Borobudur adalah salah satu warisan berharga buat bangsa Indonesia. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Tri Tepusan, Casparis memperkirakan pendirian Borobudur berlangsung semasa raja Mataram dari wangsa Syailendra, Samaratungga, sekitar tahun 824 M. Borobudur tidak hanya meninggalkan bangunan fisik namun, relief di dalamnya mengajarkan nilai-nilai penting buat bangsa, termasuk anak muda.
Menurut penulis, anak muda saat ini kurang tertarik dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah Borobudur. Ngomongin tentang sejarah, coba kali ini sedikit memutar mata, batin, dan pikiran kita untuk sedikit melirik dan memikirkan tentang Candi Borobudur. Hmm, memang apa hubungannya Candi Borobudur sama anak muda? Toh itu kan cuma bangunan peninggalan nenek moyang.
Owalah, bocah edan! Tentu ada hubungannya. Warisan dari orang tua kalau tidak diturunkan pada anaknya mau diturunkan sama siapa lagi hayo? Sama seperti Candi Borobudur, bangunan warisan leluhur kita. Bangunan berharga yang saking bernilainya sampai gak bisa dijual. Kalau bukan generasi muda, yang diwarisi siapa lagi? Nah lho, sopo jal?
Kira-kira, warisan segede Borobudur itu bisa berguna gak ya buat anak muda? Pasti ada gunanya. Buat apa warisan dari orang tua diturunkan buat anaknya kalau gak berguna? Warisan rumah biar bisa berteduh, berlindung dari teriknya matahari dan derasnya hujan.
Warisan emas, beeuhhh mendadak jadi sultan! Warisan tanah puluhan hektar, mendadak jadi juragan kelapa sawit! Hanya saja bedanya dengan Borobudur, ia adalah warisan yang bisa saja gak bikin kita kaya secara materi, tapi kaya secara spiritual.
Kekayaan spiritual ini yang gak banyak dicari, makanya anak muda gak tertarik buat belajar sejarah dan lebih suka mengulang kesalahan yang sama. Hihihihi. Padahal justru kekayaan spiritual itu yang paling kita butuhkan saat ini!
Memangnya anak muda harus gimana?
Santai, tenang, kalem. Anak muda bisa jadi pewaris Borobudur yang baik. Mikirin jadi pewaris itu berat, biar aku saja yang mikul!
Bicara soal warisan Borobudur ini, coba kita bahas dulu tentang pengalaman seorang aktor yang membuka lebar pemikirannya terhadap Borobudur, dia bukan Buddhis sih, tapi pantas buat contoh anak muda Buddhis seperti kita. Siapakah dia? Morgan Oey!
Ceritanya, Jumat lalu (30/4), Lamrimnesia berkolaborasi dengan Morgan Oey untuk membahas Candi Borobudur dalam acara Lamrim Talk Seri Borobudur “Beken Bangunannya, Beken Nilai Bajiknya”. Morgan memang baru sekali menginjakkan kaki di Borobudur. Tapi, dia bisa mengambil secuil ajaran Buddha dari relief yang ada di Borobudur dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apa sih ajaran Buddha yang Morgan praktikkan?
Ajaran universal di Candi Borobudur
Morgan mengakui kalau ia memang tidak mengerti seluruh makna relief yang ada di Candi Borobudur. Tapi, ia memahami bahwa berbagai ajaran Buddha yang mengarahkan kita untuk bertindak sesuai dengan hukum sebab-akibat, tidak mudah menghakimi orang lain, dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain bisa dijadikan pedoman hidup.
Ketika berkunjung ke Candi Borobudur, Morgan bisa mengenali ajaran Buddha yang terukir pada relief candi. Melihat relief secara langsung membuatnya makin bisa menghayati nilai bajik universal yang ada dalam ajaran Buddha, misalnya di momen ketika Pangeran Siddhartha meninggalkan kehidupan duniawinya untuk mencari jalan keluar agar semua makhluk bebas dari penderitaan.
Morgan bercerita bahwa orang tuanya mengajarinya untuk berbagi pada orang yang membutuhkan baik secara materi ataupun bukan. Ini adalah sebagian kecil dari praktik welas asih yang ia latih sejak kecil. Ia pun takjub tatkala tahu bahwa berbagi juga merupakan ajaran Buddha dan itu terukir pada relief candi.
Apa pengaruhnya Candi Borobudur buat hidup kita?
Sebenarnya ada banyak nilai-nilai dalam relief Borobudur yang bisa kita pelajari. Seperti nilai welas asih dan kemanusiaan. Tentunya sangat bermanfaat kalau kita bisa mempraktikkan nilai tersebut dalam aktivitas sehari-hari seperti Morgan yang senang sekali berbagi.
Menurut Morgan, welas asih itu maknanya sangat luas sekali. Tapi, ada salah satu tindakan sederhana yang bisa mewakili dari ajaran welas asih, yaitu dengan berbagi untuk membantu sesama.
Berbagi itu tidak melulu soal materi. Bisa juga dengan berbagai kisah lucu yang membuat orang lain tertawa. Bahkan berbagi makanan dengan orang yang tidak kita kenal. Rasa unik dari kebahagiaan berbagi ini yang bisa bikin kita bahagia. Ini tindakan sederhana yang kadang enggan kita lakukan karena berbagai alasan (aku juga sih).
Kadang, kita masih berpikir panjang buat berbagi. Mikirnya lebih panjang daripada buat skripsi. Kita kadang sering mikir begini: “Kalau ditolak gimana ya? Kan malu…” atau, “Nanti dia bakal berbagi gak ya sama aku?”.
Kalau kita sendiri masih menimbang kanan kiri untuk berbagi atau bahkan pamrih, yang ada malah nggak jadi berbagi. Morgan berpesan, kalau mau berbagi, kita harus ingat kembali motivasi awal kita untuk berbagi, yaitu menebar kebahagiaan dengan orang lain. Kalau dibandingkan dengan motivasi itu, segala macam ketidaknyamanan yang mungkin kita alami saat berbagi jadi nggak terlalu berarti..
Berbagi itu tidak akan membuat kita rugi. Malahan kita yang akan rugi sendiri kalau tidak berbagi. Dengan berbagi, kita bisa melunturkan ego dan mengembangkan kualitas empati. Karena kita melewatkan kesempatan untuk berbagi tadi, ya semuanya hanyut entah ke mana.
Karena kebiasaannya sejak kecil sudah suka berbagi, sekarang Morgan sekarang pun aktif menjadi relawan di Indorelawan di sela kesibukannya sebagai aktor. Ia menceritakan salah satu pengalamannya selama menjadi relawan mengikuti program Superhero Day.
Dalam program ini, ia dan relawan lainnya mengunjungi anak-anak pasien kanker dengan memakai kostum pahlawan super dan menghibur mereka. Selain bercerita tentang kebahagiaan anak-anak yang mereka hibur, Morgan juga bercerita tentang kebahagiaan yang ia sendiri saat berbagi kebahagiaan itu. Priceless deh pokoknya!
Didikan orang tua, berbagai pengalaman hidup, dan tentunya inspirasi dari Candi Borobudur telah membuat Morgan menjadi anak muda yang nggak melulu mementingkan diri sendiri dan bisa berguna bagi banyak orang. Inilah salah satu contoh positif yang Morgan bagikan untuk kita para anak muda. Gimana? Sekarang saatnya berkata, “Wah, ternyata Candi Borobudur juga punya nilai yang sangat bermanfaat untuk hidupku!”
Peran anak muda untuk Borobudur
Morgan mengingatkan bahwa anak muda Indonesia harus ke Borobudur. Kita perlu tahu bahwa Borobudur adalah salah satu tempat ibadah umat Buddha yang setara seperti Mekah dan Vatikan. Stupa yang ada di sana pun tidak boleh sembarangan dinaiki.
Selain itu, Candi Borobudur memiliki nilai-nilai bajik yang harus dilestarikan. Peran anak muda sangat dibutuhkan untuk melestarikan nilai bajik yang ada di candi ini dengan cara mempromosikannya, bisa via media sosial atau praktik langsung nilai welas asih dalam kehidupan sehari-hari. Kalau anak muda gak peduli, yang ada warisan kita diambil alih orang lain atau bahkan lenyap tak bersisa.
Jangan lupa juga, Morgan juga berpesan untuk kita anak muda, “Generasi muda gak boleh males, gak boleh gak mau tahu, karena sejarahlah yang membentuk kita saat ini.”
Warisan Borobudur ini harus benar-benar dijaga dan dilestarikan. Benar kata Morgan, anak muda gak boleh acuh tak acuh sama sejarah, Kalau bukan karena sejarah, kita gak akan ada saat ini. Warisan berupa Candi Borobudur beserta seluruh nilai bajiknya adalah bagian dari sejarah, masa kini, sekaligus masa depan yang harus kita pelihara. Sebagai anak muda Indonesia, mari kita bahu-membahu mempromosikan Borobudur tidak hanya dari sisi kemegahan dan keindahan seninya, tapi juga nilai-nilai bajiknya. Semangat!
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara