Dalam memaknai hidupnya, manusia tidak bisa tidak akan melakukan refleksi. Jeda sejenak merenungi apa yang terjadi dan apa yang dilihatnya. Tindakan refleksi dibutuhkan oleh setiap manusia kapan pun, pada siapa pun dan dimana pun. Umumnya, momen akhir tahun menjadi saat yang tepat untuk mengingatkan perlunya melakukan refleksi, agar bisa mengenali diri lebih dalam.
Memang, saat tubuh sudah merasa lelah, baik jasmani maupun rohani, maka jeda sejenak sangat dibutuhkan. Berhenti dari melakukan kegiatan. Bisa duduk diam tak melakukan apa pun, meditasi, tidur atau mendengarkan musik, atau berhenti sejenak melihat apa yang terjadi. Jeda untuk introspeksi dibutuhkan supaya kita bisa melihat kembali apa yang sudah dilakukan, lalu memikirkan apa yang akan kita lakukan berikutnya.
Banyak cara dalam melakukan refleksi dan intropeksi diri. Bisa bercakap-cakap dengan cermin, menulis di buku harian pribadi, merenungi apa yang tengah terjadi. Tindakan refleksi yang akan memungkinkan kita dapat merasakan apa yang tengah kita alami dan perasan penerimaan kepada diri sendiri.
Refleksi kehidupan
Begitu pula dalam refleksi kehidupan kita dalam bingkai Dharma yang menjadikan kita semakin menghayati kerja kebenaran dari Buddhadharma dan memperkuat sraddha.
Melakukan refleksi diri mendatangkan efek yang baik bagi kesehatan jasmani dan rohani. Refleksi diri ibarat cermin bening dalam melihat diri, melihat diri secara tepat apa adanya, dan untuk selanjutkan akan memudahkan melangkahkan kaki, menjalani kehidupan sesuai kata hati, hati Buddha.
Dalam buku Toni Yoyo tentang refleksi keseharian dalam bingkai Dharma, kita diajak agar sejenak dapat berhenti melihat apa yang terjadi, baik dalam diri, orang lain, lingkungan, maupun cerita dalam bacaan.
Bagi Penulis: “Melakukan penilaian dan memberikan makna yang tepat terhadap berbagai kejadian hidup sehari-hari adalah tindakan terbaik untuk memperbaiki hidup sesuai Buddha Dharma.”
Kejadian sehari-hari dapat ditemukan maknanya dalam bingkai Dharma. Refleksi amat pantas dilakukan oleh siapa saja. Refleksi pada setiap apa yang terjadi dalam diri, atau apa yang terjadi di luar diri, orang-orang lain, lingkungan, masyarakat maupun pemandangan alam, semesta, peristiwa kehidupan, serta terhadap buku bacaan yang berisikan cerita-cerita tentang membangun dan membina diri, hidup sesuai hati Dharma.
Bhiksu Zen Buddhism, Shen Siu dalam syairnya membunyikan kehendak baiknya untuk kita selalu ber-refleksi dan membersihkan diri, karena baginya: “Tubuh adalah pohon Bodhi. Hati bagaikan cermin yang berbingkai. Setiap saat rajin membersihkannya. Hingga tidak terkotori debu.”
Refleksi diri
Melakukan refleksi diri dalam keseharian, sebagai proses menemukan makna hidup dan agar tiada lagi kekotoran, debu batin bersemayam, sehingga mengenali diri yang suci bersih apa adanya.
Dalam diri yang suci bersih apa adanya, diri yang sejak awalnya sudah suci apa adanya, kita dapat dikenali dengan hanya doing-nothing seperti dalam refeksi diri. Syair Hui Neng, menyempurnakan syair Shen Siu, bahwa
“Tubuh adalah Pohon Bodhi. Cermin jernih pun bukanlah berbingkai. Pada awal memang tiada sesuatu pun. Bagaimana debu dapat mengotori.”
Marilah kita jaga hati kita yang memang sudah suci apa adanya sejak awal dari sononya. Buku “Bingkai Refleksi,” karya Tony Yoyo ini dapat menjadi bingkai bening untuk melihat diri kita dalam keseharian aktivitas kita, atau melakukan refleksi keseharian dalam Bingkai Dharma.
Lebih jauh dan lebih dalam sebagai cermin bening melihat diri dalam bingkai Dharma, buku ini mengajak kita menumbuhkan kepekaaan untuk melakukan refleksi keseharian hidup kita.
Dengan begitu, kita bisa menjalani hidup dengan penuh disiplin, penuh kesadaran dari saat ke saat, dan mengenal hati Buddha yang sesungguhnya, suci apa adanya.
Buku ini pun seakan mengajak kita untuk menghayati secara langsung dalam diri, dalam refleksi kita di dalam keseharian tentang pokok inti apa yang diajarkan oleh Sang Buddha: “menghentikan kejahatan, menambah kebaikan dan mensucikan hati dan pikiran” (Dhammapada 183).
Sebuah buku yang menarik yang mau memadukan ajaran Buddha dengan pengalaman hidup sehari-hari. Mari kita buka halaman-halaman buku karya Toni Yoyo, salah satu penulis dari sedikitnya penulis-penulis Buddhis yang ada.
Dalam setiap halaman buku Toni Yoyo ini, kita akan dibawa mengenali tamasya refleksi kehidupan kesehariannya dalam bingkai Dharma. Buku yang terbagi dalam empat ranah refleksi: Diri, Orang Lain, Lingkungan dan Cerita ini juga diperkaya oleh pengalaman hidup dari tiga tokoh terkenal lainnya, Andri Wongso, Ponijau Liaw, dan Steve Sujatmiko. Marilah, jangan tunda untuk melangkah dan menyelesap ke dalam hati, melakukan refleksi diri dalam bingkai Dharma. ***
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara