• Monday, 24 August 2015
  • Paramita Gotami
  • 0

Belajar Dhamma lewat musik adalah tujuan yang digaungkan oleh True Direction, sebuah komunitas Buddhis yang membuka kesempatan bagi anak-anak muda untuk berlatih dan memproduksi musik demi kemajuan Dhamma. Sejak dicetuskan hingga direalisasikan oleh Irvyn Wongso pertengahan Juli 2015 lalu, peminat True Direction terus bertambah. (Baca True Direction: Menyebarkan Dhamma Melalui Musik)

Pengusaha muda pemilik Nuansa Musik sekaligus Wakil Presiden Buddhist Fellowship Indonesia (BFI) ini melihat selama ini musisi Buddhis masih banyak yang berkarya hanya dalam lingkungannya sendiri. Masih banyak juga vihara yang belum sepenuhnya bisa menerima musik Buddhis. Kendala-kendala ini yang membuat musik Buddhis terhambat untuk berkembang. Padahal, musik telah menjadi salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang sangat berpengaruh.

Pemikiran ini Irvyn bagikan dalam pertemuan rutin True Direction yang kali ini terbuka untuk umum pada Sabtu, 15 Agustus 2015 lalu di aula Nuansa Musik di Kelapa Gading, Jakarta. Dengan tema “Berkah dan Tantangan Sebagai Musisi Buddhis”, Irvyn menceritakan suka-duka yang dihadapinya selama berusaha mendobrak dinding yang berdiri di antara musik dan Buddhisme.

“Musik adalah bahasa yang berlaku bagi semua orang,” kata Irvyn. Ia percaya bahwa musik dapat membawa keharmonisan bagi seluruh umat Buddha di Indonesia. Selama ini, bahasa selalu menjadi permasalahan. Buddhis tidak pernah bersatu dan tidak jarang berselisih hanya karena persoalan bahasa. Padahal, isi pesan dari penggunaan bahasa manapun sama saja. Fenomena ini membuat Irvyn ingin menyatukan umat Buddha lewat musik.

Sayangnya, keinginan ini tidak mudah dicapai. Tidak sedikit kelompok Buddhis yang tidak setuju terhadap apa yang berusaha diubah oleh Irvyn. Menurut mereka, musik mungkin cocok bagi agama lain, tapi dalam Buddhisme, musik hanya akan mengganggu pengembangan spiritual.

Darmadi Tjahjadi, salah satu pencipta lagu Buddhis legendaris yang hadir sebagai pembicara tamu dalam acara ini, ikut memberikan pendapatnya mengenai jarak antara musik dan Buddhisme, “Musik memang menimbulkan kemelekatan, dan dalam meditasi kita harus melepaskan kemelekatan tersebut. Tapi, kembali lagi, apakah kita semua sudah berada di tahap bhikkhu atau petapa?”

Darmadi bercerita, dulu ketika ia masih menjadi guru, ia menggunakan musik sebagai alat bantu belajar bagi siswa. Setiap kali harus menghafal istilah Buddhis, siswa-siswanya selalu mengalami kesulitan. Sejak saat itu, Darmadi mengajarkan beberapa bait lagu yang dapat dilantunkan, yang isinya adalah pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Hasilnya, murid-muridnya menjadi lebih mudah memahami pelajaran agama Buddha. Dari situlah kemudian ia terinspirasi untuk menciptakan lagu-lagu Buddhis yang kemudian menghiasi kehidupan agama Buddha di Indonesia.

Pengalaman yang dialami Darmadi membuatnya sadar bahwa musik adalah “jalan masuk” yang dapat diambil pemula untuk tertarik memahami Dhamma. Ia sering mengusulkan agar para romo dan duta Dhamma lainnya menggunakan musik sebagai selingan setelah berceramah. Menurutnya, hal ini dapat membuat anak muda lebih mudah memahami Dhamma. Nantinya, mereka akan tertarik untuk mempelajari dan mempraktikkan Dhamma lebih jauh.

“True Direction adalah ide yang bagus,” kata Darmadi. Ia sendiri telah menyenangi musik sejak kecil. Sayangnya, banyak orangtua Buddhis yang tidak setuju jika anaknya bermusik, termasuk orangtuanya. Kebanyakan umat Buddha juga tidak menghargai usaha orang yang berusaha membuat musik Buddhis. Mereka bahkan lebih dihargai di kalangan penganut agama lain. Karena hal ini, Darmadi sempat memalingkan diri dari musik Buddhis. Untungnya, Darmadi kembali ingin berkontribusi untuk mengubah pola pikir Buddhis berkat True Direction. “Karena Irvyn membentuk True Direction ini, saya jadi penasaran dan kembali lagi ke musik (Buddhis),” ujarnya.

Seperti pertemuan-pertemuan rutin True Direction sebelumnya, para musisi muda yang hadir mempersembahkan lagu-lagu Buddhis sebagai penutup. Mereka melantunkan lagu Semoga Semua Hidup Berbahagia yang baru-baru ini dipopulerkan oleh Irvyn Wongso dan lagu Roda Kehidupan karya Darmadi Tjahjadi yang diaransemen ulang menjadi lagu yang lebih semangat dan kaya warna. Para musisi muda tersebut berasal dari latar belakang vihara dan organisasi yang berbeda-beda, namun semua melebur dalam bahasa yang sama: musik!

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *