• Monday, 26 July 2021
  • Uki
  • 0

“Sudahkah Anda melakukan aksi damai hari ini?” Bagaimana Anda menciptakan kedamaian saat Anda berada dalam lingkungan yang kacau dan penuh perselisihan?

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membahas tentang “kedamaian”? Damai adalah kondisi tenang, aman, tentram, dan tanpa kekerasan. Dalam buku Ada Damai di Hatiku, kedamaian bukan hanya bebas dari kekerasan, akan tetapi menumbuhkan pengertian, wawasan, dan belas kasih yang disertai dengan aksi damai.

Buku ini ditulis oleh Thich Nhat Hanh, dan diterbitkan oleh Karaniya versi Bahasa Indonesia yang terdiri dari 8 bab. Dalam setiap babnya, kita akan belajar mengenali kekerasan yang bahkan kita tidak sadari bahwa hal tersebut merupakan bentuk kekerasan halus, hingga bagaimana cara kita berkomitmen menciptakan kedamaian, mulai dari diri sendiri hingga hubungan dengan pasangan, keluarga, dan anak.

Mengenali berbagai bentuk kekerasan

Kekerasan dalam rumah tangga, perampokan, aksi begal merupakan beberapa contoh kekerasan yang sering kita lihat atau dengar. Namun, sadarkah Anda bahwa dalam kehidupan sehari-hari masih sering terjadi kekerasan psikologis yang paling halus yakni ‘tidak ada kebebasan dalam menyadari perasaan-perasaan yang muncul’.

Master Zen Thich Nhat Hanh memberikan contoh bahwa masih ada beberapa masyarakat yang berpikir bahwa “Laki-laki tidak boleh menangis”. Menangis seringkali dianggap sebagai kesan lemah dari diri seorang laki-laki, yang mana seharusnya menjadi sosok yang paling kuat. Mereka diajarkan untuk menekan serta mengabaikan perasaan sedih dan terluka terhadap apa yang sedang terjadi.

Walau tidak terlihat sebagai bentuk kekerasan, kejadian tersebut menjadi sebuah kekerasan karena melibatkan perasaan yang terluka. Ia tidak diberikan kebebasan untuk meluapkan perasaan sedihnya melalui menangis.

Berkomitmen menciptakan aksi damai

Setelah mengenali bentuk-bentuk kekerasan dari yang paling lembut, kita akan lebih mudah untuk menerima elemen negatif yang muncul dari dalam diri sendiri. Dalam buku ini diibaratkan seperti merangkul sifat kebinatangan (sifat buruk). Setiap orang memiliki sifat buruk dalam dirinya, kita tidak perlu menyangkalnya. Kita hanya perlu mengendalikan agar sifat kebinatangan tersebut tidak mengambil alih.

Ingat bahwa kita juga memiliki sifat welas asih di dalam diri yang perlu dikembangkan terus menerus. Bagaimana cara mengembangkannya? Buku ini akan memberikan contoh nyata melalui praktik sadar penuh hingga tercipta kedamaian.

Bagaimana latihan sadar penuh dapat meredakan peperangan?

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana jika disebuah pusat meditasi yang terdapat puluhan biksu, tiba-tiba diserang oleh segerombolan penjahat? Bagaimana para biksu meredakan serangan tersebut? Apakah para biksu akan melawannya dengan senjata atau tetap melanjutkan latihan sadar penuh?

Praktik latihan sadar penuh dalam meredakan peperangan ini terjadi di tahun 1968, ketika itu terjadi puncak Perang Vietnam. Sister Chan Kong melakukan perjalanan menuju sebuah desa di Thao Dien. Betapa terkejutnya, ketika desa tersebut diserbu oleh tentara Amerika dengan senapan dan granat.

Saat itu pula, Ia mencurahkan perhatiannya pada napas dan menenangkan diri sehingga dapat melihat apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam situasi berbahaya. Satu langkah yang salah dapat membahayakan dirinya maupun penduduk desa tersebut. Dengan penuh welas asih Sister Chan Kong berkomunikasi dengan para tentara, akhirnya mereka mundur dan peperangan terhindarkan.

Tak hanya terjadi pada Sister Chan Kong, Master Thich Nhat Hanh berada di tengah-tengah peristiwa pengeboman di Kota Saigon. Bagaimana cara Master Thich Nhat Hanh bersama biksu lainnya menyelamatkan orang-orang yang terluka dan menghadapi perang? Dalam kondisi yang genting dan berbahaya, Master Thich Nhat Hanh tetap berlatih sadar penuh dan menyelamatkan nyawa penduduk di sekitarnya.

Dari ilustrasi peristiwa tersebut, kita dapat mengambil makna penting dalam menyelesaikan permasalahan, khususnya dalam kehidupan sehari-hari dengan teman, keluarga, rekan kerja, hingga masyarakat.

Kita butuh pikiran yang jernih, tenang, tanpa kebencian untuk merespon masalah yang datang. Ada benarnya sebuah kalimat “mengambil keputusan saat sedang marah bukanlah hal yang tepat”.

Mulai dari diri sendiri

Setiap orang memang memiliki cara tersendiri untuk memulai menciptakan kedamaian, akan tetapi sebagian mungkin masih bingung bagaimana cara memulainya. Buku ini akan sangat membantu kita menciptakan aksi damai mulai dari diri sendiri. Bagaimana kita bisa membangun komitmen dengan sadar penuh, sehingga damai benar-benar tumbuh di hati kita.

Membaca buku ini mungkin membutuhkan waktu berhari-hari, tidak perlu tergesa-gesa menyelesaikannya. Memberikan perhatian penuh saat membaca buku ini, akan membuat Anda mendapatkan lebih banyak makna tak terduga.

“Setiap pagi, saat Anda membuka mata, mohon sirami benih-benih welas asih dan tanpa kekerasan. Cobalah memilih latihan sadar penuh yang dapat membantu Anda mengubah konflik pribadi Anda sendiri. Biarkan kedamaian berawal dari Anda.”
– Master Thich Nhat Hanh

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *