• Saturday, 11 November 2017
  • Hendry F. Jan
  • 0

Saat menjelang pilkada, Anda mungkin merasakan bahwa keutuhan negara tercinta ini dalam keadaan terancam. Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun kondisi ini sangat terasa.

Hal-hal yang sebenarnya tidak jadi masalah, di masa menjelang pilkada bisa jadi masalah besar. Tampaknya, oleh kelompok tertentu, bermain isu SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) dianggap lebih mudah mendulang suara daripada harus susah payah menyusun program kerja.

Sekali saja cara ini berhasil, ke depannya, cara serupa pasti akan dicoba lagi, tidak hanya sekelas pilgub, tapi juga pilpres. Kita tentu berharap, semoga saja hal ini tidak terus terulang.

Untungnya ada kelompok/komunitas anak bangsa yang peduli akan hal ini. Adalah Komunitas Bhinneka yang mengadakan acara bertajuk Wisata Bhinneka. Komunitas Bhinneka memberi wadah anak-anak dari agama berbeda, berkumpul bersama untuk menumbuhkan semangat toleransi sejak dini.

Pertama kali penulis mendapat info ada acara Wisata Bhinneka ini dari TP Vidyasagara (Sekolah Minggu Buddhis Vihara Vimala Dharma, Bandung), tempat kami melakukan pujabakti. Saat itu Wisata Bhinneka yang diperuntukkan anak kelas 4-6 SD ini mengagendakan wisata dengan berkunjung  ke 5 tempat ibadah.

Penulis menawarkan kepada putra kedua kami, Revata yang saat itu masih duduk di kelas 5 SD, untuk ikut acara Wisata Bhinneka yang bertemakan “Bersatu dalam Keragaman”. Revata pun terlihat antusias mendapat tawaran ini.

Berbeda Itu indah

Di selebaran yang penulis dapatkan, tertulis acara ini akan berlangsung 07.30 hingga 16.30. Minggu, 25 Mei 2017 pagi anak-anak dari 5 agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha) berkumpul di jalan Jawa No. 6, Bandung.

Dari sanalah wisata edukasi ini dimulai. Secara berurutan, inilah ke 5 rumah ibadah yang dikunjungi anak-anak yang ikut Wisata Bhinneka:  Pura Wira Satya Dharma, Ujung Berung, Masjid Agung Al-Ukhuwwah, Jl. Wastu Kencana, Vihara Vimala Dharma, Jl. Ir. H. Juanda No. 5, Gereja Kristen Indonesia, Taman Cibunut, Jl. Van de Venter, dan berakhir di Gereja Katolik St. Petrus Katedral, Jl. Merdeka No.14, Bandung.

Penulis bersama keluarga, sengaja ikut rute rombongan ini untuk merasakan langsung kegiatan positif yang sangat sayang jika dilewatkan. Selain itu, tentu saja penulis ingin mengabadikan momen-momen ini melalui foto dan video.

Sejauh pengamatan penulis, anak-anak tidak bermasalah kumpul dengan teman beda agama, suku, dan budaya. Mereka yang dibagi dalam 6 kelompok, dan tiap kelompok beranggotakan 5 anak dari 5 agama berbeda. Percayalah, berbeda itu indah, seperti halnya pelangi yang terlihat indah karena terdiri dari perpaduan 7 warna berbeda.

Pada dasarnya anak-anak bisa hidup damai dan tak bermasalah dengan teman yang beda agama, suku, dan budaya, sejauh tidak ada yang “meracuni” pikiran polos mereka.

Melihat langsung

Ikut acara ini, peserta (termasuk saya sebagai orangtua) berkesempatan melihat langsung rumah ibadah yang sebelumnya hanya pernah kami lihat bangunan luarnya saja. Atau kalaupun pernah melihat bagian dalam rumah ibadah dari umat agama lain, itu biasanya dari tayangan televisi ataupun foto.

Selain melihat langsung, anak-anak juga mendengar secara langsung cerita tentang sejarah bangunan rumah ibadah itu. Ada juga sesi tanya jawab.

Semua pemuka agama menyambut baik kunjungan saudara-saudara mereka dari agama berbeda. Anak-anak bisa melihat langsung bagaimana teman mereka beribadah, bagaimana teman mereka yang Muslim melakukan wudhu sebelum melaksanakan sholat, apa saja yang ada di altar vihara dan apa maknanya, bagaimana bacaan doa yang diucapkan teman yang beragama Hindu saat berdoa.

Pelajaran berharga seperti ini tentu merupakan momen langka. Belajar bertoleransi, belajar mengenal dan tahu bagaimana teman lain melakukan ibadah, dan ini semua berlangsung dalam suasana menyenangkan. Asyiknya lagi, “paket wisata” ini gratis.

Terus berlangsung

Usai mengikuti acara ini, penulis menuliskan laporan hasil pandangan mata ke dalam blog. Salut buat Komunitas Bhinneka yang menggagas acara ini. Usul penulis, biar lebih komplet, sebaiknya tambahkan peserta dari agama Khonghucu dan tambahkan kelenteng sebagai rumah ibadah yang juga dikunjungi.

Sabtu, 4 November 2017 Wisata Bhinneka kembali diadakan oleh Komunitas Bhinneka. Pada Wisata Bhinneka kali ini, pesertanya dari 6 agama, dan kunjungannya ke 6 rumah ibadah! Sebagian besar tempat ibadah masih sama, yang berbeda adalah pura, sekarang yang dikunjungi adalah Pura Puser Dayeuh Siliwangi, dan tambahan Klenteng Kong Miao di jalan Cibadak. Dan kali ini, Wisata Bhinneka dikhususkan untuk anak SMP. Putra pertama kami, Anathapindika yang duduk di kelas 8 berkesempatan ikut acara ini.

Semoga acara positif untuk menumbuhkan semangat toleransi, hidup harmoni dalam keberagaman ini terus berlangsung dan juga diadakan di berbagai kota di Indonesia. Terima kasih atas kerja keras panitia yang terdiri dari semua agama, terima kasih juga kepada para sponsor.

Hendry Filcozwei Jan

penulis adalah suami dari Linda Muditavati, ayah dari 2 putra (Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan), pengelola blog www.vihara.blogspot.com dan www.rekor.blogspot.com, tinggal di Bandung

 

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Hendry F. Jan

Hendry Filcozwei Jan adalah suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.

Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.

http://www.vihara.blogspot.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *