• Friday, 27 August 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Pada abad ke-8 Masehi, Umar ibn al-Azraq al-Kermani, seorang penulis berbangsa Arab menggambarkan dengan detail keagungan Vihara Nava (Nava Vihara, Nawbahar) dalam bukunya yang kemudian ditulis ulang oleh Ibn al-Faqih pada abad ke-10 dalam bukunya berjudul Kitab Al-Buldan. Nava Vihara merupakan sebuah kompleks vihara yang terletak di kota kuno Balkh di utara Afghanistan.

Catatan sejarah merekam tempat itu sebagai pusat penting penyebaran agama Buddha dari abad 7 hingga 11 Masehi. Kemungkinan besar vihara tersebut telah didirikan jauh sebelumnya antara masa pemerintahan kaisar Kushan Kaniska pada abad kedua Masehi.

Menurut Umar, Nava Vihara dalam berbagai hal sangat mirip dengan Kaaba di Mekah. Dalam tulisannya, dia menjelaskan bahwa di kuil utama terdapat sebuah batu yang diselimuti dengan kain dan para umat akan mengelilinginya dan bersujud mirip seperti di Kaaba. Batu yang dimaksud oleh Umar adalah stupa sebagaimana lazimnya budaya di vihara-vihara Bactria. Kain yang tersampir juga sesuai budaya Persia yang menunjukkan pemujaan dan penghormatan.

Banyaknya rujukan buddhis di dalam literatur Persia juga menunjukkan bukti kontak budaya Islam dan Buddha pada masa itu. Puisi-puisi Persia sebagai contohnya, sering menggunakan perumpamaan bahwa tempat-tempat tersebut “seindah seperti Nowbahar/Nava Vihara”. Selain itu, penggambaran figur Buddha di Nava Vihara dan Bamiyan, terutama Buddha Maitreya, memiliki halo atau lingkaran cahaya di belakang atau sekeliling kepalanya. Ini membuat banyak karya puisi kuno Persia yang menggambarkan keindahan alami sebagai seseorang yang memiliki “wajah Buddha yang berbentuk bulan”.

Puisi-puisi Persia pada abad 11 Masehi seperti Varqe dan Golshah oleh Ayyuqi menggunakan kata “budh” sebagai konotasi positif untuk “Buddha”, tidak seperti halnya perkembangan selanjutnya yang terjadi penurunan makna sebagai berhala. Rujukan-rujukan ini menunjukkan kehadiran vihara-vihara dan pengaruh buddhis di dalam budaya Persia/Iran setidaknya hingga periode awal Mongol pada abad ke-13 Masehi.

Yijing, pengembara dari Tiongkok juga pernah singgah di Nava Vihara pada tahun 680-an dan menggambarkannya sebagai pusat studi bagi agama Buddha aliran Sarvastivadin.

Abu Rayhan al-Biruni, seorang cendekia Persia juga melaporkan bahwa pada awal abad ke-10 Masehi, vihara-vihara di Bactria termasuk Nava Vihara masih berfungsi dan didekorasi dengan ornamen buddhis. Kemegahan bangunan ini juga ditemukan dalam tulisan geografer Arab abad ke-10 bernama Ibn Hawqal.

Namun beberapa sumber berbahasa Arab secara keliru menjelaskan vihara ini sebagai kuil api Zoroastrian. Kemungkinan hal ini disebabkan lokasi vihara yang dekat dengan Balkh, tempat kelahiran Zoroaster. Kerusakan juga sempat dialami oleh Nava Vihara pada beberapa periode seperti pada tahun 715, Qutayba yang menyebabkan kerusakan besar pada Nava Vihara sehingga banyak dari biksu yang kabur menuju Khotan dan Kashmir.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *