Keyakinan itu perlu dipahami dan dimengerti, bukan tinggal keyakinan begitu saja yang hampa makna. Buddhadharma yang memiliki komunitas dan penganutnya juga dipandang sebagai sebuah agama, dan ini harus dimengerti oleh mereka yang meyakininya.
Keyakinan merupakan inti dari umat beragama yang tidak akan selesai. Ibarat tanaman, keyakinan itu perlu dipupuk agar tumbuh subur dan berbuah. Pendidikan agama dan pembelajaran Buddhadharma perlu disajikan dalam rangka menumbuhkan keyakinan yang berbasis pada pengertian.
Buku “Wacana Buddha-Dharma” ini menghantar mahasiswa untuk memiliki keyakinan berbasis pengertian yang benar. Adapun topik-topik pembahasannya, yaitu: bab: 1. Agama dan Filsafat. 2. Keyakinan. 3. Fenomena Sikap Keagamaan. 4. Upacara dan Doa. 5. Asal-Usul dan Pokok-Pokok Dasar Agama Buddha. 7. Etika dan Moral. 8. Meditasi, dan bab 9. Hakikat dan Tujuan Hidup Manusia, serta bab 10. Alam Semesta dan Konsep Zaman. Kesembilan topik ini merupakan separuh bagian dari keseluruhan buku yang berjumlah 18 topik.
Topik-topik tersebut tampaknya dimaksudkan oleh penulis buku “Wacana Buddha-Dharma” ini sebagai pembekalan bagi mahasiswa untuk membentuk keyakinan Buddhis atau sraddha seorang Buddhis yang sungguh-sungguh mengerti dan memahami Buddhadharma.
Melalui topik-topik itu, penulis mengharapkan tumbuhnya pribadi-pribadi Buddhis yang matang dan berwawasan, dengan keyakinan yang berbasis pengertian, sehingga akhirnya secara otomatis mampu mengaplikasikan berbagai segi ajaran Buddha dan nilai-nilai Buddhadharma. Bukankah hal itu yang menjadi tujuan sesungguhnya pembelajaran Buddhadharma atau pendidikan agama Buddha?
Agama-Filsafat dan Keyakinan
Penulis mengawali bukunya dalam bab pertama dengan mengetengahkan pengertian agama yang didampingi oleh filsafat, bab 1 Agama dan Filsafat. Filsafat sangat erat kaitannya dengan agama sebagai penemuan manusia yang rasional dan dapat menghantar pada sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang bisa dipertanggung-jawabkan dengan argumentasi rasional. Dalam bab ini penulis mengajak diskusi perihal kedudukan agama dan filsafat.
Bab ini sangat relevan, bukankah Buddhadharma itu sendiri kerap juga mendapat pertanyaan apakah sebagai agama atau filsafat? Dengan jelas diletakkan Buddhadharma dalam konteks pengertian Agama dan Filsafat itu, dengan mengetengahkan masalah epistemologi, sumber-sumber pengetahuan dan masalah yang berkenan dengan metafisika dalam perspektif Buddhadharma.
Bab 1 ini dapat dipandang sebagai sebuah pijakan yang bagus secara pedagogis untuk memasuki bab 2 tentang masalah keyakinan. Meski keyakinan itu timbul terhadap sesuatu yang tidak dikenal bukan berarti tidak harus mengenali dan memahami keyakinan itu sendiri.
Karenanya pengenalan terhadap esensi keyakinan untuk tumbuhnya iman atau sradha yang rasional justru akan menjadi kekuatan keyakinan itu sendiri. Keyakinan terhadap Tri Ratna yang menjadi inti keyakinan dari seorang beragama Buddha juga didekati sehubungan dengan keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan Buddhadharma inklusif, penulis menjelaskan keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dari berbagai sumber, seperti yang dikembangkan oleh aliran Mahayana mengenai Trikaya, maupun konsep Adi Buddha, serta manifestasi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam perilaku sehari-hari dalam melaksanakan kebenaran dan menjauhkan kejahatan.
Fenomena Sikap Keagamaan, Upacara dan Doa
Aspek penting lainnya yang dibahas dari kelengkapan seorang beragama adalah mengenai fenomena sikap keagamaan, upacara dan doa. Sikap keagamaan berkaitan dengan religiositas, mitos dan simbol religius. Jika agama menyangkut aspek yang bersifat formal, maka religiositas melibatkan yang di dalam lubuk hati.
Penulis memperlihatkan bagaimana sesungguhnya sikap keagamaan seorang Buddhis itu. Tidak semata terpaku pada aspek lahiriah yang hanya menuruti peraturan formal semata, namun juga menyentuh inti terdalam dari Buddhadharma itu sendiri yang berkenan dengan sikap mental, pikiran dan kesucian hati.
Pembaca diajak untuk memahami fenomena kesucian dan sikap keagamaan Buddhis dalam masalah mitos dan simbol religius. Mitos dan simbol religius yang meyelubungi keagamaan Buddhis juga harus dimengerti dan dipahami. Menyibak dan membuka selubung mitos dan simbol ini dengan melakukan demitologisasi, redefinisi atau menafsirkan kembali fungsi dan peran dari mitos dan simbol. Penulis memberikan gambaran bagaimana menumbuhkan keyakinan Buddhis yang matang, dewasa dengan disertai pengertian.
Hal yang senada juga berlaku ketika mengetengahkan dan menjelaskan tentang masalah upacara ritual secara substantif. Begitu pula mengenai peringatan hari-hari besar keagamaan dan waktu-waktu pelatihan diri, serta mengenai apa dan bagaimana berdoa. Upacara ritual dapat menjadi cermin inti keyakinan, namun begitu bukan berarti pelaksanaan ritual atau upacara apalagi secara lahiriah-formal sungguh-sungguh ekspresi dari keyakinan yang berbasis pada pengertian.
Penulis memberikan pengertian dan pemahaman mengenai sikap keagamaan yang sepantasnya dan seharusnya, cermin dari keyakinan yang benar dan ketulusan hati, kesucian pikiran yang melibatkan tubuh, perkataan dan pikiran. Begitu pula mengenai doa yang kerap dilakukan orang beragama untuk memenuhi keinginan duniawinya. Penulis memperlihatkan bahwa suatu keinginan atau cita-cita itu tidak hanya cukup dengan berdoa saja namun perlu diusahakan dengan melakukan perbuatan untuk mencapainya.
Diketengahkan nasehat Buddha kepada Anathapindika, “Buddha mengemukakan bahwa kebanyakan orang mendambakan panjang usia, kecantikan, kebahagiaan, kehormatan dan alam surga. Kelima hal itu tidaklah tercapai karena berdoa, namun harus berusaha menempuh ke arah itu” (A.III,48, hal 94).
Pokok-Pokok Dasar Agama Buddha.
Sebuah keyakinan (saddha) yang berbasis pada pengertian juga perlu dibangun dengan mengenali dan memahami pokok-pokok dasar ajaran Buddhadharma. Pada bab 5 penulis menyajikan mengenai Asal-usul dan Pokok-Pokok Dasar Agama Buddha secara lengkap dan komprehensif.
Disajikan sejarah Riwayat Hidup Buddha Gotama, Kitab Suci dan Pokok-Pokok Ajaran yang berisikan ajaran-ajaran fundamental yang mencerminkan Buddhadharma sebagai suatu agama yang perlu direalisasi.
Pemahaman dasar ajaran Buddha memberi kesempatan kepada setiap orang untuk menjadi Buddha (Saddhamapundarika-sutra II) dan pencerahan atau keselamatan itu dapat dicapai dengan usaha sendiri (D.II,100), (Hal. 131).
Pada bagian ini, disajikan bagaimana jalan mencapai Buddha melalui berbagai sumber ajaran. Ajaran Buddha yang beragam dalam berbagai mashab atau aliran itu sesungguhnya hanya satu kendaraan, sebagai kendaraan Buddha, jalan tunggal kendaraan Buddha. (Hal,131), ekayana, satu Buddha, Buddhayana.
Etika Moral, Meditasi, Manusia dan Semesta
Tentu saja dalam menapaki jalan tunggal kendaraan Buddha itu adalah dengan tidak melepaskan praktek etika-moral (bab 7) dan meditasi (bab 8). Mengenai peran etis ini penulis menjelaskan dengan menyajikan teori-teori dan pandangan moral melalui filsafat dan teori etika serta pandangan moral yang berkembang. Hal ini tampaknya hendak mengingatkan bahwa perilaku etis moral itu tidak sekali jadi namun menuntut suatu proses perkembangan yang berkaitan tingkat kognisi perkembangan kesadaran dan teruji dalam pengalaman hidup.
Dalam konteks pengembangan kesadaran inilah pentingnya praktek meditasi. Pelatihan meditasi satipatthana atau mindfullnes yang kini semarak juga tidak luput dari perhatian Sang Penulis. Meditasi melengkapi laku sila atau praktek moral. Pencapaian kebuddhaan memerlukan peran etis dan perilaku moral dengan disertai latihan-latihan spiritual melalui meditasi, dan pada akhirnya terang prajna itu datang menggantikan awan kegelapan batin.
Bangunan untuk menumbuhkan keyakinan (saddha) berbasis pengertian menjadi lengkap dengan adanya penyajian materi pada bab 9 tentang Hakikat dan Tujuan Hidup Manusia. Begitu pula dengan bab 10 tentang Alam Semesta dan Konsep Zaman. Manusia dan Alam semesta penting untuk disajikan sebagai satu kesatuan dari aspek keagamaan Buddha. Manusia dapat mengenali hakekat, kedudukannya di alam semesta dan situasi zaman yang dihadapi, sehingga keyakinan atau Saddha berbasis pengertian yang berakar dalam pandangan antropologi dan kosmologi Buddhis sungguh menjadi kuat dan relevan.
Karya Bagi Generasi Penerus
Buku “Wacana Buddha-Dharma” yang memiliki ISBN: 978-602-1235-62-1 ini, ditulis sebagai sebuah buku pelajaran agama Buddha untuk perguruan tinggi karya dr, Krishnanda Wijaya Mukti Msc, (Alm.). Buku ini kaya dengan berbagai kutipan dan referensi dari berbagai sumber pustaka yang relevan dengan materi dan mendukung pemahaman topik bahasan. Hal ini menunjukkan keluasan wawasan dan idealisasi sang penulis untuk menyajikan pelajaran agama Buddha yang juga berkaitan dengan sumber-sumber pustaka dan ilmu pengetahuan yang relevan.
Buku yang diterbitkan kembali dalam cetakan kelima (Agustus 2020, Yayasan Karaniya) ini menunjukkan bahwa buku setebal 600 halaman ini juga telah dipergunakan oleh kalangan yang lebih luas melebihi sebatas dunia akademik perguruan tinggi. Untuk itu, jangan sampai buku “Wacana Buddha-Dharma” ini tidak terdapat di bangku kuliah atau di tangan para dosen agama Buddha, mengingat khalayak ramai un tekah menyentuh buku “Wacana Buddha-Dharma” ini.
Buku “Wacana Buddha-Dharma” ini tampaknya telah memberi pengaruh dalam pemikiran pendidikan keagamaan Buddha yang tidak semata dogmatis namun juga kontekstual, sebagaimana esensi misi Buddhadharma itu sendiri.
Sebuah buku yang bisa dipandang sebagai sebuah karya monumental dalam dunia literasi Buddhis. Sebuah karya yang patut mendapat apresiasi dan patut disajikan dan dikembangkan terus menerus oleh para penerusnya, dosen-dosen agama Buddha di perguruan tinggi.
Sebuah karya, simbol perjuangan dan dedikasi penulis dr, Krishnanda Wijaya Mukti Msc. (Alm,) yang mengabdikan intelektualitas dan kecerdasannya bagi pertumbuhan literasi Buddhis dan kemajuan pendidikan Budhis. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara