• Tuesday, 9 May 2017
  • Vimala Viriya
  • 0

Setelah menggelar pindapata massal pada 9 April 2017 lalu, Sangha Theravada Indonesia (STI) menggelar pertunjukan wayang kulit untuk menggemakan Waisak 2561 BE/2017 pada Sabtu (6/5). Pertunjukan digelar di area Taman Waduk Pluit, Jakarta Utara, dengan menghadirkan lakon “Semar Bangun Jatidiri” yang dibawakan oleh dalang Ki Teguh Bayu Aji.

Acara Gema Waisak di Taman Waduk Pluit itu dimulai sejak pagi hari berupa penghijauan, pengobatan gratis, cukur rambut gratis, pembagian bingkisan Waisak, pentas seni, serta doa keberkahan untuk keselamatan bangsa. Walaupun hujan terus mengguyur sejak sore hari, namun tidak menyurutkan antusiasme dari umat Buddha dan para pengunjung untuk mengikuti acara.

STI mengangkat tema “Cinta Kasih Penjaga Kebhinnekaan” untuk Waisak kali ini, sesuai dengan keadaan kehidupan berbangsa yang belakangan banyak dihiasi isu tentang ancaman terhadap kebhinnekaan. Dengan landasan cinta kasih, semua perbedaan akan menjadi sesuatu yang indah, saling melengkapi, dan menjadikan kesempurnaan.

“Perbedaan dapat dilihat dari diri sendiri. Seperti kepala, kaki, tangan dan tubuh, semuanya adalah berbeda, namun dari perbedaan itulah menjadikan manusia sempurna. Jika kepala saja atau tubuh saja, maka akan seperti apa jadinya?” ujar Ketua Bidang Sosial Budaya STI, Bhikkhu Dhammakaro yang merupakan ketua umum Gema Waisak STI.

Menurutnya, dengan adanya perbedaan yang ada di Indonesia, ia berharap adanya peran dari para tokoh agama untuk memberikan dorongan dan pencerahan kepada masyarakat agar kita semua tidak mudah terpecah belah.

20170509 Sambut Waisak, Sangha Theravada Indonesia Gelar Pertunjukan Wayang Kulit 2 20170509 Sambut Waisak, Sangha Theravada Indonesia Gelar Pertunjukan Wayang Kulit 3

Bukan kali ini saja STI menggelar pertunjukan wayang kulit untuk menyambut Waisak. Pagelaran kali ini adalah tahun ketiga. Ini karena perkembangan agama Buddha tidak terlepas dari adanya seni dan budaya. Malam itu wayang kulit merupakan puncak acara yang paling ditunggu-tunggu. Pagelaran wayang kulit yang dihadirkan langsung dari Banyumas, Jawa Tengah mendapat respon antusias dari masyarakat. Selama pagelaran berlangsung, masyarakat sekitar Waduk Pluit memenuhi area pagelaran.

“Waisak adalah simbol dari pencerahan batin itu, inilah sesungguhnya ciri Waisak. Maka dengan adanya tema wayang ini, mari kita utamakan untuk membangun jiwa, batin, dan mental kita. Karena dengan itu kita bisa membangun yang di luar,” kata Bhikkhu Dhammakaro sehubungan dengan kondisi saat ini, di mana agama menjadi sangat populer di kalangan masyarakat, namun sangat disayangkan penjiwaan agama itu masih sangat minim.

Mengenai lokasi acara yang digelar di ruang terbuka, panitia berharap agar acara Gema Waisak dapat dijangkau oleh semua orang, bahkan masyarakat yang berada di pinggiran pun juga bisa turut menikmati damai dan indahnya Waisak.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *