• Monday, 24 February 2020
  • Ngasiran
  • 0

Orang berbondong-bondong pergi ke sebuah makam di tengah-tengah Dusun Krecek dan Gletuk, Desa Getas, Kaloran, Temanggung. Jalan berliku dan naik-turun tak membuat mereka surut dan lelah. Dengan berjalan kaki dan memikul “tenong”—tempat berbagai makanan dan jajanan yang khas— mereka memompa semangat untuk sampai pada tujuan.

Tidak hanya laki-laki tapi juga perempuan. Tidak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Bahkan mereka yang berbeda agama sekalipun. Tumplek blek di area makam. Duduk berbaris di atas alas tikar dengan menghadap tenongnya masing-masing.  Itulah acara Nyadran yang sarat dengan nilai.

Nyadran merupakan kearifan lokal yang hampir ada di semua wilayah, khususnya di Jawa. Setiap tahun masyarakat Jawa melaksanakan tradisi Nyadran sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas segala karunia yang diberikan. Di sisi lain, Nyadran adalah sarana untuk mendoakan para leluhur yang sudah mendahuluinya dan mengingat semua perjuangan yang telah dilakukan.

Tidak hanya perjuangan fisik namun juga perjuangan spiritual saat melakoni hidup di desanya dengan masyarakat dan keluarganya. Bagi anak cucunya, moment Nyadran sangat istimewa untuk memupuk relasi spiritual yang diekspresikan dalam berbagai aktivitas. Mereka tak pernah menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk acara tahunan ini. Yang terpenting adalah masih bisa mendoakan para leluhurnya dan dapat merekatkan keluarga dan sanak saudara.

Mengapa penting mengikuti Nyadaran? Ada banyak nilai yang dapat diambil dari tradisi Nyadran. Mulai dari persiapan hingga prosesi nyadran itu sendiri. Di situ tampak Guyup-rukun dan gotong royong diantara masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda termasuk mereka yang berbeda agama, karena di dusun tersebut ada Islam, Budha, dan Kejawen.

Dalam berdoa pun mereka bergantian, dengan cara masing-masing sesuai dengan agama dan keyakinannya. Pemandangan keberagaman inilah yang mahal ditengah situasi masyarakat yang fanatik dan saling menyalahkan satu dengan yang lain.

Untuk tetap menjaga tradisi Nyadran yang penuh dengan nilai-nilai luhur kepada generasi lintas zaman, maka nyadran di Dusun Krecek berbeda dengan nyadran-nyadran lainnya. Panitia merancang kegiatan dengan apik dan ramah terhadap lingkungan. Ada banyak rangkaian kegiatan yang telah dirancang selama tiga hari, mulai dari tanggal 11-13 Maret 2020. Salah satu kegiatannya adalah olah batin awas lan waspodo, belajar karawitan, tarian jaran kepang, jamasan merawat pusaka, belajar tata sesaji, dan pentas seni tradisional.

Kegiatan ini juga sebagai bentuk merawat tradisi dan nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai kesenian yang bisa diambil dari peserta. Mengingat peserta Nyadran Perdamaian tidak hanya warga Dusun Krecek, namun juga tamu dari berbagai daerah di dalam negeri dan luar negeri. Upaya kegiatan tersebut juga diharapkan mampu mempromosikan nilai-nilai kepada khalayak umum dan dapat menginspirasi mereka dalam merawat tradisi di masing-masing kampungnya.

Sebagai gambaran, berikut ini 10 foto upacara Nyadran yang dilaksanakan pada tahun 2019.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *