• Saturday, 28 December 2019
  • Deny Hermawan
  • 0

Di benak ribuan pengikutnya, Bhagwan Shree Rajneesh (1931-1990) atau yang belakangan familiar dengan panggilan Osho, adalah seorang yang tercerahkan. Osho adalah seorang yang sangat berkharisma, yang mengajarkan kekayaan spiritualitas dunia, tidak hanya kearifan dari tradisi Advaita Hindu, namun juga kebijaksanaan Jainisme, Zoroastrian, Sufi, Hassidisme, Kristianitas, hingga Buddhis.

Pria yang khas dengan jenggot panjang dan busana uniknya itu memang seringkali berkhotbah mengulas ajaran Buddha. Mulai dari Dhammapada, ajaran Mahayana seperti Sutra Hati, hingga ajaran Mahamudra yang ditemukan dalam tradisi Buddhis Tantra.

Osho menggambarkan Buddha Gautama sebagai terobosan terbesar dalam evolusi kesadaran manusia, karena penemuan meditasinya mengalihkan fokus dari berdoa kepada Dewa menuju meditasi; menuju menjadi sadar terhadap potensi setiap manusia menuju kebebasan tertinggi. Bhagwan, begitu dia biasa dipanggil pengikutnya, adalah sosok yang menarik namun juga penuh kontroversi.

Kontroversi tentang Osho dapat disaksikan dalam Wild Wild Country, sebuah seri dokumenter Netflix tentang Osho, asisten pribadinya Ma Anand Sheela, dan para pengikutnya di permukiman Rajneeshpuram di Wasco County, Oregon, AS. Serial ini dirilis di Netflix tanggal 16 Maret 2018 setelah tayang perdana di Festival Film Sundance.

Dokumenter itu awalnya menampilkan situasi Antelope, sebuah kota kecil di Wasco County, Oregon, Amerika Serikat, berpenduduk sekitar 50-an orang. Antelope adalah kota tempat para warganya menghabiskan hari tua.

Hingga pada suatu hari di tahun 1981, semuanya berubah. Antelope kedatangan ribuan orang berbaju ungu, oranye dan merah marun. Mereka semua pengikut seorang guru spiritual dari India, Bhagwan Shree Rajneesh.

Komunitas Osho baru saja membeli sekitar 63.000 hektar tanah berbukit dan berlembah yang disebut Big Muddy Ranch, sekitar 19 mil dari Antelope. Di kawasan gersang itu mereka membangun kota, lengkap dengan aula meditasi, pusat perbelanjaan, bank, butik, lahan pertanian dan peternakan, bendungan, sekolah dasar, hingga lapangan udara. Kota utopia itu mereka beri nama Rajneeshpuram.

Melihat perkembangan tersebut, penduduk Antelope merasa terancam, dan dari sini konflik pun muncul. Konflik mula-mula terjadi di ranah hukum, tetapi dalam perjalanannya semakin mengeras sampai melibatkan pemboman, peracunan massal, dan beberapa kali percobaan pembunuhan.

Wild Wild Country –yang terdiri dari enam episode masing-masing berdurasi sekitar satu jam– menggunakan materi rekaman video (footage) internal dan eksternal dari para pengikut Osho maupun berita televisi masa itu. Tak lupa, ada wawancara terkini dengan tokoh-tokoh penting peristiwa tersebut, termasuk Ma Anand Sheela, yang pernah dipercaya menjadi sekretaris pribadi Osho.

Sang sutradara, Chapman dan Maclain Way, sukses merangkai semua itu menjadi kisah kompleks yang menarik dan tidak sekedar Hitam-Putih. Thriller politik, spionase, drama pengadilan, hingga aksi terorisme bisa disimak di dokumenter ini.

Dokumenter tersebut tanpa berusaha menghakimi memperlihatkan bagaimana kelompok Osho pada akhirnya melakukan beberapa kali percobaan pembunuhan, peracunan massal, penipuan imigrasi, hingga pembelian senjata ilegal. Diterangkan pula bahwa semua aksi gila itu muncul karena adanya provokasi yang terus-menerus dari warga Antelope dan Wasco County yang paranoid dan kebanyakan adalah Kristen konservatif. Warga lokal umumnya memandang para pengikut Rajneesh sebagai sumber kejahatan, yang disebut sebagai Satan dan Anti-Kristus.

Di episode pertama disinggung secara sepintas tentang visi Osho yang ingin menciptakan peradaban manusia baru yang tercerahkan. Manusia baru ini didasarkan pada penyatuan antara spiritualitas Timur dan rasionalitas Barat, sebuah ide yang kini lebih dikenal dengan label “New Age”. Visi itu dipraktikkan lewat penerimaan atas hal-hal yang oleh agama tradisional ditabukan atau dibatasi, termasuk seks. Sampai-sampai, julukan “Sex Guru” disematkan pada Osho yang merupakan penggemar jam tangan mewah dan mobil Rolls-Royce itu.

Di episode dua, diperlihatkan cuplikan sebuah film berjudul Ashram in Poona yang dirilis pada 1981. Dibuat oleh salah seorang pengikut Osho asal Jerman, Wolfgang Drobowolny, film itu menampilkan rekaman video salah satu sesi terapi yang dilakukan para sannyasin, atau pengikutnya. Dalam rekaman itu terungkap beberapa perempuan dan laki-laki, telanjang bulat, saling berteriak, saling pukul, saling peluk, sembari bergulingan campur aduk. Mereka juga terlihat melakukan meditasi duduk bersama, lalu berdansa berangkulan. Pemandangan visual katarsis yang penuh ketelanjangan seperti itu membuat shock Barat, termasuk warga Antelope yang menonton film tersebut.

Dibantu Bill Bowerman, salah satu pendiri perusahaan sepatu Nike yang memiliki lahan dekat Rajneeshpuram, warga Antelope lewat organisasi lingkungan Thousand Friends of Oregon melakukan gugatan hukum terhadap komunitas Rajneesh atas dalih penyalahgunaan lahan. Lahan untuk peternakan menurut mereka, tak bisa digunakan untuk membangun kota. Mereka meminta Rajneeshpuram dibongkar.

Para pengikut Osho lantas melawan dengan cara membeli properti yang ada di Antelope yang memang dijual. Dalam waktu singkat, mereka pun menguasai Antelope. Namun kejadian ini membuat konflik semakin memanas.

Dalam salah satu wawancara di televisi waktu itu, Ma Anand Sheela, sekretaris pribadi Osho sekaligus orang yang menjalankan keseluruhan operasi Rajneeshpuram, ditanya pendapatnya tentang niat Thousand Friends of Oregon yang ingin membongkar kota yang baru saja dibangunnya.

“Bagus. Mereka boleh datang. Aku persilakan. Aku akan berdiri tepat di tengah jalan. Kalau mereka mau tabrak aku, itu pilihan mereka. Aku akan mencat buldozer mereka dengan darahku. Dan aku akan merasa bangga tergilas di bawah buldozer itu!” tegasnya.

Ucapan Sheela mencerminkan aksi nekat para pengikut Osho dalam beberapa tahun ke depan. Namun, semua itu baru mulai terjadi setelah hotel milik komunitas Osho yang terletak di Portland, Oregon, dibom oleh orang tak dikenal. Osho yang marah pun menegaskan bahwa ia tidak mengikuti ajaran nir-kekerasan. Komunitas Osho pun akhirnya membentuk polisi dan pasukan militernya sendiri, lengkap dengan senjata api AK-47 yang digunakan untuk menakuti warga sekitar.

Eskalasi dramatik film ini terus meningkat hingga pada terjadinya konflik internal di komunitas Osho. Ma Anand Sheela dibantu Ma Shanti mencoba membunuh Swami Devaraj, atau dr George Meredith, dokter pribadi Osho. Percobaan pembunuhan ini gagal, yang memaksa Sheela dan 20 orang pengikut setianya melarikan diri dari Rajneeshpuram. Kejadian ini membuat Osho murka, sampai-sampai menyebut Sheela, orang yang pernah menjadi ‘tangan kanannya’ sebagai pelacur yang sempurna.

Lewat satu kesempatan di televisi, Sheela menyebut Osho orang yang jenius namun mengeksploitasi banyak orang, memanfaatkan emosi dan kelemahan mereka. Ia juga menyebut Osho sesungguhnya tidak peduli dengan pencapaian spiritual murid-muridnya. Ia tegas menyebut Osho sebagai penipu.

Salah satu adegan dramatis ada di episode keenam, ketika Osho akhirnya ditangkap polisi saat keluar dari jet pribadinya di Charlotte Douglas International Airport tahun 1985. Osho yang diketahui membawa uang $55.000, senjata api, dan kotak berisi perhiasan/jam mewah ditangkap bersama 6 orang pengikutnya. Osho sendiri mengaku tidak bersalah, dan menuduh Ma Anand Sheela yang melakukan berbagai tindak kriminal. Sheela yang mengungsi ke Jerman lalu ditahan di penjara Oregon, AS, bersama dua pengikutnya. Sementara Osho dideportasi dan terpaksa kembali ke India hingga ia tutup usia di tahun 1990, diduga karena overdosis. Rajneeshpuram pun ditinggalkan para pengikut sang Bhagwan.

Bagi pengikutnya yang masih hidup hingga saat ini, tentulah Osho bukan penipu atau pelaku kriminal. Mereka seharusnya percaya dengan ucapan Osho sendiri yang mengatakan bahwa ia telah tercerahkan. Komunitas Osho pun kini eksis di beberapa negara di dunia, mencoba menyebarkan gagasan dan pemikiran sang guru yang revolusioner.

Tentunya, secara umum, para pengikut Osho di masa kini tak akan menyampaikan berbagai kontroversi yang dimuat dalam film Wild Wild Country, saat mereka mencoba mengenalkan ajaran Osho pada publik. Bisa jadi mereka justru tidak tahu kontroversi yang menyelimuti sosok Osho.

[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=hBLS_OM6Puk” width=”560″ height=”315″]
 

Justru, di beberapa web terkait Osho pun, terlihat adanya beberapa klaim sepihak untuk kepentingan promosi ketokohan Osho. Seperti misalnya di oshonews.com muncul hoaks bahwa Karmapa XVI (1924-1981), salah satu tokoh penting Buddhis Tibetan, pernah menyebut Osho sebagai seorang Buddha hidup. Sementara, di oshoworld.com muncul artikel yang menyebut Osho adalah Buddha Maitreya.

Untuk mengenal dan mempelajari sosok Osho, akan lebih fair bila menyimak juga berbagai sumber di luar komunitas Osho. Film Wild Wild Country adalah salah satu acuan yang tepat bagi orang awam untuk memahami kultus Osho dan komunitasnya secara objektif.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *