• Friday, 13 July 2018
  • Maharani K
  • 0

“Sebuah pepatah kuno berkata bahwa dengan memperhatikan diri sendiri, seseorang telah memperhatikan sesamanya. Dengan memperhatikan sesamanya, seseorang telah memperhatikan dirinya sendiri. Perhatian penuh kesadaran adalah awal pengenalan diri yang terbaik.”

Ajahn Brahm

Apa itu kindfulness?

Di dalam berbagai pelajaran dan kelas-kelas meditasi kita sering diajarkan dan diminta untuk menjadi waspada, sadar setiap saat dan memiliki kontrol diri yang baik. Namun kini ada metode baru yang lebih efektif dalam teknik meditasi, yaitu menggabungkan antara kebajikan (metta) dengan kewaspadaan (sathi). Metode ini disebut Ajahn Brahm sebagai “Kindfulness”.

Mengapa sulit?

Banyak orang kesulitan dalam mempraktikkan teknik-teknik meditasi yang sudah ada karena mereka tidak bisa mengheningkan benak mereka. Salah satu penyebabnya adalah karena orang-orang selalu ingin berusaha mengontrol dan mengendalikan pikiran mereka, dan banyak target-target yang ingin dicapai ketika bermeditasi.

Misalnya, seorang wanita sudah mengatur waktunya untuk bermeditasi sore ini pukul enam, dalam rentang waktu 30 menit. Dalam waktu 30 menit itu si wanita ini ingin mencapai ketenangan dan perasaan terhanyut seperti yang pernah diajarkan oleh guru meditasinya. Tapi semakin wanita ini berusaha, semakin tujuan itu menjauh darinya karena ada keinginan untuk mengontrol.

Bagaimana memulainya?

Sesungguhnya benak kita itu perlu dikasihi, diterima apa adanya, diberikan pengertian dan terkadang dibiarkan saja kemana arahnya. Semakin kita mengasihi dan memberikan pengertian pada benak kita, semakin pikiran kita merasa rileks, bahagia dan dapat menikmati proses meditasi tersebut.

Misalnya, ketika bermeditasi katakan saja pada pikiran Anda, “Baiklah selama 30 menit ke depan mari kita rileks sebentar dan melepaskan beban-beban. Apa pun hasilnya nanti tidak perlu kita risaukan, cukup jalani dan nikmati saja.” Benak Anda justru akan merasa lebih mudah mengikuti proses meditasi dan dapat menikmati setiap momennya. Ketika kita memberikan kasih sayang ini, benak kita justru akan lebih mudah bekerjasama dan memberikan hasil yang tidak terduga dari meditasi.

Apa tujuannya?

Ketika ketenangan, kebijaksanaan, dan kearifan sudah kita capai, akan jauh lebih mudah untuk melihat peristiwa-peristiwa secara apa adanya, termasuk sebab-akibatnya, seperti asal mula dari kemarahan, depresi, ketakutan, rasa cemas, dll.

Keadaan mental yang positif ini akan memudahkan kita menilai peristiwa dan mengambil keputusan secara lebih bijak dan benar. Inilah salah satu tujuan dari metode “Kindfulness” untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan secara lebih arif dan bijak.

Siapa yang bisa melakukannya?

Banyak orang berpikir bahwa meditasi hanya untuk orang-orang khusus saja, misalnya untuk kaum biarawan dan biarawati untuk para bhikkhu, padahal siapa pun dapat melakukan metode mudah ini dalam kehidupan sehari-harinya. Ketika kita bermeditasi, seseorang mengabaikan masa lalu dan tidak merisaukan masa depannya.

Jadi yang ada hanyalah diri Anda saat ini, tanpa beban, tanpa penyesalan, dan tanpa kerisauan apa pun. Jadi tidak penting seberapa banyak pengalaman Anda di masa lalu atau tidak ada sama sekali. Ketika kita mengabaikan identitas itu, kita telah membebaskan sebagian diri dari kecemasan, depresi, ketakutan, persepsi dan pikiran yang membatasi diri kita.

Mengapa menggunakan metode ini?

Masa lalu yang terus menggema dan terus mengganggu itu lama kelamaan hanya akan membentur di alam kesadaran kita seperti bantalan dan kemudian berhenti. Lain halnya jika kita terus bercokol dengan beban masa lalu, gaungnya akan terus terasa dan merusak proses meditasi yang dijalani.

Ajahn Brahm mengatakan bahwa bayangan dan ingatan masa lalu yang ada di benak kita terkadang belum tentu persis sama dengan kenyataan yang sesungguhnya terjadi, karena adanya distorsi memori (keterbatasan memori untuk menyimpan semua peristiwa).

Baca juga: Meditasi untuk Melihat Diri Sendiri

Sedangkan mengenai kekhawatiran akan masa depan, ketakutan, antisipasi, dan rencana-rencana yang kita miliki, tidak ada yang pasti, tidak dapat terprediksi, dan tidak dapat diketahui. Buddha pernah berkata, “Seperti apa pun masa depan yang kau bayangkan, kenyataannya akan selalu berbeda.” Sehingga bergantung pada rencana-rencana masa depan dan merisaukannya, hanya akan merusak proses meditasi Kindfulness itu sendiri.

Jadi, selamat memulai mencoba metode meditasi kindfulness ini. Pada edisi selanjutnya, akan dibagikan penjelasan mengenai latihan kindfulness secara lebih detail dan bertahap, serta apa saja keunikan yang dimiliki metode kindfulness dibandingkan metode lain. Semua penjelasan dalam artikel ini diambil dari buku ”Kindfulness” karangan Ajahn Brahm (2016).

Maharani K.,M.Psi

Psikolog keluarga, Hipnoterapis, dan Trainer

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *