Kisah relief binatang dan brahmana. Dalam salah satu panel relief di Candi Jago, Jawa Timur. Relief ini menceritakan para binatang yang tahu membalas budi dan manusia yang tidak tahu membalas budi. Cerita ini terdapat dalam kitab Tantri Kamandaka, Pañchatantra Pañchākhyānaka, Kathā Sarit Sāgara dan Hikayat Kalila dan Damina, para binatang yang di tolong kadang berlainan antar kitab itu demikian pula dengan nama para tokohnya.
Seorang Brahmana yang bernama Sajñadharma yang sedang bepergian merasa haus dan hendak minum di sebuah sumur di hutan. Di saat ia hendak mengambil air di sumur tersebut, dilihatnya ada kera, ular, harimau dan seorang manusia berada dalam sumur tersebut.
Kera tersebut bercerita karena angin rebut yang cukup hebat membuatnya dan mahluk lain itu tercebur ke dalam sumur tersebut. Kera juga memperingatkan pada Sajñadharma untuk tidak menolong manusia di dalam sumur itu karena ia sangat jahat. Setelah berkata demikian, pergilah kera itu. Lalu berturut turut Brahmana itu menolong harimau dan ular yang masing masing juga memperingatkan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh kera.
Setelah masing-masing binatang itu pergi, Sajñadharma tetap menolong manusia itu tanpa menghiraukan peringatan para binatang tadi. Setelah manusia tersebut dapat keluar dari sumur itu, berceritalah ia bahwa ia adalah seorang pandai emas dari Madhura-kling yang bernama Suwarnangkara. Ia mengajak Brahmana itu untuk singgah di rumahnya, setelah mengucapkan terima kasih maka pergilah Suwarnangkara.
Setelah melepas dahaganya maka Sajñadharmapun melanjutkan perjalanannya. Di dalam hutan ia bertemu dengan kera yang pernah di tolongnya, iapun diberi buah buahan oleh sang Kera. Dalam perjalanan selanjutnya ia bertemu dengan harimau yang memberinya barang barang dari emas milik anak seorang raja yang telah dibunuhnya ketika sang pangeran sedang berburu di hutan.
Oleh karena Brahmana itu merasa tidak membutuhkan barang perhiasan emas tadi, maka dalam perjalanannya singgahlah ia di Madhura-kling tempat tinggal Suwarnangkara si pandai emas. Diberikannyalah barang perhiasan itu kepada di pandai emas.
Baca juga: Relief Kerbau dan Buaya
Suwarnangkara mengenali perhiasan itu adalah milik seorang pangeran yang telah mati terbunuh, maka di saat Brahmana itu sedang beristirahat, pergilah Suwarnangkara menghadap raja untuk melaporkan bahwa seorang Brahmana yang saat itu sedang ada di rumahnya yang telah membunuh sang pangeran putra raja tersebut, sebagai bukti ia menunjukkan barang perhiasan yang diberikan Brahmana tadi kepada sang raja. Sajñadharmapun kemudian dipenjara atas laporan si pandai emas tersebut.
Kabar ini terdengar oleh ketiga hewan yang telah ditolongnya sebelumnya. Kemudian si ular datang ke tempat sang brahmana dan mengatakan ingin menolongnya lalu ia menggigit Wirasena putra raja yang lain. Hal ini membuat sang raja bersedih hati, iapun mengumumkan pada semua yang dapat menyembuhkan sang pangeran akan mendapatkan separo dari kerajaannya dan memerintah bersamanya.
Para tabib istana dan semua orang berusaha menolong sang Wirasena tetapi tidak bisa, dan beliau pun mati. Seorang pendeta istana yang pandai memanggil ular berusaha memanggil ular yang telah mematuk sang pangeran. Si ular kemudian mendatangi pendeta itu dan mengatakan bahwa ia berbuat demikian untuk menolong Sajñadharma karena Brahmana itu dulu pernah menolongnya pula. Ular berkata bahwa hanya Sajñadharma yang bisa menghidupkan kembali sang Wirasena.
Pendeta istana itu segera menghadap raja dan menceritakan semua perkataan sang ular. Rajapun memerintahkan agar Sajñadharma dibebaskan dari penjara dan mengobati Wirasena. Tidak lama kemudian Wirasena dapat hidup kembali. Sajñadharma diberi hadiah seperti yang dijanjikan sang raja, sedangkan Suwarnangkara si pandai emas yang jahat itu diperintahkan untuk dihukum mati.
Inti dari cerita ini adalah “Lebih baik menolong hewan daripada manusia yang berbudi rendah dan tidak memiliki rasa terima kasih itu.”
Goenawan A. Sambodo
Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara