• Thursday, 9 August 2018
  • Deny Hermawan
  • 0

Kalau Anda akrab dengan budaya Jepang, tentunya Anda pernah melihat gambar atau patung yang satu ini. Semacam sosok dewa berwajah menyeramkan, dengan pedang di tangan kanannya, dan laso di tangan kirinya.

Fudo Myoo namanya, adalah sosok mistik yang sangat dihormati dalam Buddhis Shingon, Tendai, Zen, hingga Nichiren di Jepang.


Narita San Temple Japan

Dalam bahasa Sansekerta, Fudo Myoo dikenal sebagai Acalanatha, yang berarti “tak tergoyahkan”. Ia merupakan dharmapala yang dipuja dalam Buddhis Vajrayana. Fudo dipandang sebagai dewa pelindung utama dalam tradisi Shingon Jepang di mana ia dikenal sebagai Fudo Myoo. Sementara dalam tradisi Vajrayana di Nepal maupun Tibet, ia dikenal juga sebagai Candamaharosana, yang artinya “yang keji dan murka”.


Pedang Kebijaksanaan Fudo Myoo di Kuil Narita San Jepang

Sosoknya menempati posisi hierarkis penting dalam diagram mandala Garbhadhatu dari Buddhis Shingon. Ia dianggap sebagai Vidyaraja atau Myoo yang berarti “raja pengetahuan”, sosok “peringkat” ketiga setelah Buddha dan Bodhisattva. Ia juga sering dianggap sebagai emanasi murka dari Buddha Vairocana.

Secara umum Fudo Myoo di Jepang dianggap sebagai salah satu dari 13 Buddha utama (Jusanbutsu) selain Shaka (Sakyamuni), Monju (Manjushri), Fugen (Samantabhadra), Jizo (Ksitigarbha), Miroku (Maitreya), Yakushi (Bhaisajyaguru), Kannon (Avalokitesvara), Seishi (Mahasthamaprapta), Amida (Amitabha), Ashuku (Akshobhya), Dainichi (Vairocana), dan Kokuzo (Akasagarbha).


Acala di Tooth Relic Temple Singapura

Deskripsi penampilan fisik Fudo Myoo dapat ditemukan dari sumber kitab suci seperti Mahavairocana Tantra (Dainichikyo) dan kitab penjelasannya. Dalam ikonografi Jepang, biasanya digambarkan wajahnya ekspresif murka dengan ekstrem, alisnya berkerut, mata kiri menyipit, gigi bawah menggigit bibir atas.

Ia memiliki fisik yang gempal. Fudo Myoo membawa sebuah pedang lurus di tangan kanannya, dan tali laso di tangan kirinya. Pedang mewakili pengetahuan dan kekuatan, sementara tali di tangan kirinya untuk mengikat kekuatan jahat. Ia dikelilingi api, simbol penyucian, dan duduk di atas batu besar.


Acala posisi berdiri di Tooth Relic Temple Singapura

Dalam Buddhis esoteris Jepang, Fudo Myoo disimbolkan dengan aksara Sansekerta Ham (हां ) yang diterjemahkan dalam bahasa Jepang menjadi Kan (カ ー ン). Ia mempunyai beberapa variasi nama dalam bahasa Sanskerta, yakni Acalanatha, Aryacalanatha, dan Acalavidyaraja.

Awalnya Acalanatha adalah dewata dalam Buddhis Mahayana di India. Achalanatha lantas dimasukkan ke dalam Buddhis Vajrayana sebagai pelayan Buddha. Dalam tradisi Buddhis Nepal dan Tibet, ia dikenal berpasangan dengan Vishvavajri.

Dalam tradisi Kadam yang dikembangkan oleh Atisha Dipankara di Tibet, Acala dianggap sebagai salah satu dari empat dewata utama (Kadam Lha Shi), selain Akshobhya, Avalokiteshvara, dan Tara. Acala memiliki peran penting sebagai objek meditasi sekaligus penghapus rintangan dalam tradisi Kadam.

Baca juga: Kukai Kobo Daishi, Tokoh Legendaris Tantrayana Jepang

Dalam perkembangan Buddhis di Tiongkok, Acala turut berkembang di sana, dan diterjemahkan namanya sebagai Budong. Sampai akhirnya ia diperkenalkan ke Jepang sebagai Fudo oleh Kukai atau Kobo Daishi (meninggal 835) yang mempelajari Buddhis esoterik di China.

Di Jepang, Fudo berevolusi menjadi dewata yang sering dipanggil dalam ritual untuk menaklukkan kekuatan jahat. Salah satu kuil besar di Jepang yang menjadikan Fudo Myoo sebagai objek pemujaan adalah Narita-san Shinsho-ji Temple di Prefektur Chiba.


Patung Fudo Myoo di Koyasan Jepang

Yang menarik, Fudo Myoo pun kini sudah menjadi bagian dari budaya pop. Sosoknya muncul di berbagai anime atau animasi Jepang, mulai dari Saint Seiya Omega, hingga Shaman King. Salah satu model boneka Funko POP! Asia pun merupakan karakter Fudo. Gambarnya juga banyak ditemukan melekat di tubuh pria-pria Jepang, dalam wujud tato.

Dari kitab Mahavairocana Abhisaṃbodhi Tantra, kita bisa menemukan mantra Acala dalam bahasa Sanskerta, yakni:

Namaḥ samanta vajrānāṃ caṇḍa mahāroṣaṇa sphoṭaya hūṃ traṭ hāṃ māṃ

Atau dalam pelafalan bahasa Jepang:

Nomaku samanda bazaradan senda makarosada sowataya un tarata kan man

Diyakini oleh para pemujanya, Fudo adalah sosok perkasa yang siap melindungi semua makhluk dengan membakar segala halangan fisik dan rintangan batin, guna membantu menuju pencerahan.

Deny Hermawan

Seorang penjelajah, bekerja sebagai jurnalis di Kota Gudeg, Jogja.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *