“Dunia lebih membutuhkan orang-orang yang welas asih daripada orang pintar.” (Norman Fischer)
Lojong, merupakan praktik melatih pikiran yang berdasar dari teks 59 slogan renungan, berasal dari abad X, karya Mahaguru Atisha. Kemudian ditulis oleh Geshe Chekawa Yeshe Dorje pada abad XII. Dalam perkembangan sejarah agama Buddha di Tibet, hingga saat ini para guru telah mengajarkan serta menulis ulasan atas naskah tersebut, yang menjadikannya sebagai landasan dari pelatihan praktis dalam membangun welas asih.
Lalu, bagaimana mungkin Lojong dilihat dari sudut pandang Zen? Kan berbeda tradisi? Apa tidak akan saling bertentangan? Mari kita ulas!
“Zen, mengutamakan kesederhanaan berdasar akal sehat, sehingga akan memiliki sudut pandang yang berbeda terkait Lojong khususnya, sebagaimana lazimnya agama di Asia yang sangat kental sekali dengan ritual keagamaannya. Kemudian, Zen mempunyai kelemahan yang serius dalam hal kurangnya ajaran yang gamblang mengenai belas kasih,” menurut Norman Fischer.
Agama
Agama merupakan suatu tradisi yang mulia dan penuh misteri yang dilestarikan oleh para elit yang disegani. Orang-orang tidak memahaminya dan tidak berharap memahaminya. Hidup mereka sudah sangat sulit dan terlampau sibuk, keyakinan serta semangat pengabdian terhadap agama merekalah yang memberikan mereka harapan demi kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Kini sebagian besar di antara kita menginginkan dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Kita beraspirasi mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap diri sendiri dan alam semesta. Kita tidak ingin membuang harapan di dunia ini demi harapan di dunia yang akan datang.
Kita selalu membutuhkan satu sama lain. Cinta kasih kita bagi orang lain bersifat alami bagi kita dan merupakan sesuatu yang perlu kita perkuat melalui pelatihan. Kita memerlukan ceramah-ceramah keagamaan yang sanggup kita pahami dan kita terapkan. Kita memerlukan banyak hal yang mengingatkan serta memberi dorongan semangat.
Bodhicitta
Intisari Bodhicitta adalah cinta kasih dan kepedulian pada makhluk lain. Perasaan cinta yang dilandasi oleh pengenalan mendalam bahwa apa yang kita sebut sang “aku” dan apa yang disebut “insan lain” semata-mata adalah sebutan, konsep, pola kebiasaan berpikir, bukanlah suatu realitas!
Altruisme sejati bukanlah pengorbanan diri demi kepentingan insan lain, rasa bersalah yang mendorong kita hendaknya menjadi baik, hendaknya kita menjadi orang yang menyenangkan, hendaknya kita menjadi orang yang ramah. Ia lebih luas dari itu.
Bodhicitta ada dua, yakni Bodhicitta absolut dan Bodhicitta relatif. Bodhicitta absolut, cinta yang lebih besar ketimbang emosi apa pun, demikian besarnya sehingga tidak lagi ada yang mencintai maupun dicintai, keduanya melebur menjadi satu. Di dalam cinta yang seperti itu, tidak ada rasa kehilangan, karena cinta kasih ini begitu besar sehingga mencakup segala apa pun. Sunyata, sempurna, luas, dan penuh kegembiraan.
Bodhicitta relatif, kita mengerahkan daya upaya yang mungkin berhasil atau gagal. Kita mungkin mengalami kegagalan dan menangis akibat kegagalan tersebut, hati kita terasa kecewa dan bersedih, atau kita bersuka cita dalam suka cita kita sendiri maupun suka cita orang lain.
Bodhicitta relatif adalah penawar bagi kelelahan karena ia dibangun atas dasar Bodhicitta absolut. Jika Bodhicitta relatif adalah tugas tanpa akhir, karena hanya ada satu tekad, menolong, menolong dan menolong, sedangkan Bodhicitta absolut adalah kedamaian tanpa akhir yang mendasari tugas tanpa akhir.
“Makhluk hidup tak terbilang banyaknya, aku berikrar untuk menyelamatkan mereka.” (sebuah ikrar Zen)
Judul Buku: Latihan Belas Kasih, “Petunjuk Zen dalam Praktik Lojong”
Penulis: Norman Fischer
Penyunting: dr. Krishnanda Wijaya-Mukti
Penerbit: Karaniya
Terbit: Maret 2017
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara