• Tuesday, 15 September 2020
  • Ngasiran
  • 0

Agama Buddha di Temanggung, khususnya di Kecamatan Kaloran dideklarasikan pada tanggal 1 Juni 1968, tepat pada hari lahir Pancasila. Deklarasi “kebangkitan” agama Buddha Temanggung dilakukan di rumah seorang tokoh agama Katholik, Bapak Y. Sutrisno, Desa Tlogowungu, dan dihadiri oleh lebih dari 500 masyarakat Kecamatan Kaloran yang memantapkan diri menganut ajaran Buddha sejak saat itu.

Terdapat 9 tokoh yang dianggap berjasa membangkitkan agama Buddha pada masa itu. Antaranya; Mangun Sudharmo, yang saat itu menjabat sebagai Glondong (pimpinan para lurah Kec. Kaloran) sekaligus sekaligus menjadi tokoh kunci kebangkitan agama Buddha Temanggung; Raden Wanoro Mangundujoyo, Kepala Desa Getas; Samsu Cokrowardoyo, Kepala Desa Tleter, Mbah Sugito, Cipto Martoyo, Mbah Marsaat, dan lain-lain.

Ngatiyar, dalam buku Berpeluh Berselarah; Buddhis-Muslim Meniti Harmoni (2010), menyebutkan respons masyarakat sangat tinggi terhadap agama Buddha. “Pada saat pertama kali agama Buddha dibuka di Kaloran, setidaknya 1.500 orang datang mendafat. Kemudian daerah-daerah lain di sekitar menyusul memberi respon positif. Kabar tentang munculnya agama Buddha menyebar hingga ke pelosok Kaloran.”

Sebagai contoh, Dusun Toleh yang berjarak 10 km dari Desa Tlogowungu, suatu daerah terpencil namun masih dalam wilayah Kecamatan Kaloran, memberikan respons dengan fantastis. “Dari 36 KK yang menghuni dusun ini, 32 KK berduyun-duyun dan menyatakan diri masuk agama Buddha,” tulis Ngatiyar.

Di Kampung Mranggen, Dusun Kandangan, Kec. Kaloran respon masyrakat tak jauh berbeda dengan Dusun Toleh. Dari 50 lebih KK yang tinggal di kampung itu hanya tersisa 3 KK yang tidak masuk agama Buddha saat itu.

“Sebagai penanda tumbuhnya agama Buddha di sini adalah lahirnya Bapak ini,” tutur Muntoyo, salah satu sesepuh Kampung Mranggen, menunjuk Bapak Budo. “Karena itu, Bapak ini dikasih nama Budho,” imbuhnya. Pak Budho lahir pada tahun 1969, berjarak sekitar satu tahun sejak agama Buddha dideklarasikan di Desa Tlogowungu. Seumuran dengan Pak Budho, agama Buddha di Kampung Mranggen saat ini sudah 52 tahun.

Nama menjadi tanda lahirnya agama Buddha nampanya tak hanya terjadi di Kampung Mranggen. Di Dusun Krecek, Desa Getas, Kec. Kaloran, sebagai pengingat ajaran baru juga ditandai dengan nama lahir seorang anak. Salah satu bayi yang lahir pada awal tumbuhnya agama Buddha di Dusun Krecek di kasih nama Barutamah. Kata Baru dimaknai sebagai sesuatu yang baru dianut oleh masyarakat, yaitu ajaran Buddha.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *