Dengan judul manajemen saja orang sudah under-estimate dahulu, apalagi ditambah dengan judul belakangnya pikiran. Jadi sudah jelas bukan, bahwa buku ini adalah buku berat. Tetapi tenang, buku ini tidak se-“seram” kelihatannya kok! Di dalam buku ini, terdapat banyak ilustrasi, yang meskipun hitam putih, cukup untuk menyegarkan pembaca. Tidak melulu teks!
Buku Manajemen Pikiran ini ditulis oleh seorang bhante yang berasal dari Thailand. Ia adalah Bhante Vajiramedhi, berasal dari Baan Krueng Tai, Amphoe Chiang Kong, Changwat Chiang Rai. Sejak kecil ia memang dibesarkan dengan tradisi membaca yang cukup kuat. Ibundanya sering mengajaknya ke vihara untuk berbuat kebajikan. Hal inilah yang memberinya inspirasi menekuni ajaran Buddha.
Setelah kelas 6 SD, hampir semua teman sebayanya melanjutkan pendidikan sekuler, ia meminta izin ibunya untuk menjadi samanera muda di Wat Krueng. Hingga ia ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu pada usia 21 tahun, dan melanjutkannya hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sekarang, ia merupakan dosen program sarjana di Universitas Mahachulalongkorn Rajavidyalaya dan Universitas Kasetsart di Bangkok.
Bagian per bagian
Dalam buku ini ada tujuh bagian, bagian pertama, kita akan disuguhi oleh tulisan-tulisan pendek dengan tema jalan menuju kebahagiaan. Kedua mengenai perawatan dan penyembuhan. Ketiga berisi buruh cinta. Keempat bercerita tentang tema yang berkaitan dengan pikiran. Kelima bertemakan pikiran penuh kesadaran dalam kehidupan sehari-hari. Keenam intisari kekayaan. Dan yang terakhir, ketujuh berisi tentang kasih sayang.
Dengan ditulis bagian per bagian, temanya juga berlainan. Buku ini ditulis dengan utuh sehingga kita sebagai pembaca bisa membacanya sesuai dengan ketertarikan kita pada judul tulisan ataupun tema yang ditulis oleh Bhante Vajiramedhi.
Sebenarnya hal ini cukup menggelitik, “Lho kok bhante luar negeri terus yang nulis buku?”, atau malahan pertanyaan nyinyirnya begini, “Lha bhante kita yang se-Indonesia yang luas nan kaya budaya ini, mana yang nulis buku? Pernah dengar? Yang nerbitin buku? Dan ceritanya bisa untuk masyarakat yang luas, alias umum namun mendalam. Atau bhante yang ada di Indonesia, belum ada yang nulis buku yah?” Baiklah, mari kita tunggu.
Orang suci terdekat
Ceritanya begini, ada seorang wanita yang baktinya pada Sangha tidak perlu diragukan lagi. Ia menyokong kebutuhan Sangha. Rajin sekali berdana makanan. Senantiasa menyediakan waktu jika ada anggota Sangha yang membutuhkan bantuan. Ia kerap meminta nasihat pada anggota Sangha terkait Dharma yang sehari-hari.
Kejadiannya di Bangkok, ia membantu urusan pembayaran listrik, tagihan air, dan mengurus transportasi Bhante Vajiramedhi guna keperluan ke Universitas Mahachulalongkornrajavidyalaya. Bhante mengenal wanita itu kurang lebih satu bulan. Kemudian ia menanyakan pertanyaan sebagai berikut, “Sejujurnya Anda datang untuk menyokong Sangha, tetapi bukankah Anda memiliki orangtua di rumah yang selayaknya diperhatikan?”
“Ibu saya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tetapi…” Ia terdiam sesaat kemudian melanjutkannya, “Ayah saya masih hidup.”
“Apakah ayah Anda tinggal bersama Anda? Apakah ia diperhatikan dengan baik, cukup makan, dan diberikan ranjang yang hangat untuk istirahat?”
Kemudian wanita itu menjelaskan bahwa ia hanya menjumpai ayahnya paling sebulan sekali. Ia seperti menahan amarah yang terpendam. Ayahnya adalah seorang penjudi kelas berat, ia sering membuat masalah dengan anak-anaknya, oleh karena itu tidak ada satu pun anak yang mengurusi ayahnya tersebut.
Kemudian wanita itu dinasihati, “Jika Anda masih menghendaki untuk memberi persembahan kepada para bhikkhu, saya ingin meminta satu hal dari Anda, mohon pulanglah ke rumah dan beri perhatian pada orang suci terdekat Anda, berilah ia makanan dan lihatlah jika ia dapat tidur di atas ranjang hangat sebelum datang untuk menyokong seorang bhikkhu seperti saya di vihara.”
Sejak nasihat itu keluar, wanita itu selama satu bulan hilang tidak ada kabar. Kemudian, suatu hari ia muncul kembali dengan wadah yang penuh dengan makanan dan satu set kitab suci Pali. Kemudian bhante menanyakan, “Ke mana saja satu bulan ini?”
Ia menjawab, “Hari itu, ketika Bhante berkata pada saya untuk memperhatikan dengan baik orang suci terdekat saya, reaksi pertama saya adalah saya marah sekali. Saya berpikir, bhikkhu ini berbicara ngawur! Betapa tidak tahu terima kasih. Saya sangat marah, dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi menginjakkan kaki di vihara.
“Tetapi setelah beberapa waktu, saya merenung. Saya menyadari, saya banyak menyokong Sangha, tetapi saya meninggalkan ayah saya dalam kondisi kesepian, kelaparan, dan sendiri di dalam rumah. Menyadari hal tersebut, kini ayah saya telah tinggal satu rumah dengan kami. Dan saya berusaha merawatnya sebaik yang saya bisa lakukan.
“Sekarang wajahnya ceria, sehat, dan saya telah mengerti, bahwa orang suci terdekat kita tak lain dan tak bukan adalah orang yang terdekat kita!”
Nah! Itulah salah satu tulisan dari sekian banyak tulisan yang bisa kami ringkaskan untuk Anda, masih banyak cerita-cerita ringan dan inspiratif yang lain yang perlu Anda baca sendiri di dalam buku Manajemen Pikiran.
Judul Buku: Manajemen Pikiran (Rahasia Kegembiraan Melalui Pernapasan)
Penulis: V. Vajiramedhi
Penerbit: Karaniya
Tahun Terbit: 2016
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara