“Lasem masih ditutupi oleh misteri. Melalui hasil penelitian pustaka Badra Santi, misteri itu akan terbuka kembali,” tutur Ki Sigit Aryanto.
Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Indonesia. Merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Rembang setelah kota Rembang. Atas bimbingan Dhammateja Wahyudi Agus R, peneliti seni budaya Buddhis yang lima tahun belakangan fokus meneliti pustaka Badra Santi dan sejarah Lasem, didukung Gusti Ayu Rus Kartika, pendiri Gamelan Mpu Santi Badra.
Punden Tapaan Ngargapura, Lasem, menjadi salah satu tujuan utama dalam kegiatan mempelajari sejarah Nusantara dan tirta yatra ini. Selain belajar sejarah, para pemuda Buddhis Temanggung turut terlibat menyemayamkan stupa dan relik ke dalam punden. Tempat ini terletak tidak jauh dari Vihara Ratanavana Arama, Sendangcoyo, Lasem.
Masyarakat telah mengenalnya sejak dahulu secara turun temurun. Selain menjadi tempat nyadran desa pada bulan Badrapadamasa (sekitar bulan Agustus-September). Masyarakat mengenal petilasan tersebut sebagai “Punden Mbah Santi Budho. Pandita T. Hadidarsana dan Ramadharma Reksowardojo dengan dukungan Bhikkhu Khemmasarno, turut melestarikannya sejak tahun 1974. Selain itu, mereka mendirikan Sanggar Badra Santi Loka yang menjadi cikal bakal berdirinya Vihara Ratanavana Arama, sesudah hadirnya Bhikkhu Sudhammo.
“Punden ini adalah salah satu tempat petilasan leluhur dan guru kita, Mpu Santi Badra. Kami ucapkan terima kasih kepada adik-adik sebagai generasi muda Buddhis, telah turut mengukir sejarah. Sebab pada zaman penjajahan Belanda, Mbah Buyut kita, Raden Panji Karsono, melalui Pandita T. Hadidarsana, telah menyampaikan pesan harapan. Semoga suatu saat di punden ini akan berdiri sebuah candi Buddha.”
Kini adik-adik telah mengukuhkan punden ini sebagai artefak Buddhis sesuai pesan leluhur yang termuat dalam karya tulis Pandita T. Hadidarsana (Mbah Guru). Sebab meskipun stupanya berat ditambah tubuh yang letih, lelah dan ngantuk sesudah seharian berkegiatan. Adik-adik berjasa besar telah mengukir Badra Santi sebagai artefak Buddhis. Karena dahulu, Mbah Guru (Pandita T. Hadidarsana) sempat dipenjara akibat hasutan orang yang menuduh bahwa Badra Santi itu klenik dan sesat.
Padahal di dalamnya, termuat ajaran luhur Buddha Dhamma yang kemudian dipetik semangatnya oleh mendiang Bhante Khemmasarano. Salah satunya dengan mendirikan Padepokan Tunggak Semi di Juwana. Dengan bersemayamnya stupa di punden ini, kita telah menyelamatkan bukti artefak Buddhis untuk anak cucu kita,” ujar Wahyudi sebelum puja bakti dan meditasi di punden dimulai.
Mengenal tokoh leluhur agama Buddha di Pantura, terutama Lasem. Sangat perlu diupayakan, mengingat peranannya dalam kebangkitan Buddhadhamma di Jawa Tengah. Khususnya dengan perangkat seni budaya Badra Santi sejak dekade 1960-an.
Para pemuda menyempatkan puja bhakti di depan altar rupang Raden Panji Margono, pahlawan Perang Lasem yang menganut Kejawen Kebuddhaan Badra Santi. Tak lupa, mereka juga melantunkan Kidung Puji Badra Santi diiringi gamelan kemanak lokanantha di halaman teras klenteng.
Selain perjalanan napak tilas sejarah Buddhis, rombongan pemuda juga menyempatkan berkunjung ke Ponpes Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, pimpinan KH Mustofa Bisri (Gus Mus). Dalam kunjungannya, Lukas Sanjaya Oey dan Saryanto selaku pimpinan rombongan, mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan bagi para santri. Kunjungan mereka diterima dengan suka cita oleh Gus Rizal, mengingat Gus Mus sedang memberikan pelajaran kepada para santri di siang hari itu. Kunjungan para pemuda mempunyai arti penting bagi kehidupan beragama. Khususnya dalam menjaga harmoni dan kebhinekaan bangsa Indonesia.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara