Mushin sebenarnya mirip dengan konsep Tao tentang wei wu wei. Secara harafiah, mushin berarti tiada pikiran atau pikiran yang kosong. Hal ini dicorakkan dengan keadaan yang mana pikiran seutuhnya kosong dari segala bentuk pemikiran dan hanya benar-benar ada untuk mengamati momen saat ini.
Kosong di sini berarti tidak bias, bebas dan mudah beradaptasi. Pikiran tidak dipenuhi dengan emosi dan buah-buah pikiran. Sama halnya dengan sunyata, konsep mushin ini adalah intisari dari Zen.
Di Jepang ada sebuah ungkapan “mizu no kokoro” atau pikiran seperti air. Ungkapan ini mengibaratkan pantulan bulan di air yang tenang, menjadikannya seperti refleksi bulan di cermin. Tetapi bila ada banyak faktor yang mengganggu seperti angin yang membuat riak, pantulan bula menjadi terganggu pula.
Dengan kata lain, mushin adalah keadaan yang mana apa yang kita amati menjadi satu dengan kita. Oleh sebab itu banyak pula orang yang merujuk mushin sebagai keadaan ‘sedang berada di dalam zona’.
Baca juga: Fudoshin: Pikiran Tak Tergoyahkan
Bila shoshin (pikiran pemula) berguna ketika kita akan belajar sesuatu, fudoshin (pikiran tenang-seimbang) berguna saat kita berada dalam kondisi stres, maka mushin berguna untuk menguasai sesuatu. Untuk dapat menguasai sesuatu, pikiran kita harus fokus mengamati objek dan tidak berkelana ke sana-kemari. Bila pikiran kita melompat ke sana-sini, tidak tenang, kita tidak dapat mengamati dengan baik. Hasilnya pun kita sulit menguasai materi.
Hanya ketika pikiran kita menjadi tenang dan benar-benar ada hanya untuk momen saat ini, tanpa kekhawatiran, gelisah, dan emosi lainnya; tidak pula memikirkan hal-hal di masa lalu maupun masa depan, barulah kita dapat benar-benar merasakan kehadiran kita ‘saat ini’ dan bertindak tanpa ada gangguan.
Untuk mencapai keadaan mushin, pikiran harus dilatih dengan meditasi. Mushin tidak dapat dilatih dengan kepintaran intelektual. Hanya dengan pengalaman dan menyadari bahwa pikiran harus bebas dari segala bentuk pikiran; bebas dari emosi-emosi: kemarahan, keraguan, kegelisahan, ketakutan dan sebagainya.
Satu-satunya cara adalah melatih praktik melepaskan ‘letting go’. Seperti yang disampaikan ahli beladiri Bruce Lee, “Kosongkan pikiranmu. Jadilah tanpa bentuk, tanpa wujud, seperti air.” Sama halnya dengan fudoshin, dengan menerapkan mushin hidup kita dapat menjadi lebih tenang dan bahagia.
Upasaka Sasanasena Seng Hansen
Sedang menempuh studi di Australia.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara