Banyak orang mengeluhkan generasi muda Buddhis di pedesaan semakin sedikit karena menuntut ilmu ke kota, dan setelah selesai belajar tidak kembali ke daerahnya, melainkan hidup dan bekerja di kota. Hal inilah yang kemudian menyebabkan umat Buddha di pedesaan tidak berkembang dengan baik, karena generasi terpelajarnya tidak kembali ke desanya untuk membangun kampung halamannya.
Namun, untuk berkontribusi membangun umat di pedesaan, tidak harus selalu tinggal di desanya. Hal inilah yang dilakukan oleh Pemuda Rantau Vihara Giri Santi Loka. Vihara Giri Santi Loka adalah sebuah vihara di Dusun Guwo, Desa Blingoh, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jepara.
Pada masa perkembangannya, sesepuh Vihara Giri Santi Loka mengedepankan pendidikan generasi mudanya, sehingga tidak heran kalau sampai saat ini, hampir semua pemuda Buddhis Dusun Guwo mengenyam pendidikan tinggi dan membangun karir di berbagai daerah di Indonesia. (Baca: Vihara Giri Santi Loka, Vihara Paling Maju di Kabupaten Jepara)
Namun, meskipun berada di perantauan, pemuda Buddhis Vihara Giri Santi Loka mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan agama Buddha di desa asalnya. “Dari generasi awal yang sekolah di luar daerah telah memberi inspirasi dan mendorong generasi di bawahnya untuk mengikuti jejak mereka, seperti Ngasrani, Sugiarto, Marpi, Suyono, Sutrisno. Ini adalah generasi pertama pemuda Buddhis Guwo yang berani keluar daerah untuk menuntut ilmu, yang kemudian menginspirasi semua generasi di bawahnya untuk mengikuti jejaknya,” ujar Suwoto, salah satu sesepuh agama Buddha Guwo.
Tidak hanya menginspirasi mencarikan beasiswa sekolah pemuda Buddhis yang sudah lulus, namun juga membantu adik-adiknya untuk mencarikan tempat sekolah dan kuliah yang baik dan harga terjangkau. Sebab itulah, hingga saat ini hubungan antar pemuda Buddhis dari dari level senior sampai yang masih sekolah, sangat erat. Hubungan ini kemudian dipererat dengan mendirikan organisasi Pemuda Rantau Vihara Giri Santi Loka. Didirikannya organisasi pemuda rantau ini membuat pemuda Buddhis Guwo semakin meningkatkan peran dalam dalam membangun umat Buddha di pedesaan.
Sutrimo, salah satu pengurus Pmuda Rantau Vihara Giri Santi Loka menuturkan, cikal bakal organisasi Pemuda Rantau adalah Ikatan Mahasiswa Guwo. “Jauh sebelum pemuda rantau dibentuk, telah ada Ikatan Mahasiswa Guwo (IMG). Ikatan Pemuda Guwo dirasa tidak mengakomodir semua pemuda Vihara Giri Santi Loka, maka IMG kita ganti menjadi Pemuda Rantau. Ini untuk mengakomodir semua perantauan dari Dusun Guwo supaya ikut berperan dalam mengembangkan umat Buddha Vihara Giri Santi Loka.”
Langkah Pemuda Rantau Membangun Umat
Pemuda Rantau Vihara Giri Santi Loka memang menyebar di seluruh kota di Indonesia, namun hal itu tidak mengurangi peran mereka dalam membangun umat Buddha di daerahnya. Banyak hal yang telah dilakukan oleh mereka, mulai dari memotivasi anak sekolah minggu, mengadakan kegiatan pada momen-momen tertentu, sampai dengan iuran bulanan untuk menggaji guru sekolah minggu di daerahnya.
Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan oleh pemuda rantau tahun 2016 ini adalah membuat kegiatan Patipatti Dhamma (Praktik Dhamma Hidup Berkesadaran). Kegiatan ini dilaksanakan di Vihara Giri Santi Loka pada tanggal 4-9 Juli 2016 lalu, dan diikuti oleh lebih dari 40 peserta dari sekolah minggu dan remaja Dusun Guwo.
Dillar, Ketua Pemuda Rantau menuturkan, bahwa kegiatan ini dilakukan untuk melatih generasi penerus belajar dan mempraktikkan Dhamma. “Sekolah Minggu Buddhis (SMB) merupakan wadah pembinaan bagi generasi Buddhis dari usia dini sampai remaja. Dengan mengikuti sekolah minggu, diharapkan anak-anak mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, pengembangan sikap, dan nilai-nilai Buddha Dhamma.
“Dengan kegiatan ini, kami berharap dapat mengembangkan karakter generasi penerus yang sesuai dengan Buddha Dhamma. SMB harus dikemas secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga anak-anak SMB dapat memiliki pengetahuan (bāhusacca), keterampilan (sippañca), dan moral (sīla); atau dapat terjadi keseimbangan antara IQ (Intelligent Quotient) atau kecerdasan intelektual, EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional, CQ (Creativity Quotient) atau kecerdasan kreativitas, dan SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual (keyakinan dan keseimbangan moral). Melalui hal tersebut, IQ, EQ, CQ dan SQ membentuk karakter yang kuat pada anak-anak,” papar lulusan STAB Nalanda ini.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara