dusun Larangan Jayan, Desa Tleter, Dusun Ngadiroso, Dusun Mranggen, Desa Kandangan, Dusun Prorot, Desa Getas dan lain-lain.

 5 3

Nyadran dan agama Buddha

Menurut Sutrisno, seorang pengajar Sekolah Tinggi Agama Buddha, Sadranan sangat relevan dengan agama Buddha. “Sadranan yang dalam lafal lidah orang Jawa sering disebut “nyadran”, berasal dari kata Sraddha (Sanskerta) atau Sadda (Pali). Dalam sebuah buku karya P.J. Zoetmulder (1974), istilah Nyadran berasal dari sadran, sraddha, nyraddha, nyraddhan yang disebut-sebut dalam Kakawin Banawa Sekar yaitu upacara rangkaian persembahan bunga dengan mendirikan pendharmaan untuk Gayatri Rajapatni pada 1284 Saka/1350 M. Artinya, sejak era Majapahit, Nyadran telah menjadi tradisi bakti pada leluhur.”

Keteladanan Buddha untuk menghormat tulang orang tak dikenal, sekaligus pesan-Nya dalam Sutta Sigalovada menegaskan pentingnya penghormatan terhadap mereka yang patut dihormati. Kalau disederhanakan, setidaknya terdapat tiga makna di balik aktivitas Nyadran dalam bentuk bakti.

Pertama, Nyadran sebagai bentuk penghormatan. Secara khusus penghormatan ini ditujukan kepada para leluhur, dan secara lebih luas dapat ditujukan kepada orang-orang suci maupun orang-orang yang dianggap berjasa. Puja relik adalah contoh penghormatan terhadap orang-orang suci. Oleh karena itu di tempat-tempat suci semacam stupa Borobudur dan candi-candi buddhis lainnya diletakkkan relik untuk dipuja. Penghormatan semacam ini dilakukan untuk mengenang jasa kebajikan dan keluruhan budi mendiang para pendahulu. Harapannya, keutamaan itu dapat menjadi inspirasi generasi saat ini.

Kedua, kegiatan Nyadran merupakan aktivitas kontemplatif supaya dalam kehidupan ini orang dapat lebih mawas diri. Orang-orang yang kita hormati dan berjasa, mereka berjuang memberikan nilai kehidupan dalam ketertundukkannya terhadap hukum alam: lahir, sakit, tua, dan meninggal. Dalam konteks itu, orang yang masih hidup harus giat menempa diri dalam spritualitas, terus berbuat kebajikan dan menjaga moralitas. Menjelang parinibbana (mangkat), Buddha menasihati para bhikkhu dengan ungkapan “Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha” (Segala sesuatu yang memiliki unsur akan hancur, capailah kebebasan dengan tekun). Di sinilah ajaran datang, lihat dan buktikan itu terasa relevansinya.

Ketiga, nyadran dapat dimaknai sebagai aksi cinta dan ekspresi rasa syukur. Dalam konteks agama Buddha, Nyadran mestinya tidak berhenti pada romatisme kejayaan leluhur, tetapi harus diikuti aksi nyata yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

4 2

Kegiatan yang baik hanya mungkin dilakukan oleh seseorang yang pandai mensyukuri hidup dan kehidupannya. Karena harus didahului dengan aksi kebajikan, maka doa seorang umat yang dipanjatkan kepada leluhurnya biasanya berbunyi, “Semoga jasa dan kebajikan yang diperoleh dari perbuatan ini akan memperindah Tanah Suci Para Buddha, membalas empat budi besar, dan menolong mereka di Tiga Alam Samsara. Semoga mereka yang mendengarkan Dharma ini. Semua bertekad membangkitkan bodhicitta sampai di akhir penghidupan ini, bersama-sama lahir di alam bahagia.” Atau dalam versi singkatnya, “Semoga jasa-jasa kebajikan ini melimpah pada sanak keluarga yang telah meninggal. Semoga mereka berbahagia.”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *