Agama, memang sudah dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini. Meskipun begitu, agama tidak begitu saja menghapus sebuah tradisi yang sudah berjalan secara turun-temurun, terutama bagi masyarakat Jawa.
Merti desa (bersih desa) adalah salah satu dari sekian banyak tradisi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Jawa, terutama yang hidup di pedesaan. Bahkan seiring perkembangan zaman, tradisi ini bisa menyesuaikan kondisi kekinian, tetapi tidak menghilangkan esensi dan tujuan upacaranya.
Begitu juga yang terlihat dalam upacara merti desa masyarakat Dusun Krecek, Desa Getas, Kecamatan Kaloran. Meskipun hampir semua masyarakatnya beragama Buddha, namun tradisi ini tetap masih dijalankan hingga saat ini. Bahkan dalam upacara kenduri, doa selamatan dilakukan dalam dua tradisi: Jawa dan Buddha.
“Sumonggo poro rawuh sedoyo nyiapaken batos kanti wening (mari kita siapkan pikiran dengan hening)” begitu ajak Sukoyo, Kepala Dusun Krecek mengajak masyarakat yang hadir dalam kendurian sebelum memimpin doa kendurian.
Tradisi merti di Dusun Krecek sudah yang ke-93 pada tahun ini. Yang menarik, upacara merti desa kali ini dilaksanakan pada hari Senin Legi, tepat pada tanggal 1 Januari 2018, bertepatan dengan pergantian tahun Masehi.
Bagi masyarakat Dusun Krecek, Temanggung, merti desa dimaknai sebagai wujud syukur atas segala berkah dan kehidupan saat ini. Untuk itu, dengan segala suka cita, seluruh masyarakat melakukan gotong royong menyiapkan acara ini.
“Ini adalah acara yang sudah jalankan secara terus-menerus oleh leluhur kita. Saat ini sudah yang ke-93 tahun, saya sendiri sudah memimpin dusun ini selama 22 tahun dan acara ini terus kita laksanakan. Oleh karena itu, upacara kadeso ini juga harus menjadi pembelajaran untuk generasi muda penerus dusun ini untuk nguri-uri budaya leluhur kita,” ujar Sukoyo.
Menyinggung sesaji, Sukoyo menyampaikan bahwa aneka sesaji dan jalannya upacara tidak pernah berubah. Ia juga menyampaikan bahwa sesaji yang disediakan bukan untuk menyembah setan, demit, dan makhluk-makhluk halus lainnya, tetapi lebih ke rasa bhakti terhadap jasa-jasa kepada leluhur.
“Aneka sesaji ini adalah wujud rasa bhakti kita terhadap jasa para pendiri dusun ini dan menghormati bumi yang telah memberi kehidupan kepada kita,” pungkasnya.
Terlepas dari kepercayaan tersebut, upacara yang dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan di sekitar desa, serta membersihkan sungai yang mengalir di desa tersebut, akan menghasilkan lingkungan yang baik.
Apabila lingkungan bersih, sungai-sungai bersih dari sampah dan limbah apa pun, maka alirannya yang berfungsi mengairi persawahan akan lancar.
Selain kendurian dan membersihkan lingkungan desa, pergelaran kesenian juga tidak bisa dilepaskan dari upacara merti desa. Kali ini, masyarakat Dusun Krecek menggelar pertunjukan wayang sehari semalam.
Penikmat kopi dan rokok. Jurnalis BuddhaZine. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara