Peziarahan ke Borobudur secara utuh pada umumnya masyarakat akan memulainya dari Candi Mendut, hal ini didasarkan oleh tafsir J.G. de Casparis, seorang ahli epigrafi terkemuka yang menyatakan bahwa Candi Mendut disamakan dengan Srimad Wenuwana. Sehingga peziarahan bertolak dari Candi Mendut. Benarkah demikian?
Menurut Prasasti Kayumwungan/Karangtengah 824 M, menyebut Wangsa Sailendra dan putrinya bernama Pramodawarddhani. Sang putri mendirikan bangunan suci agama Buddha dengan sebutan Srimad Wenuwana dan menahbiskan rupang Sri Ghananatha di dalamnya.
Pendapat J.G. de Casparis ditolak oleh R.M. Ng. Poerbatjaraka, bahwa kata wenuwana berarti hutan bambu. Wenu menjadi kata-kata Jawa Kuna awi bambu, sedang candi yang namanya mendekati kata tersebut adalah percandinan Ngawen.
Wenuwana adalah bangunan suci yang dikelilingi oleh hutan bambu. Boechari seorang ahli aksara Jawa Kuna juga menolak pendapat Casparis, jika mengacu pada relief cakra diapit oleh dua ekor kijang (mrga) maka yang dimaksudkan taman kijang atau Mrgdawa tempat Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya.
Wenuwana (hutan bambu)
Saat itu dalam pengembaraannya Buddha mengajarkan Dharma pada Raja Bimbisara di Kerajaan Magadha, kemudian karena hatinya tersentuh, raja tergerak untuk mempersembahkan lahan kepada Buddha guna membabar Dharma di tepi kota Rajgrha, suatu daerah yang sejuk dipenuhi oleh tanaman bambu (wenuwana).
Percandian Ngawen didirikan oleh Pramodawarddhani sebagaimana diuraikan dalam Prasasti Kayumwungan dapat dianggap sebagai Srimad Wenuwana. Di tempat itu pula dahulu terdapat bangunan wihara bagi para biksu yang mengadakan kegiatan keagamaan.
Hal yang menarik adalah adanya rupang Sri Ghananatha yang ditahbiskan menempati bangunan tersebut. Ada dugaan jika Raja Smaratungga dan Pramodawarddhani membuat rupang tersebut untuk memuliakan Raja Sailendra sebelumnya sebagaimana disebutkan dalam prasasti berjuluk Indra atau Sanggramadhananjaya.
Percandian Ngawen dibangun menghadap ke timur sesuai dengan arah yang dikuasai oleh Dewa Indra dalam penataan astakdikalpa (Dewa-Dewa penjaga mata angin) yang dikenal dalam kosmologi Hindu dan Buddha Mahayana.
Disebutkan dalam prasasti Kayumwungan bahwa nama ayah Samaratungga adalah Indra Sanggramadhananjaya, sehingga dapat dipahami mengapa bangunan percandian Ngawen (Srimad Wenuwana) menghadap ke timur sesuai dengan kedudukan Dewa Indra penguasa mata arah timur.
Kesatuan
Ngawen-Mendut-Pawon-Borobudur dapat dikaitkan dengan Catur Arya Satyani, dukha, samudaya, niroda, dan marga. Percandian Ngawen merupakan lambang dari dukha, kehidupan yang dipenuhi oleh kondisi serba tidak memuaskan, termasuk kelima indra yang melekat erat pada manusia.
Candi Mendut melambangkan samudaya, bahwa semua penderitaan selalu ada penyebabnya, haus akan keinginan, hasrat. Candi pawon melambangkan nirodha, bahwa segala hal bisa diupayakan untuk padam. Candi Borobudur adalah marga, semua penderitaan ada jalan keluarnya.
Karena Candi Ngawen dikaitkan dengan elemen dukha panca skandha, di sana tersimpan lima rupang rupang Dhyani Buddha yang dimuliakan di setiap bilik candi.
Rupa (segala hal yang bersangkutan dengan tubuh), diwujudkan dengan Buddha Wairocana.
Wedana perasaan, diwujudkan dengan Buddha Ratnasambhawa.
Samjna pengamatan, diwujudkan dengan Buddha Amitabha.
Samskara kehendak, keinginan, hasrat, diwujudkan dengan Buddha Amogasiddhi.
Wijnana kesadaran, diwujudkan dengan Buddha Aksobhya.
Peziarahan
Dalam konsepsi dan penjelasan di atas, keempat bangunan Ngawen, Mendut, Pawon, dan Borobudur merupakan satu kesatuan utuh. Keempat bangunan yang berdiri di kawasan yang disebut bhummi sambhara, suatu kawasan yang tertutup dari luar dan harus dijaga dengan saksama sebagai warisan penting dari nenek moyang untuk anak cucu manusia.
*Disarikan dari buku Kalpalata, Data dan Interpretasi Arkeologi, Agus Aris Munandar, penerbit Wedatama Widya Sastra, 2019.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara