• Wednesday, 10 February 2021
  • Jo Priastana
  • 0

Mari kita masuki tahun baru 2021 dengan cinta, dengan terlebih dahulu membuka lembaran buku “Merawat Cinta: Semua Orang Butuh Cinta, Sedikit yang Belajar Mencintai Secara Tepat.” Karya penulis Thailand Vajiramedhi ini menyajikan tentang indahnya mencintai dan keluarga.

Dengan ringkas dan bernas, ia menguraikan tips-tips berharga dari sudut pandang Buddhis. Ajaran-ajaran Buddha berupa tuntunan untuk memahami kebenaran dan sifat alami cinta, mengerti mengelola cinta.

Bagaimana memilih pasangan sebelum berumah tangga, menenun cinta agar bertahan lama dan kokoh, serta ajaran-ajaran jalan tengah Buddhis tentang berumah tangga.

Bagaimana pandangan Buddhadharma tentang sifat cinta yang sesungguhnya. Tentang karakteristik cinta, Buddha, yang penuh cinta kasih bagi semua makhluk pernah mengingatkan. “Di mana ada cinta, di sana ada kepedihan dan penderitaan.” (p.5).

Senada dengan Buddha, Raja Thailand Rama VI dan pujangga dunia Kahlil Gibran memiliki pandangan yang sama. “Di mana ada cinta, di sana ada kepedihan dan penderitaan.” (p.5). Cinta seperti sebilah pedang bermata tajam bersisi dua, kegembiraan dan kepedihan.

Sama halnya, kata Dewi Lestari, singer and writer, yang mengungkapkan istilah recto-verso, dua sisi dari koin uang yang satu, bahwa di balik kegembiraan itu terkandung penderitaan, begitu juga sebaliknya.

Baca juga: Mengatasi Noda Batin dengan Buddhadharma “Inner-Science”

Pedih dan Gembira. Pesimiskah atau Optimis. Pedih mungkin akan dialami, namun begitu orang sulit menolak cinta. Kahlil Gibran sendiri mengungkapkan dalam bait-bait puisi indahnya:

“Ketika cinta memanggilmu, ikutilah dia, walaupun jalannya sulit dan terjal. Dan ketika sayapnya terbuka, memelukmu, menyerahlah kepadanya. Walaupun pedang yang bersembunyi di belakangnya mungkin melukaimu. Dan ketika dia berbicara padamu, percayalah padanya, walaupun suaranya mungkin mengguncang mimpimu seperti angin utara menghancurkan taman. Karena sama seperti cinta memahkotaimu, dia juga akan menyalibkanmu. Walaupun dia membuatmu bertumbuh, dia juga akan memangkasmu. … Cinta tidak memberi apa-apa selain dirinya sendiri dan tidak mengambil apa pun selain dirinya sendiri. Cinta tidak memiliki dan tidak bisa dimiliki. Karena cinta sudah cukup untuk cinta”.

Hidup ini dukkha, kata Buddha. Namun cinta dan welas asih juga yang pada akhirnya ujung dari perjalanan spiritual. Semua membutuhkan cinta, namun cinta juga menyembuhkan semua. Cinta bagaikan belahan jiwa yang hilang dan semua orang mencari belahan jiwanya, berusaha menemukannya kembali.

Lalu jiwa pun mengembara dalam kegelapan langit malam diantara cluster-cluster taburan bintang di alam semesta dan mencari tahu dalam terang rembulan, dalam jutaan kelahiran kembali, dalam samsara tak terbilang. Belahan jiwa yang secara umum diartikan sebagai pasangan sejati atau ‘yang tepat.” (p.76).

Belahan jiwa yang telah hidup bersama selama beberapa kehidupan, dalam reinkarnasi dan lingkaran kehidupan yang tiada akhirnya karena memiliki hubungan cinta.

Dan ketika waktunya datang untuk bertemu kembali, mereka menemukan dirinya tertarik satu sama lain secara spontan-instan. (p.76).

Sejak dari kehidupan lampau mereka dalam posisi untuk dapat saling mencintai, hubungan mereka tetap abadi dan menyala, hati mereka masih berapi, bergetar ketika bertemu. Bahkan suatu situasi yang mustahil pun tidak menghentikan mereka berselingkuh secara mental. (p.78-79).

Tidak hanya dalam konsep Barat, belahan jiwa yang juga tersebutkan dalam kitab Buddhis tidak hanya berlaku secara eksklusif pada sebuah pasangan kekasih untuk semua kehidupan yang akan datang, namun juga inklusif berlaku untuk orang tua, anak, saudara kandung, dan teman dari kehidupan lampau. (p.79).

Ada hubungan cinta dalam belahan jiwa. Pandangan Buddhis menempatkan cinta berada di antara rasa sakit dan penderitaan. Sakit Apa? Penderitaan apa? Penting mencermati soal cinta ini.

Bila menganggap cinta nyatanya adalah kegembiraan yang tak terlukiskan, tetaplah perlu sadar, karena pandangan ini hanya setengah kebenaran. Kebahagiaan itu sendiri niscaya akan berubah menjadi rasa sakit dan penderitaan, dan hal ini biasanya tidak disadari.

Biar begitu, tidak berarti Buddha melarang orang untuk mencintai. Buddha menawarkan bagaimana mencintai secara dewasa yang menghantar kita memahami dan keluar dari ilusi cinta sehingga dapat menemukan kebahagiaan dalam penderitaan.

Baca juga: Berbahagia di Tengah Perubahan dan Ketidak-Pastian

Ketika kebahagiaan berubah menjadi penderitaan kita akan dapat menghadapinya sesuai kondisi pada saat itu, sesuai kematangan kebijaksanaan (wisdom) dan welas asih (karuna) yang tumbuh dalam kita.

Hubungan cinta menjadi dasar untuk menemukan pasangan ideal dalam perkawinan dan membangun keluarga yang bahagia. Dengan bertitik tolak pada filosofi yang diketengahkan itu, Vajiramedhi, sang penulis mengangkat ajaran-ajaran Buddha yang berhubungan dengan menemukan belahan jiwa dalam pasangan yang tepat, keharmonisan dalam perkawinan dan bahagia dalam hidup berkeluarga.

Anjuran-anjuran dan tips-tips ajaran Buddha sehubungan dengan ini dapat anda temukan dalam buku yang terdiri dari 31 topik. Semua topik itu menarik dan penting sehubungan dengan menemukan pasangan yang tepat, keharmonisan perkawinan dan bahagia berkeluarga.

Buku yang terbagi dalam Empat Bab yang menarik, yaitu: Permulaan Cinta, Bersama Dalam Cinta, Menenun Cinta, dan Berlanjut dalam Cinta, dengan topik-topik, diantaranya: memahami temperamen pasangan anda, melihat diri melalui si dia, pengaruh pihak ketiga, panduan bersikap bagi calon pengantin perempuan, arti tersembunyi dari air suci (ritual pemberkatan dalam pernikahan), cintailah diriku, cintailah keluargaku, belahan jiwa hingga hidup berikutnya, demokrasi dalam perkawinan, keseimbangan dalam sebuah hubungan, seni hidup bersama, keindahan ruang, musim kehidupan, perbedaan sempurna, aturan emas bagi hidup berkeluarga, seni dari gairah dan cinta kasih, kode cinta dari Taj Mahal, dan memulai lembaran baru, dll.

Suatu surprise dan info yang sangat luar biasa juga disajikan sang Penulis yakni tentang fenomena “Fling” yang hadir dalam kehidupan anak-anak muda dan masyarakat di Thailand. “fling, is .. more than a friend but not a …” sebuah istillah yang sukar didefinisikan dan dijelaskan. Baiknya makna istikah itu sebenarnya anda temukan saja penjelasannya dalam buku “Merawat Cinta” ini, sambil juga mendalami lebih jauh isi topik-topik tersebut.

Buku “Merawat Cinta” ini merupakan kumpulan tulisan yang diangkat dari serial artikel yang pernah dimuat di Majalah WE, kolom “Love and Learn”, Bangkok di tahun 2004.

Karena mendapat sambutan baik masyarakat disana, naskah tersebut juga diminta untuk dipublikasikan sebagai souvenir perkawinan di Bangkok dan di beberapa provinsi Thailand. Sang Penulis sering diundang menyampaikan naskah tersebut di berbagai universitas dan dalam kesempatan lainnya.

Sungguh sebuah buku yang sangat bagus dan relevan untuk kondisi umat Buddha di Indonesia. Untuk itu sangat pantas bila buku ini dimiliki oleh para Dharmaduta, mereka yang sedang dilanda cinta, menjalin hubungan cinta, dan ingin memasuki gerbang perkawinan, atau tengah hidup berkeluarga.

Kandungan buku ini pantas disampaikan dalam kursus-kursus pra-perkawinan maupun seminar Buddhis tentang cinta dan kehidupan berumah tangga.

Bagaikan memperoleh berkah termulia ajaran Buddha, penerbit Karaniya membawa buku penulis lulusan “Buddhist Studies” Mahachulongkorn Vidyalaya University, Bangkok-Thailand ini ke Indonesia. Berkah bagi umat Buddha di Indonesia yang atas kehadiran buku dalam bahasa Indonesia ini menjadi dapat memahami, mengenali makna cinta sesungguhnya dalam perspektif Buddhis.

Lebih jauh, buku ini juga membuat kagum dan terpesona terhadap Buddhadharma yang nyatanya mengandung ajaran yang berhubungan dengan segi-segi kehidupan manusia, termasuk cinta, perkawinan dan berumah tangga.

Buddhadharma itu memang realistis menghantar pada kebahagiaan, dan karenanya dapat dijadikan peta jalan kebahagiaan dalam menyikapi segenap ilusi dunia, seperti dalam cinta yang kerap dialami banyak orang! ***

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *