• Thursday, 13 September 2018
  • Victor A Liem
  • 0

Apa hubungannya Sang Dalang dengan wayangnya? Biasanya kita memahami wayang hanyalah sarana Sang Dalang dalam memainkan dan mengekspresikan ide, gagasan, atau juga ajaran. Padahal dalang itu juga wayang itu sendiri. Apabila wayang adalah tubuh, maka dalang pun menggunakan tubuhnya. Lalu apa yang paling sejati? Apa yang menggerakkan Sang Dalang?

Ada sebuah ungkapan. Dalang karubuhan panggung. Artinya: seorang dalang tertimpa panggung yang roboh.

Kebijaksanaan sejati tidak perlu meminta persetujuan, apalagi ditampilkan begitu elok agar memukau dan mendapat pengakuan akan seberapa luas kebijaksanaannya. Ketika kita berbangga diri akan ekspresi kebijaksanaan, maka itu sudah bukan lagi sejati.

Secara kasat mata, mungkin itu tinggi menjulang, namun itu sebenarnya bukan tinggi melainkan roboh. Kebijaksanaan tidak diukur dan dinilai pada panggung. Kebijaksanaan itu adalah cita rasa yang damai dan tenteram. Ketika yang tenteram dibawa ke panggung, maka itu menjadi kesenangan. Sang dalang pun kewalahan dan tergelincir jatuh olehnya, dan parahnya lagi tertimpa panggung.

Baca juga: Wayang dalam Sudut Pandang Buddhis

Permainan di panggung itu mungkin kebenaran, namun kebenaran itu bisa menyilaukan mata. Kita tak lagi bisa melihat kesejatian dari cahaya yang menyilaukan itu. Kembali pada pertanyaan. Siapa yang menggerakkan Dalang?

Siapa lagi jika bukan pikirannya sendiri. Seperti berkaca, yaitu berhadapan dengan batinnya. Pada awalnya batin melihat raga. Namun raga itu hanya bayangan bathin. Itu sejatinya hanya batin. Dalang dan wayang, itu semuanya batin. Jika demikian, pagelaran wayang adalah pagelaran batin.

Konon Sang Dalang itu menjadikan tontonan sebagai tuntunan. Tapi menuntun siapa? Bukankah wewayangan itu adalah wewayanganing ngaurip? Ya. Wewayangan ngaurip alias bayangan kehidupan. Semua itu ya bayangan batin kita sendiri.

Victor Alexander Liem 

Desainer batik tulis. Tinggal di Kudus, Jawa Tengah.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Victor A Liem

Penulis adalah pecinta kearifan Nusantara dan penulis buku "Using No Way as Way"
Tinggal di kota kretek, Kudus, Jawa Tengah. Memilih menjadi orang biasa, dan menjalankan laku kehidupan sehari-hari dengan penuh suka cita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *