Candi ini pertama kali ditemukan tahun 1864. Penggalian secara intensif mulai dilaksanakan tahun 1899. Sejumlah ahli arkeologi Belanda seperti Brandes, Van Erp, dan Vink turun tangan membantu penggalian.
Van Erp menemukan sebuah struktur bangunan yang memiliki desain unik dan diduga sebagai sebuah candi. Tahun 1911, Van Erp menyebutkan Candi Ngawen hancur akibat letusan Gunung Merapi.
Memang, candi ini pertama kali ditemukan dalam keadaan tertutup oleh pasir hingga setebal dua meter. Teori ini dianggap masuk akal, sebab Candi Borobudur yang berjarak hanya beberapa kilometer dari Candi Ngawen juga tertutup pasir akibat letusan Gunung Merapi.
Rekonstruksi dalam gambar, Candi Ngawen. Muntilan, Jawa Tengah. Abad 10.
Baca juga: Sebuah Benang Merah: Candi Borobudur, Muaro Jambi, Nalanda, dan Mahavihara Vikramasila
Arkeolog Belanda lainnya, PJ Perquin, meneliti Candi Ngawen tahun 1925. Dia berhasil menyusun dan mengembalikan wujud salah satu dari kelima candi yang ada. Sementara empat buah candi lainnya, hingga saat ini tetap dibiarkan dalam kondisi yang jauh dari sempurna.
Candi Ngawen belum direkonstruksi
Kelima candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke-8 atau 9 Masehi itu sama-sama menghadap ke arah Timur. Proses restorasi dinyatakan selesai oleh Perquin tahun 1927.
Menurut Soekmono, keberadaan Candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah bangunan suci yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M, yaitu Venuvana (Sanskerta: ‘Hutan Bambu’).
Goenawan Sambodo
Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara