• Monday, 12 June 2023
  • Ancah Yosi Cahyono
  • 0

Moonstone yang secara harafiah memiliki arti batu bulan. Karena hal inilah, mungkin banyak kalangan umum mencampuradukkan Moonstone dengan Vajralepa yang bisa bersinar ketika bulan purnama.

Penamaan Moonstone diberikan oleh orang-orang Eropa untuk menerjemahkan kata Sanda-Kada-Pahana (bhs: Sinhala) yang berarti Bulan-Lempeng-Batu atau secara terjemahan bebas berarti lempeng batu bulan.  Hal itu dikarenakan bentuknya yang bulat menyerupai bulan (lingkaran secara simbolik diterjemahkan sebagai bulan). Sedangkan dalam teksnya sendiri disebut sebagai “pāṭika” (Mahavamsa 31:61).

Moonstone ditemukan di banyak tempat di berbagai bangunan suci Buddhis kuno di Sri Lanka. Mereka ditempatkan di depan stupa, pohon Bodhi, serta yang paling umum tepat di depan tangga naik sebelum masuk kuil.

Di India ataupun Sri Lanka Moosntone diukir dengan berbagai macam ornamen melingkar mengikuti keliling lingkaran. Dimulai dari paling luar adalah sapi-gajah-kuda-singa, suluran, angsa, dan di pusat adalah teratai. Ornamen untuk hewan kadang diukir lengkap (empat jenis) kadang hanya diwakili 3 atau 2 hewan.

Tentu saja penempatan serta pemilihan ornamen yang terstruktur tersebut memiliki makna dan maksud tersendiri. Kita mulai dari penamaan dalam kata “pāṭika”, menurut Paranavitana (1954) “pāṭika” berasal dari akar kata “paṭ” yang berarti menusuk atau membagi. Hal ini berhubungan dengan representasi batu yang hanya terlihat setengah, sedangkan setengahnya lagi dianggap berada di bawah bangunan. Penempatan tersebut memiliki maksud bahwa di situlah awal pembagian dunia manusia (tanah) dan alam yang lebih tinggi (kuil yang akan dimasuki).

Makna Ukiran

Gambar 1 Moonstone Anuradharupa

Lembu-Gajah-Kuda-Singa

Lembu (Gottha) sebagai representasi untuk keluarga Buddha Sakyamuni (Siddharta Gautama)

Gajah: Mimpi Ratu Maya ketika akan mengandung janin Pangeran Siddharta.

Kuda: Pelepasan Agung, diwakili oleh penggambaran Kanthaka, kuda tunggangan Pangeran Siddharta ketika di istana.

Singa: Khotbah pertama Buddha (Pangeran Siddharta setelah mencapai penerangan sempurna, menjadi Buddha) yang sering diibaratkan seperti auman singa.

Khusus untuk relief hewan ini kadang memiliki makna dan arti berbeda, ada yang menyampaikan sebagai siklus penderitaan yang berulang; lahir, sakit, usia tua dan mati. Tergantung representasi pembuat atau umat. Maka dari itu tidak selalu 4 jenis, kadang hanya 3 atau 2 yang dimaknakan usia tua, sakit dan mati atau kelahiran-kematian.

Suluran ranting: Menggambarkan keinginan dalam batin manusia, dimana jika dibiarkan suluran ini akan tumbuh liar dan menjerat batin manusia sehingga menghambat untuk mencapai penerangan sempurna. Sulur yang dipilih adalah tanaman menjalar, merambat, mempunyai sedikit daun dan tidak berbuah, ini menggambarkan Tanha, yaitu nafsu keinginan akan kesenangan indria, keinginan tak berujung dan tiada manfaat pembebasan (Dhammapada: 24: 7).

Angsa: Angsa dalam proses bertahan hidup merupakan hewan yang dapat memisahkan air kotor dan makanan. Diibaratkan sebagai pribadi yang harus bisa seperti angsa, memisahkan hal yang baik dan buruk sebelum dimasukkan ke dalam tubuh. Adapula yang mengartikan angsa putih sebagai lambang Anagami, atau tahapan sebelum mencapai Arahat.

Yang terakhir terdapat teratai: Teratai hidup, bertunas, dan tumbuh di air atau lumpur, namun setelah mekar ia terlepas dari ombang-ambing ketidakpastian gelombang air dan kotoran lumpur. Di sini merupakan lambang kebebasan dari lautan samsara atau yang terbebas dari kekotoran batin.

Kadang Moonstone pada bagian paling luar ditambah ornamen lidah api melingkar yang mengingatkan mengenai Lobha, Dosa, Moha atau Keserakahan, Kebencian, Kebodohan batin yang selalu membakar dan membelenggu manusia sehingga menghalangi untuk mencapai pandangan sempurna.

Maka dari pola-pola terstruktur tersebut, Moonstone merupakan pengingat bagi umat mengenai berbagai hal proses di atas sebelum memasuki kuil. Sebab, “dunia” yang akan dimasuki tingkatan dan niatannya harus lebih dikendalikan untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan dalam kuil nantinya.

Moonstone Kalasan

Gambar 2Moonstone Kalasan (OD 9716)

Moonstone Kalasan pertama kali ditampakkan oleh Van Rommond dalam pemugaran Kalasan 1929. Van Rommond menyebutkan jika dalam masa pengerjaan pemugaran Kalasan menemukan batu yang mirip dengan Ceylon Moonstone. Pemberian nama Moonstone ini dikarenakan posisinya yang sama persis dengan bangunan-bangunan di Abhayagirivihara, Sri Lanka yaitu di depan tangga. Akan tetapi dari bentuk serta ornamennya Moonstone Kalasan memiliki perbedaan. Batu tersebut saat ini masih berada di lokasi aslinya, tepat di depan sayap tangga sisi timur membentang sesuai lebar anak tangga dan hanya tampak permukaan atas.

Moonstone Kalasan tidak berbentuk bulat atau setengah lingkaran, namun berbentuk persegi panjang dan memiliki pola sulur gelung pada setiap sisi. Peruntukkannya sampai sekarang belum ada yang pernah meneliti secara akademis, apakah Moonstone ini memiliki fungsi yang sama seperti yang ada di Sri Lanka atau beberapa bangunan suci India.

Yang jelas, Moonstone Kalasan tidak bisa bersinar ketika purnama, hal ini dikarenakan tidak dilapisi Vajralepa yang memberikan efek tersebut semenjak pertama kali ditemukan. Minim ornamen yang relatif sederhana juga bisa diinterpretasikan lain jika mungkin batu ini belum terpahat sempurna. Namun kemungkinan tetaplah kemungkinan, dugaan tidak lebih dari dugaan. Fakta-fakta tersebut menyadarkan kita, bahwa masih banyak yang belum kita pahami dari warisan masa lampau.

Tambak Boyo, 12-06-23

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *