• Tuesday, 18 September 2018
  • Victor A Liem
  • 0

“Tana prabedanipun, jagad katon lan jagadireku.”

(Tiada berbeda, dunia yang terlihat dan dunia dalam dirimu.) Dipetik dari Serat Cipto Waskitho, karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV)

Jagad atau dunia dalam falsafah Jawa dibagi dalam dua dimensi, yaitu jagad gede dan jagad cilik. Jagad gede adalah dunia yang ada di luar ini. Segala interaksi kita dengan hal-hal luar, itu jagad gede. Sedangkan jagad cilik adalah segala interaksi kita dengan yang ada di dalam. Tidak lain, itu adalah batin kita sendiri.

Hal-hal yang terjadi di luar adalah representasi dari apa yang di dalam. Lebih dari itu, hal luar itu sejatinya juga yang di dalam, bukan terpisah, menyatu bahkan kita itu menjadi bagian di dalamnya. Apabila pengertiannya seperti ini, maka sapu jagad bukan tentang membersihkan hal-hal luar tapi juga membersihkan batin kita.

Baca juga: Ajaran Kesempurnaan Hidup

Perumpamaan sapu jagad memiliki analogi seperti membersihkan kotoran. Sama seperti membersihkan tempat atau ruang. Jika ada kotoran, maka sebenarnya yang dikatakan bersih itu hanyalah mengelompokkan atau mengumpulkan yang kotor pada tempatnya.

Dengan kata lain, yang bersih itu kotor. Karena itu perlulah selalu membersihkan batin. Ruang batin ini perlu dibersihkan agar bersih, menjadi damai, dan hal itu membuat suasana bathin dan sekitar menjadi lebih baik. Suasana yang kotor membuat keadaan tidak tertata dengan baik, kondisi psikologis juga menjadi tidak baik, dan hal ini menjadi akar permasalahan dalam kehidupan sosial. Permasalahan sosial selalu diawali permasalahan individu.

Lalu bagaimana dengan kotoran tersebut? Walau kotoran itu disendirikan menjadi satu bukan berarti kotoran itu tidak berguna. Kotoran bisa menjadi pupuk. Seperti teratai yang tumbuh di kolam walaupun didasar kolam itu berlumpur. Teratai tetap tumbuh dan memberikan mekarnya yang indah.

Kebersihan batin itu juga termasuk menggunakan kekotoran untuk terus tumbuh. Sapu jagad itu mengingatkan kita bahwa kedamaian dunia mesti diawali dengan kedamaian di dalam batin.

Victor Alexander Liem 

Desainer batik tulis. Tinggal di Kudus, Jawa Tengah.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Victor A Liem

Penulis adalah pecinta kearifan Nusantara dan penulis buku "Using No Way as Way"
Tinggal di kota kretek, Kudus, Jawa Tengah. Memilih menjadi orang biasa, dan menjalankan laku kehidupan sehari-hari dengan penuh suka cita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *