• Friday, 9 December 2016
  • Ngasiran
  • 0

Salah hasil penelitian potensi pemberdayaan ekonomi umat Buddha Temanggung, Jawa Tengah yang dilakukan oleh Institut Nagarjuna tahun lalu adalah seni dan budaya. Potensi seni dan budaya ini pula yang menjadi salah satu fokus pemerintah Kabupaten Temanggung yang beberapa waktu lalu juga meluncurkan 10 potensi wisata Temanggung. (Baca Inilah Potensi Pemberdayaan Umat Buddha di Kaloran, Temanggung Berdasarkan Penelitian Institut Nagarjuna)

Hampir di seluruh desa di Temanggung mempunyai kelompok kesenian, mulai Jaran Kepang, Prajuritan, Topeng Ireng, Warok, dan lain-lain. Pada umumnya masyarakat pelaku seni di desa-desa Temanggung melakukanya karena hobi. Jadi meskipun tanpa dibayar, mereka mau menari di berbagai acara, seperti perayaan 17 Agustus, bersih desa, hajatan sampai perayaan hari raya keagamaan dengan sukarela.

Potensi inilah yang mencoba ditangkap oleh Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Syailendra. Melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), rombongan STAB Syailendra yang dipimpin oleh Wilis Rengganiasih, Suranto dan kawan-kawan selama lima bulan lebih melatih anak-anak dan pemuda Buddhis di Temanggung.

“Beberapa kali saya menggarap sendratari untuk acara-acara besar agama Buddha, kita selalu menyewa penari dari luar, dan ini biayanya sangat besar. Pada saat latihan saja kita sudah membayar mereka dengan jumlah yang tidak sedikit,” ujar Wilis.

Melihat potensi kesenian di desa-desa Buddhis, khususnya di Temanggung, menurut seniman tari asal Solo ini, sayang kalau tidak digarap dengan serius. “Umat Buddha kan sering ada gawe besar, sayang kalau setiap menampilkan sendratari harus sewa dan bayar orang luar. Jadi melalui kegiatan ini, kami ingin mencoba mengarahkan dan menciptakan penari-penari Buddhis supaya ke depan kalau kita punya gawe bisa memanfaatkan orang-orang sendiri, dengan dibayar profesional tentunya.”

Seminggu sekali, Wilis dan kawan-kawan datang ke Temanggung untuk melatih tari. Mulai dari pemanasan, teknik dasar menari, hingga menggarap satu lakon sendratari.

Sabtu (3/12), di pendopo PAUD Saddhapala Jaya, Dusun Krecek, Desa Getas, Kaloran, hasil garapan sendratari dipentaskan, yaitu Sendratari Mahakapi Jataka. Berbarengan dengan pementasan, dilakukan juga pembukaan sanggar tari yang diberi nama Kusuma Dharma Praba.

“Selama lima bulan ini, di tempat ini pula kami telah belajar tari bersama. Dan pada saat ini, selain kita menampilkan karya bersama kami, sekaligus akan kita buka secara simbolis sanggar tari supaya kegiatan kami tidak berhenti sampai di sini. Kami berharap dengan adanya sanggar tari, pemuda Buddhis yang mempunyai jiwa seni dapat menyalurkan hobinya,” ujar Suranto, Ketua STAB Syailendra.

20161209-umat-buddha-temanggung-resmikan-sanggar-tari-dengan-menggelar-sendratari-mahakapi-jataka-2 20161209-umat-buddha-temanggung-resmikan-sanggar-tari-dengan-menggelar-sendratari-mahakapi-jataka-3

Kehadiran Bhante Sri Pannyavaro menjadi kejutan tersendiri bagi para penari dan umat Buddha yang hadir. Meskipun tanpa pemberitahuan sebelumnya, Bhante Pannyavaro hadir di tengah-tengah penonton.

“Sendratari bisa menghaluskan perilaku manusia. Oleh sebab itu saya menyambut baik kerjasama antara STAB Syailendra dengan Lembaga Bina Manggala Sejahtera. Dharma itu bisa sampai ke hati sanubari masyarakat bukan hanya melalui kotbah dan ceramah, tetapi kalau Dhamma itu disampaikan dengan seni dan nuansa budaya, Dhamma itu lebih sampai pada hati nurani kita masing-masing,” ujar Bhante Pannyavaro.

“Seni budaya adalah sarana yang digunakan sejak zaman Guru Agung kita sampai sekarang ini. Apalagi kita yang tinggal di Jawa Tengah, kita menyaksikan candi-candi Buddhis seperti Candi Borobudur, Candi Sewu dan lain-lain, semua itu adalah karya seni dan budaya Buddhis yang membuat Dhamma itu berakar ribuan tahun lebih sampai pada hari ini,” imbuhnya.

Pelatihan dan pembukaan sanggar seni ini direspon dengan baik oleh masyarakat dan pemuda Buddhis Temanggung. Paryanto misalnya, pemuda Buddhis Vihara Dhammasiki, Dusun Batursari yang berperan menjadi Raja Brahmadata dalam pentas Pentas Mahakapi Jataka ini mengaku gembira. “Kemarin (hari pementasan) merupakan hari yang sangat bahagia dalam hidup saya. Dari kecil, mungkin sejak dalam kandungan saya sudah suka seni, suka menari, tapi baru kali ini merasa benar-benar menjadi penari,” ujarnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *