• Sunday, 29 July 2018
  • Goenawan S
  • 0

Selain dalam Tantri Kamandaka, cerita ini pun dengan sedikit perbedaan dapat dijumpai pula di kitab Hitopadesa, Panchatantra, Katha Sarit Sagara, dan Jataka (Baka-jataka).

Menurut kitab Tantri Kamandaka, di sebuah danau yang indah bernama Malini, tinggallah seekor bangau yang ingin memakan semua ikan di sana. Bangau pun mencari akal agar hasratnya dapat tercapai.

Ia duduk di tepi danau Malini itu dan didekati oleh seekor ikan yang bertanya mengapa ia sekarang berubah sifat dan tidak mau memakan ikan lagi. Bangau pun menjawab bahwa ia telah bertemu dengan seorang suci yang memberinya pelajaran tentang buruknya membunuh sesama.

Di lain hari bangau kembali duduk di tepi danau sambil menangis, ikan pun bertanya apa yang membuatnya menangis? Bangau pun menjawab bahwa ia mendengar percakapan nelayan yang akan menangkap habis semua ikan yang ada di danau tersebut. Ikan pun takut dan meminta perlindungan kepada Sang Bangau.

Bangau pun menyanggupi untuk menolong para ikan dengan memindahkan mereka ke sebuah danau lain yang bernama Andawahana, tempat mereka akan hidup aman dan tidak akan ada lagi yang mengganggu. Maka mulailah Sang Bangau memindahkan para ikan itu dengan membawa mereka dengan paruhnya ke danau baru, namun para ikan itu tidak dibawa ke danau melainkan dimakan di sebuah batu di bukit.

Lama kelamaan maka habislah ikan di danau Malini tinggal seekor kepiting di sana. Kepiting itu pun meminta untuk turut dipindahkan ke danau Andawahana agar dapat berkumpul kembali dengan para ikan sahabatnya. Bangau pun setuju untuk membawa Kepiting ke sana, lalu Bangau pun membawa Kepiting dengan berpegangan pada leher Sang Bangau.

Ketika Kepiting akan diletakkan di batu, dilihatnya banyak sekali duri ikan, jejak para ikan yang dimakan oleh Sang Bangau selama ini.

Tahulah Sang Kepiting bahwa bangau telah menipu para ikan dan memakan ikan-ikan tersebut. Oleh karena itu, Kepiting meminta kepada Sang Bangau untuk dikembalikan ke danau Malini atau ia akan menjepit leher Sang Bangau sampai putus.

Bangau yang ketakutan segera membawa Kepiting kembali ke danau Malini. Sesampainya di sana, Kepiting meminta untuk diturunkan ke tempat yang lebih dalam lagi. Sang Bangau menurut namun sesampainya di tempat yang dalam, Kepiting menjepit leher Sang Bangau hingga matilah Bangau.

Cerita ini ingin mengingatkan untuk selalu waspada pada setiap pertolongan yang diberikan. Kenalilah yang ingin memberi pertolongan, karena bukan tidak mungkin penolong itu malah akan menjerumuskan ke dalam hal yang mendatangkan celaka.

Goenawan A. Sambodo

Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *