• Saturday, 1 August 2015
  • Octavianie Fransisca
  • 0

Saat musim hujan –di India dikenal sebagai masa vassa– selama tiga bulan, bhikkhu dan bhikkhuni melakukan pelatihan diri dalam penyunyian. Dimulai setelah bulan purnama sampai bulan kedelapan kalender lunar, masa vassa adalah masa yang paling penting dalam kalender Theravada. Dan tahun ini hari pertama masa vassa jatuh pada tanggal 31 Juli 2015.

Awal masa vassa juga dirayakan umat Buddha sebagai hari Asadha (Asalha), untuk memperingati peristiwa kala Buddha memberikan pembabaran Dharma pertama kalinya di Taman Rusa Isipathana (sekarang Sarnath, India). Setelah mencapai pencerahan sempurna, Buddha memberikan pembabaran pertamaNya yaitu Dhammacakkapavattana Sutta yang menjelaskan mengenai Jalan Mulia Berfaktor Delapan kepada lima petapa. Merekalah murid pertama Buddha.

Pada masa vassa, bhikkhu menetap dalam vihara, mereka mengabdikan waktu mereka untuk meditasi dan belajar. Saat musim hujan di India, berada di luar vihara sangat berat dan berbahaya, maka para bhikkhu membentuk komunitas sementara di tempat ia menjalani masa vassa. Hal ini juga berarti mereka dapat menghindari secara tidak sengaja merusak tanaman, menyakiti serangga dan binatang lain, yang mana pada musim hujan ini tumbuh pesat.

Saat menjalani masa vassa, para bhikkhu diperbolehkan untuk memberikan ajaran Dharma, mengunjungi keluarga yang sakit, dan menghadiri pertemuan Sangha selama tujuh hari. Masa penyunyian ini berlanjut hingga bulan purnama pada bulan kesebelas kalender Imlek, yang tahun ini jatuh pada 27 Oktober. Selesainya masa vassa ditandai dengan upacara pavarana, dimana para bhikkhu Sangha bisa saling mengoreksi apabila melakukan perbuatan salah saat masa vassa. Setelah itu diikuti dengan Hari Raya Kathina atau hari persembahan jubah dimana umat memberikan persembahan kepada bhikkhu Sangha sebagai ungkapan terima kasih.

Pada zaman modern ini, di Bangladesh, Myanmar, Sri Lankadan Thailand banyak umat Buddha yang mengikuti praktik penyunyian dengan cara tidak makan daging, tidak minum alkohol, dan tidak merokok. Para penduduk juga dapat terlibat dalam kegiatan pelimpahan jasa, seperti berdana pada Sangha, mempelajari Jalan Mulia Berfaktor Delapan, bermeditasi,membaca suta, dan mendengarkan ceramah.

Dalam sepuluh hari menjelang masa vassa, umat Buddha Thailand merayakan Khao Phansa, yaitu festival dimana para umat mendermakan lilin yang diukir ke vihara, yang digunakan oleh bhikkhu untuk membaca sutta pada malam hari. Prosesi pemberian lilin ini terjadi di seluruh Thailand, walaupun yang paling terkenal adalah “International Wax Candle Festival”bertempat di Thung Si Mueang Temple, Provinsi Ubon Ratchathani pada 30-31 Juli. Parade hiasan lilin ukir ini diikuti pelimpahan jasa dan pertunjukan cahaya dan suara pada malam hari.

“Perayaan Khao Phansa tahunan benar-benar mencerminkan tradisi lokal dan keyakinan yang kuat akan agama Buddha di Thailand,” ujar Juthaporn Rerngronasa, gubernur Tourism Authority of Thailand (TAT) dan wakil gubernur pemasaran internasional.

“Kami dengan hormat mengundang semua wisatawan untuk menyaksikan beberapa festival unik Thailand serta mengikuti beberapa adat istiadat setempat yang tidak dapat ditemukan di tempat lain,” imbuhnya. (Travel Daily News)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *