• Friday, 9 March 2018
  • Hendrick Tanu
  • 0

Zaman prasejarah memang sudah sulit untuk dibuktikan kembali. Ada banyak hipotesa yang mengundang decak kagum bahwa barangkali di empat penjuru kita semua ini bersaudara.

Lewat penelitian DNA yang canggih dari para ilmuwan, serta kajian peninggalan prasejarah dan budayanya, dikeluarkanlah tiga teori yaitu “Out of Yunnan”, “Out of Taiwan” dan “Out of Sundaland” sebagai sejarah asal usul manusia di Nusantara khususnya dan Austronesia umumnya. Dari ketiganya, teori “Out of Taiwan” yang paling banyak diterima, disusul oleh “Out of Yunnan” dan “Out of Sundaland.”

Sebelum “Out of Taiwan” sendiri terjadi 4000 – 5000 tahun SM, telah terjadi perpindahan manusia 10.000 SM dari Tiongkok Selatan / Barat Daya ke Taiwan (Formosa). Jadi ujung-ujungnya, manusia di Asia Tenggara termasuk Nusantara ini berasal dari Tiongkok Selatan yang menyebar ke arah selatan.

Baca juga: Interaksi 3 Periode Dinasti: Nusantara dan Buddhis Tibet

Dengan demikian, sebenarnya “Out of Taiwan” ini tidak sedemikian bertentangan dengan “Out of Yunnan” karena Yunnan juga Tiongkok Selatan/Barat Daya, yang memang merupakan salah satu lokasi peradaban prasejarah penting di Tiongkok.

Belakangan muncul teori yang menentangnya yaitu “Out of Sundaland” yang mengatakan bahwa manusia di Asia termasuk Tiongkok munculnya dari Nusantara ini.

Peradaban manusia prasejarah berpindah dari Sundaland ke arah utara menghuni Asia daratan. Sundaland (sekitar Jawa, Sumatra, dan Kalimantan) dianggap sebagai Atlantis yang hilang. Mana yang benar, perdebatan ini akan terus berlangsung, ditambah karena memang DNA Nusantara dan banyak suku di Tiongkok ada kesamaan.

“Adam dan Hawa” dari daratan Tiongkok

Yang menarik, legenda asal usul manusia Tiongkok dikatakan berasal dari pernikahan Fuxi (伏羲) dan Nuwa (女媧) yang hidup di pegunungan Kunlun (崑崙) yang mayoritas berkata ada di sebelah barat.

Suku-suku di Barat Daya/Tiongkok Selatan juga banyak yang memuja Fuxi dan Nuwa yang bahkan diwujudkan dalam bentuk yoni (vulva). Dan mengejutkannya, orang-orang Tiongkok menyebut orang-orang dari Jawa dan Sumatra sebagai orang-orang Kunlun! Apakah ini sebuah kebetulan?

Lebih dari 10 tahun yang lalu, ada sebuah buku Kristiani yang berusaha mencocoklogi atau mencoba gathuk-gathukan Adam dan Hawa serta banjir Alkitab dengan legenda Fuxi dan Nuwa dari Tiongkok. Akan tetapi dapat kita lihat bahwa banyak mitologi meyakini pasangan demikian, termasuk muncul juga di perkembangan peradaban Buddhis.

Barangkali mitologi banjir yang mendasari banyak peradaban dunia itu adalah simbolisasi perpindahan iklim dan lempeng yang menyebabkan migrasi manusia.

Baca juga: Menatap Masa Depan Agama Buddha di Nusantara

Sutra Gunung Sumeru berbahasa Tionghoa mengatakan: “Fu Xi adalah Avalokiteshvara, Nu Wa adalah Sri-devi [Tara].” Kitab Mani Kabum juga mencatat asal usul orang Tibet adalah dari pernikahan titisan Avalokiteshvara dan Tara. Sumber Bon menyatakan bahwa Fuxi berperan penting dalam peradaban Tibet pula.

Belum lagi legenda Nepal yang mengatakan bahwa Avalokiteshvara adalah “pencipta” para dewata dan segala jenis makhluk hidup. Welas asih ayah dan ibu pada keturunannya mungkin dilambangkan oleh para bodhisattva ini.

Meski mungkin Kunlun dapat merujuk pada dua tempat yang berbeda, penggunaan istilah yang sama ini sangat menarik. Dalam mitologi Tiongkok/agama Tao, Kunlun adalah tempat para dewa bersemayam, termasuk dewi Xi Wangmu yang tersohor itu.

Biksu Daoxuan berkata bahwa Kunlun adalah pegunungan Himalaya dan Kailash [Anavatapta]. Saat ini memang juga ada rantai pegunungan yang dinamakan Kunlun yang merupakan kerabat rantai Himalaya, meskipun bukan berada dekat Kailash.

Peradaban

Asal muasal peradaban Tibet menurut Bon juga berasal dari Olmo Lungring dekat Kailash. Beberapa biksu era Qing menyamakan agama Bon dan agama Tao karena banyak kemiripan ini.

Lalu pada millenium pertama, orang-orang Kunlun adalah istilah yang sebagian besar untuk menyebut masyarakat berkulit gelap dari Asia Tenggara beragama Buddhis dan sebagian kecil bagi orang-orang Afrika. Lewat jalur perdagangan maritim, bangsa Han bertemu dengan orang-orang Asia Tenggara dan Afrika.

Ditambah penemuan bahwa asal muasal manusia, baik Tiongkok maupun Nusantara, semuanya berasal dari benua Afrika (Out of Africa), sebelum terjadi tiga teori di atas, ini membuat semua menjadi makin menarik!

Barangkali jika dalam rangka Imlek ingin tahu lebih jelas tentang ini mungkin bisa meriset kisah Sanhuang Wudi (三皇五帝) dalam mitologi Tiongkok yang mengisahkan peradaban prasejarah di sana. Berbagai budaya Nusantara dan Asia Tenggara banyak menggunakan tanduk kerbau.

Jika kita lihat, Chiyou dan Shennong pada era itu juga digambarkan memakai tanduk kerbau. Jika bangsa Han Tiongkok adalah keturunan Huangdi, apakah barangkali manusia Nusantara adalah keturunan suku-suku/tokoh-tokoh yang lain pada era itu? Bisa saja.

Hendrick Tanuwidjaja

Penulis dan executive editor majalah Buddhis Sinar Dharma, aktivis komunitas Chan Indonesia, dan co-founder dari Mindful Project

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *