• Wednesday, 3 February 2021
  • Jo Priastana
  • 0

Cinta sejati itu terasa kekuatannya manakala menemui dan memenuhi perwujudannya di masa-masa sulit. Masa sulit adalah ladang subur bagi tumbuhnya cinta sejati, begitulah kiranya karya kemanusiaan Sister Chan Kong yang tumbuh di tengah situasi keadaan perang Vietnam.

Buku autobiografi tentang Bhiksuni Chan Khong yang sangat luar biasa ini mengisahkan perwujudan cinta kasih sejatinya di tengah masa-masa sulit negerinya.

Bhiksuni kelahiran Vietnam, di sebuah desa kecil di sekitar Sungai Mekong pada tahun 1938 hampir seluruh hidupnya mendedikasikan dirinya dalam berkarya sosial-kemanusiaan, cinta sejati yang tumbuh di ladang masa sulit yang kemudian berbuah, berbunga menyebar harus ke seluruh dunia.

Sister Chan Kong adalah seorang pejuang perdamaian yang menentang perang (anti-perang) yang melanda negerinya, Vietnam. Beliau adalah seorang humanis, pecinta perdamaian, yang berjuang menegakkan hak-hak asasi manusia, menolak penindasan dan kekerasan.

Semua kegiatan itu diperjuangkannya dengan setulus hatinya yang penuh cinta dengan tidak mempedulikan keselamatan dirinya sendiri. Dalam buku yang berjudul asal “Learning True Love: Practicing Buddhism in a Time of War,” ini kita diperlihatkan tentang perkasanya perjuangan seorang perempuan Vietnam bagi kemerdekaan dan perdamaian negerinya serta bagi kemajuan kemanusiaan dan peradaban manusia yang mengedepankan welas asih, tanpa-kekerasan (ahimsa) dan kemanusiaan.

Sister Chan Kong mengukir sejarah hidupnya dalam cinta kasih. Beliau yang tumbuh dalam pergolakan perang saudara di negerinya, Vietnam, sudah sejak muda melakukan karya sosial kemanusiaan dan mengabdikan dirinya untuk kemerdekaan dan perdamaian.

Sangat heroik kisahnya ketika ia membantu, memberikan pertolongan bagi para pengungsi saudara-saudara senegerinya yang dikenal sebagai orang perahu. Terdorong oleh semangat dedikasi, pengabdian kepada kemanusiaan, ia menumbuhkan cinta kasihnya itu dengan mengupayakan perubahan sosial di negerinya.

Baca juga: Jalan Kebahagiaan Melalui Praktik Bodhisattwa

Ia memulai karya kemanusiaannya di daerah kumuh Saigon dengan cara mendistribusikan makanan, menolong mereka yang sakit, mengajar anak-anak.

Pada usia 21 tahun, beliau bergabung dengan Mahaguru Zen, Thich Nhat Hanh, mendirikan School of Youth for Social Service. Sekolah anak-anak muda untuk pelayanan sosial ini begitu fenomenal.

Tidak begitu lama sekolah sosial anak-anak muda ini sudah beranggotakan 10.000 anak-anak muda yang siap berkarya dalam bidang kesehatan, pengobatan, pendidikan, fasilitas pertanian di daerah pedalaman Vietnam, serta membangun kembali desa-desa yang hancur karena perang, dan tidak sedikit dari mereka yang berkorban nyawa.

Dalam buku Thich Nhat Hanh “Aksi Cinta,” banyak kisah heroik, mengharukan, dan tidak sedikit yang menjadi korban karena kecurigaan pihak-pihak tertentu akibat peperangan. Begitu pula kematian yang dialami anak-anak muda itu sungguh terasa hidup dituliskan oleh Thay.

Serasa anak-anak muda yang berkorban itu masih sedang melanjutkan hidupnya. Thay dapat berbicara dengan anak-anak muda yang telah tiada itu, dan terasa sangat tipis sekali batas – bahkan tidak ada batas sama sekali – antara kehidupan dan kematian itu yang dipersatukan oleh cinta.

Kisah perjalanan hidup Sister Chan Khong tidak bisa dilepaskan dari hiruk pikuk pergolakan di negerinya, perang saudara di Vetnam antara utara dan selatan yang di dukung oleh Amerika Serikat pada pertengahan hingga penghujung tahun 1960-an.

Ia membantu saudara-saudaranya yang pergi mengungsi ke luar dari Vietnam, yang dikenal sebagai orang perahu karena harus mengarungi lautan untuk sampai ke negeri yang dituju, seperti ke Australia. Sister Chan Khong turut mendampingi seperti dan memperjuangkan ke negara tujuan.

Sister Chan Khong juga turut terlibat dalam memperjuangkan perdamaian dan penghentian perang bagi negerinya, baik melalui berbagai proposal perdamaian di dunia internasional bersama gurunya Thich Nhat Hanh maupun yang ditujukan kepada otoritas keagamaan dan kekuasaan yang ada di negerinya sendiri.

Biarawati Zen Buddhism ini juga pergi ke Perancis, dan menjadi bagian penting dari sejarah komunitas Buddhis Thich Nhat Hanh di Plum Village, Perancis.

Beliau terus bekerja dekat dengan Mahaguru Zen Thich Nhat Hanh, baik di Vietnam maupun di Plum Village, pusat retret dan komunitas dalam pengasingan di Perancis. Hubungan murid guru ini mencerminkan spiritualitas yang dilandasi oleh keindahan hati.

Thich Nhat Hanh sendiri memandang Sister Chan Kong tidak semata sebagai muridnya. Thich Nhat Hanh memandang muridnya juga merupakan gurunya.

Baca juga: Merayakan Kehidupan dalam Transformasi Diri

Tentang Sister Chang Kong, Thay (sebutan untuk Thich Nhat Hanh) memberikan kutipan pernyataannya yang terdapat dalam bukunya “The Energy of Prayer,” untuk menghiasi halaman paling depan buku Sister Chan Khong “Menghayati Cinta Sejati” (Learning True Love) ini.

Baiknya kita simak saja Kutipan Thich Nhat Hanh yang ditujukan bagi Sister Chan Khong ini, sebuah ungkapan yang membuat kita semakin dalam mengenal sosok Sister Chan Kong yang telah berpuluh-puluh tahun berkarya kemanusiaan, memperjuangkan perdamaian, mengembangkan spiritualitas kesadaran (mindfullness) bersama gurunya.

Kata Thich Nhat Hanh: “Para muridku juga merupakan guruku. Saya belajar banyak belajar dari murid-muridku. Bhiksuni Chan Khong (kekosongan Sejati) merupakan salah satu yang cukup berpengaruh di antara semua murid-muridku, membaca buku dia membuat terus belajar banyak hal darinya. Cinta kasih dan perhatian yang menjadi Landasan semua aktivitasnya begitu dalam. Kehidupannya adalah Ceramah Dharma, dan dia punya segudang cerita untuk kita.”

Kehidupan Sister Chan Kong adalah ceramah dharma itu sendiri, ceramah tentang perjalanan hidup yang dilumuri oleh cinta kasih sejati, pengabdian kemanusiaan tanpa batas yang berhadapan dengan masa-masa sulit.

Pembaca akan dapat merasakan semua perjuangannya itu dalam bukunya ini. Sebuah buku autobiografi yang mengisahkan perjalanan hidup Sister Chan Kong semenjak kelahirannya di Bumi Tet pada tahun 1938 dan dibesarkan sampai tahun 1961.

Selanjutnya, beliau menjalani kehidupan masa muda yang penuh perjuangan di tengah pergolakan negerinya dengan berkarya demi perubahan sosial negerinya, dari tahun 1962-1965.

Dalam perang yang menghebat di tahun 1966-1968 dan sampai beliau harus meninggalkan negerinya, beliau tetap teguh berjuang dan selalu mengasihi kepada siapa saja, kepada mereka yang sedang berperang, karena baginya tiada musuh sama sekali, ”musuh bukanlah musuh kita,” ungkapnya.

Kemudian beliau pergi ke Perancis, dan kepergiannya ini bukanlah untuk meninggalkan perjuangan bagi perdamaian negerinya. Dalam pengasingannya itu diantara tahun 1969-1975 beliau turut dalam delegasi perdamaian memperjuangkan kemerdekaan dan perdamaian negerinya di forum-forum internasional.

Berlanjut pada masa 1976-2003, Sister Chan Khong terus memperjuangkan perdamaian negerinya, menolong sanak-saudara se-negerinya mengungsi pergi dengan berperahu. Bagian akhir buku ini berkisah tentang Vietnam di tahun 2004-2005 dimana beliau kembali.

Setiap bab dari isi buku yang mengisahkan perjalanan hidup Sister Chan Kong ini hampir pasti akan membuat kita yang membacanya tertegun, berhenti sejenak, terbawa ke dalam perenungan yang sangat dalam mengenai kisah anak manusia yang penuh dedikasi dan welas asih ini, di tengah pergolakan negerinya.

Akan terbayang ladang-ladang, persawahan di Vietnam yang hijau indah itu dijatuhi bom-bom Amerika dan anak-anak yang menangis berlarian, maupun bayangan dirinya bersama banyaknya orang-orang perahu yang terombang-ambing di tengah lautan yang gelap di malam hari diantara kerlap-kerlip bintang.

Kini buku ini telah dapat anda baca dalam bahasa Indonesia, terbitan Yayasan Karaniya. Buku ini juga mendapat sentuhan dari penulis perempuan yang terkenal dengan keartistikkannya baik dalam kata maupun nada suara, baik dalan penulisan novel maupun lagu-lagu yang diciptakan dan dinyayikannya, yaitu: Dewi Lestari sebagai penyunting.

Karenanya, dan pastinya para pembaca pun akan semakin merasakan kemudahan, menikmati keindahan dan pesona dari setiap butir kata dan kalimat yang tertera di sepanjang 480 halaman buku yang mengandung cinta sejati ini.

Buku autobiografi yang mengisahkan perjalanan seorang bhiksuni yang penuh spiritualitas welas asih. Seorang bhiksuni Buddhis yang tulus mengemban tugas membawa nilai-nilai kemanusiaan dan menjelmakan Buddhadharma dalam seluruh perjalanan hidupnya.

Sister Chan Khong merupakan makhluk langka diantara sedikit makhluk manusia di dunia yang mendedikasikan hidupnya untuk perdamaian, kemanusiaan, seperti Mahatma Gandhi, Dr. Martin Luther King, Jr maupun Ibu Teresa di Kalkuta, India.

Membaca buku “Menghayati Cinta Sejati (Learning True Love) ini, kita memperoleh suguhan yang nyata tentang praktik cinta kasih yang sejati.

Tiada lengkap rasanya sebagai seorang siswa Buddha atau siapa saja, para pecinta, apalagi yang terpelajar dan terdidik atau yang sedang menempuh kependidikan dan keterpelajarannya dalam bidang Buddhist Studies bila tidak mengenal, membaca buku autobiografi dari seorang bhiksuni yang sungguh penuh dedikasi ini dan memiliki keindahan hidup ini.

Bhiksuni Chan Khong membawa ajaran Buddha tentang karuna, welas asih dalam pengalaman hidup dan seluruh perjalanan hidupnya secara nyata dan hidup.

Sister Chan Khong yang seluruh hidupnya penuh cinta kasih dan karenanya beliau menjadi seorang perempuan pemberani dalam memperjuangkan apa yang baik, indah dan benar. Membaca setiap detail kisah hidupnya dan mengenali lebih dalam melalui bukunya ini, kita akan merasakan akan kehadiran beliau ke dunia ini layaknya sebagai seorang Bodhisattwa Masa Kini.

Dan tak ada sikap lain bila kita berhadapan dengannya, selain bersujud dan bernamaskara. Terpujilah ajaran Buddha, terpujilah cinta kasih dalam pesona kehidupan Bhiksuni Chan Khong. Sempurnalah dedikasi welas asih! ***

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *