• Thursday, 14 August 2014
  • Sutar Soemitro
  • 0

Hampir separuh lantai tangga Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah aus atau rusak. Kerusakan itu akibat ketiadaan pelapis antara alas kaki wisatawan yang melewati tangga tersebut.

“Keausannya mencapai 49,15 persen, karena ada gesekan antara batu lantai tangga candi dengan alas kaki wisawatan,” ungkap Kepala Seksi Layanan Konservasi Balai Konservasi Borobudur (BKB), Iskandar M Siregar, Rabu (13/8/2014) seperti dilansir Kompas.

Iskandar menyebutkan, ada 2.033 batu pijakan tangga yang tersebar di empat sisi candi. Adapun batu yang aus berjumlah 1.028 buah. “Di beberapa bagian keausannya cukup tinggi. Namun untuk lantai di lorong candi tidak mengalami keausan,” imbuh dia.

Menurut Iskandar, pengelola candi pernah menerapkan kebijakan pembatasan jumlah pengunjung yang bisa menaiki candi untuk mengantisipasi keausan lapisan lantai candi. Namun, ujar dia, kebijakan itu tak berlaku selama liburan Lebaran yang baru saja lewat.

Kajian yang melibatkan berbagai pihak, ujar Iskandar, menjadi dasar BKB berencana melapisi lantai tangga Candi Borobodur dengan kayu. Diharapkan rencana itu bisa terlaksana pada akhir 2014.

“Kami memilih kayu sebagai lapisan setelah melalui kajian di negara-negara Asean. Karena kayu lebih aman dibanding bahan lain. Pengaruhnya terhadap batuan candi yang paling sedikit,” papar Iskandar. “Tahun lalu kami kita pernah uji degan kayu jati, lalu kayu besi,” imbuh dia.

Menurut Iskandar, perawatan lantai candi memang sudah sejak lama menjadi perhatian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena rawan aus. “Kebijakan (pelapisan kayu) ini baru usulan. Keputusan akan ditentukan dalam seminar ilmiah pada Desember 2014 mendatang,” ujar dia.

Sementara itu, untuk lebih melindungi Candi Borobudur sebagai kawasan cagar budaya, pemerintah kini akan segera menjadikan Candi Borobudur sebagai Kawasan Strategis Nasional Berbasis Budaya pertama di Indonesia.

 Rencananya rancangan ini akan selesai pada tahun 2014 ini.

Nantinya, pengelolaan kawasan Candi Borobudur akan ditangani oleh badan pengelola tertentu. Badan Pengelola itu nantinya akan terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan sejumlah badan usaha termasuk BUMN.

Terkait dengan hubungan dengan warga sekitar, seorang tokoh ulama di Kabupaten Magelang, M. Yusuf Chudlory menyampaikan sebuah ide menarik. 

Dia mengusulkan selain dikelola dengan baik, Borobudur nantinya juga akan lebih baik jika umat Buddha diberikan kesempatan untuk beribadah satu kali seminggu di Candi Borobudur. Wah kalau usul ini bisa terealisasi, tentu saja umat Buddha sangat gembira! (kompas)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *