Sravasti adalah ibu kota kuno Kerajaan Kosala yang diperintah oleh Raja Pasenadi. Ia terkenal karena hubungannya yang panjang dan erat terhadap Buddha. Selama 45 tahun Pengabdian-Nya, Sang Buddha menghabiskan sebanyak 25 vassa di Sravasti, 24 di antaranya secara berturut-turut (tanggal 21-44).
Di sinilah seorang jutawan bernama Sudatta, yang lebih dikenal sebagai Anathapindika atau “Pemberi Makan Orang Miskin”, menyumbangkan Jetavana atau Hutan Jeta yang terkenal kepada Buddha setelah ia beli dengan harga yang sangat tinggi, yaitu “sebanyak koin emas yang dapat menutupi seluruh Jetavana”.
Karena Buddha menghabiskan sebagian besar kehidupan religius-Nya di Sravasti, sebagian besar khotbah dalam kitab suci Tipitaka disampaikan saat Sang Buddha tinggal di Jetavana. Wihara penting lainnya di Sravasti adalah Pubbarama, yang disumbangkan oleh Visakha.
Sravasti menjadi tempat ziarah yang penting karena di sini Sang Buddha melakukan keajaiban terbesar dari semuanya, yaitu Mukjizat Ganda, untuk menghalau ajaran yang menyimpang. Dalam serangkaian kejadian ajaib, Buddha menciptakan beberapa representasi diri-Nya, dalam posisi duduk dan berdiri di atas teratai, memancarkan api dan air dari tubuh-Nya. Peristiwa luar biasa ini, yang disebut Mukjizat Sravasti, yang merupakan subjek terkenal pada berbagai rupang Buddha.
Raja Asoka mengunjungi Sravasti pada 249 SM sebagai bagian dari ziarahnya ke tempat-tempat suci Agama Buddha dan mendirikan dua pilar, masing-masing setinggi 70 kaki, di kedua sisi Gerbang Timur Jetavana, serta beberapa stupa untuk mengabadikan relik Sang Buddha. Pada masa Raja-Raja Kusana, Kaniska dan Huviska, pada abad ke-1-2 Masehi, tempat ibadah baru dibangun untuk mengabadikan patung Sang Buddha yang menjadi populer pada saat itu.
Ketika Fa Hsien mengunjungi Sravasti pada tahun 407 M, agama Buddha telah merosot di kota itu tetapi Jetavana masih ditempati oleh para bhikkhu. Dia melihat dua Pilar Asoka masih berdiri tetapi Stupa Angulimala dan Sudatta sudah hancur.
Pada saat Hsüan Tsang datang ke Sravasti pada tahun 637 M, kota utama telah hancur dan terdapat beberapa ratus sangharama, sebagian besar dalam kehancuran dengan sedikit pengikut. Jetavana melapuk dan ditinggalkan. Dia juga melihat kedua tiang yang didirikan oleh Raja Asoka, reruntuhan stupa, sangharama dan sumur yang digunakan Sang Buddha untuk mengambil air.
Setelah kunjungan Hsüan Tsang, Jetavana kembali dihuni, terbukti dengan ditemukannya kembali potongan tanah liat dan ukiran Mahayana seperti Lokanatha, Avalokitesvara dan lainnya yang berasal dari abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Pelindung terakhir Jetavana adalah Raja Govindachandra dan istrinya, Kumaradevi yang taat terhadap Ajaran Buddha dari Kanauj dan Benares (1130 M).
Catatan tentang pemberian 6 desa kepada Sangha dari Vihara Jetavana terkandung di dalam piagam tembaga yang ditemukan selama penggalian reruntuhan. Dengan runtuhnya Agama Buddha di India pada abad ke-13 M, Vihara Jetavana menjadi sepi dan terlupakan.
Pada tahun 1863, Cunningham mengidentifikasi koleksi besar reruntuhan kembar yang disebut Sahet-Mahet dengan kota kuno Sravasti. Dia menggali reruntuhan di Sahet seluas 13 hektar, mengidentifikasi Jetavana dan mengungkap sisa-sisa beberapa stupa, vihara dan biara, termasuk situs Gandha-kuti atau Kamar Harum yang terkenal serta Kuti Kosambi, yang keduanya pernah digunakan oleh Sang Buddha.
Sebagian besar reruntuhan yang terkubur di Jetavana berasal dari Dinasti Kusana (abad ke-1-2 Masehi). Reruntuhan di Mahet sangat luas, tersebar di 162 hektar. Hanya beberapa reruntuhan yang telah diidentifikasi sementara sebagian besar masih belum dipelajari.
Belakangan ini, vihara pertama yang dibangun di Sravasti adalah Vihara Burma, atas prakarsa Y.M. Chandramani dari Kushinagar. Kemudian diikuti oleh Vihara Buddha Tiongkok yang didirikan oleh Y.M. Ren Chen. Pada tahun 1969, Maha Bodhi Society India terlibat langsung dengan Sravasti dengan kedatangan Y.M. Sangharatana dari Sarnath, yang menginisiasi pembangunan Vihara Nava Jetavana di luar Jetavana Kuno. Pada tahun 1982, orang Thailand juga mendirikan vihara di Sravasti. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara